24.3.21

Ecovillage di Era Pandemi Covid-19

 Pemanfaatan Selokan Sebagai Sumber Penghasilan Warga Masyarakat di Era Pandemi Covid-19


Oleh : Langgeng Dwi Hartono (20310410063) 

Dosen pengampu : Dr. Arundati Shinta, M. A

Tugas Psikologi Sosial
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


     Fenomena saat ini selokan yang ada di kota-kota besar terlihat sangat kumuh dan berbau tidak mengenakkan hidung. Namun ada pemandangan berbeda di sebuah kota Mrican, RT 22, RW 08, Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selokan di daerah ini terlihat sangat bersih dan dan tidak berbau, bahkan dijadikan sumber mata pencaharian oleh warga setempat. Warga setempat secara gotong royong menjadikan selokan yang mengalir di pinggir pemukiman menjadi tempat budidaya ikan air tawar dan tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. 

     Warga masyarakat Mrican rupanya telah menerapkan Ecovillage di daerahnya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Sedangkan arti dari Ecovillage merupakan suatu tatanan kesatuan dimana masyarakat pedesaan atau perkotaan yang ada di dalamnya berusaha membudidayakan kelestarian lingkungan sosial. Untuk mencapai hal ini, mereka membudidayakan berbagai aspek lingkungan hidup yakni, pertanian, peternakan, energi alternatif, bangunan masyarakat, dan banyak lagi (Nurlaili, H, 2005).

     Dulunya selokan yang ada di daerah ini sama dengan kota-kota besar lainnya yang sangat kumuh. Warga setempat tidak peduli dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Selokan dijadikan tempat pembuangan sampah oleh mereka. Sehingga membuat selokan menjadi kotor dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal ini terjadi karena pertumbuhan populasi di daerah perkotaan sangatlah besar. Secara alamiah semakin besar pertumbuhan populasi di suatu daerah, maka akan menghasilkan jumlah sampah yang besar pula(Budiman dan Suyono, 2010). Sehingga tempat pembuangan sampah yang ada menjadi penuh dan pada akhirnya memaksa warga setempat untuk membuang sampah di selokan. 

     Saat ini virus Covid-19 menjadi bencana global dan melanda negara Indonesia. Seluruh elemen masyarakat terkena dampak dari virus ini. Pandemi ini menyebabkan krisis ekonomi global. Banyak perusahaan besar maupun kecil yang terkena dampak sehingga mengalami kebangkrutan. Sehingga banyak sekali fenomena pengurangan karyawan di negara kita ini. Angka pengangguran pun meningkat. Hal ini juga dirasakan oleh warga masyarakat Yogyakarta. Dilansir dari m.Merdeka.com, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY, Andung Prihadi Santosa menjelaskan bahwa tercatat 14.055 pekerja kehilangan pekerjaan akibat dampak pandemi ini. 

     Warga Mrican, Giwangan juga banyak sekali yang kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran. Sehingga memaksa mereka untuk berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan penghasilan demi memenuhi kebutuhan pokok mereka. Beruntung warga Mrican memiliki banyak pemuda yang kreatif. Ada beberapa pemuda setempat menggagas sebuah pemikiran yang menarik untuk menjadikan selokan di samping pemukiman sebagi tempat budidaya ikan dan tempat wisata. Gagasan tersebut disetujui oleh seluruh warga setempat. Mereka bekerja sama membersihkan selokan dari sampah dan juga membersihkan lingkungan di sekitar selokan. Ketua Rt pun memerintahkan untuk tidak membuang sampah ke selokan. Warga bekerja bakti membuat tempat pembuangan sampah di lahan kosong yang ada di pojok desa. Atas kedisiplinan dan kerjasama antar warga, selokan berhasil diubah menjadi tempat yang bersih. 

     Setelah itu, warga setempat mengumpulkan uang iuran untuk membeli ikan-ikan air tawar dalam jumlah yang banyak dan memeliharanya di selokan. Sehingga membuat selokan terlihat menarik karena dihiasi oleh ikan-ikan yang indah. Hal ini menjadikan daya tarik oleh warga daerah lain. Ketika akhir pekan selokan di daerah Mrican, Giwangan ramai pengunjung untuk melihat ikan-ikan yang menarik dan untuk sekedar bersantai dengan keluarga karena lingkungan yang bersih di sekitar selokan. 

     Lama-kelamaan antusiasme pengunjung sangatlah besar sehingga warga masyarakat Mrican memanfaatkan momen tersebut untuk menjadikan peluang usaha. Warga setempat mulai membuat aturan untuk manarik biaya ketika ingin memasuki selokan tersebut. Setiap pengunjung yang akan masuk ke wisata selokan dipungut biaya sebesar Rp 5.000 untuk dijadikan khas desa. Khas desa akan dipergunakan oleh warga untuk mengembangkan wisata yang ada. Dengan ramainya wisatawan yang berkunjung, warga yang telah kehilangan pekerjaan dipersilahkan untuk membuat lapak dagang makanan dan minuman di sekitar lingkungan tersebut. Sehingga kesejahteraan warga Mrican, Giwangan, Yogyakarta dapat meningkat. Hal ini merupakan sebuah ide yang menarik untuk dicontoh oleh daerah-daerah lain. Selain pemandangan selokan terlihat sangat indah dan bersih, selokan juga bisa dijadikan sumber penghasilan bagi warga masyarakat. 


Daftar Pustaka 

Edi, Purnomo. 2020. Dampak Pandemi Corona, Belasan Ribu Pekerjaan di Yogyakarta Dirumahkan. Diakses pada: https://www.merdeka.com/peristiwa/dampak-pandemi-corona-belasan-ribu-pekerja-di-yogyakarta-dirumahkan.html

Budiman, dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC

Nurlaili, H. 2005. Model Ecovillage Dalam Pengolahan Lanskap Tradisional (Studi Kasus:Das Brantas Hulu). Program Doktor Kajian Lingkungan dan Pembangunan Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang

 







0 komentar:

Posting Komentar