30.3.21

ANAK IDEAL MASA DEPAN

 TUGAS PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.

Imelta Indriyani Alfiah/ 19310410062

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Kehadiran seorang anak merupakan sarana untuk memperkokoh hubungan antara suami-istri dalam rumah tangga, menjadi kebanggaan orang tua, dan anak merupakan generasi penerus. Secara psikologis, ibu rumah tangga merasa tenteram apabila dapat memberikan anak kepada suaminya. Kehadiran anak merupakan pendukung terbentuknya ikatan suami istri dalam rumah tangga. Sesungguhnya penilaian terhadap anak tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, tetapi juga sosial dan psikologis (Fawcett, 1984).

Anak diibaratkan sebagai titipan Tuhan bagi orang tua. Anak memiliki nilai tertentu dan menuntut dipenuhinya beberapa konsekuensi atas kehadirannya. Latar belakang sosial yang berbeda, seperti tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan suatu kelompok sosial, serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak.

Anak ideal bagi remaja seperti penulis merupakan ‘barang asing’ yang tidak pernah diperhatikan, tetapi setiap saat fenomena anak ada di depan mata. Hal ini berarti serba-serbi kehidupan keluarga terkait dengan keberadaan anak disaksikan setiap saat. Penulis memiliki target tentang jumlah anak ideal dua dimasa depan, alasan utamanya menentukan jumlah anak dua dalam suatu keluarga adalah karena pertimbangan program pemerintah di bawah kendali BKKBN. Jumlah anak dua untuk kehidupannya kelak, merupakan titik yang sangat ideal karena memperhatikan beban ekonomi rumah tangga, kebahagian dan keharmonisan keluarga, pengawasan orang tua, dan aspek psikologis anak.

Penulis memahami slogan Keluarga Berencana: dua anak lebih baik atau dua anak cukup. Poster, spanduk, dan simbol-simbol tentang keluarga kecil tersosialisasi melalui kantor-kantor pemerintah, seperti BKKBN, puskesmas, serta kantor-kantor kabupaten, kecamatan dan desa/kelurahan. Kantor-kantor ini cukup strategis untuk sosialisasi pesan keluarga berencana karena tingginya frekuensi kunjungan masyarakat. Informasi tentang Keluarga Berencana juga penulis peroleh melalui televisi. Beberapa pesan singkat yang ditayangkan oleh beberapa televisi swasta cukup efektif mengedukasi terkait dengan persepsi jumlah anak ideal.

Anak dalam sebuah keluarga berfungsi sebagai pewaris keturunan. Orang tua akan resah dan tidak nyaman ketika belum dikaruniai anak dalam kehidupan rumah tangganya. Anak mampu mengubah suasana keluarga. Kehadiran seorang anak telah membawa kebahagiaan dalam kehidupan keluarga. Suasana rumah menjadi lebih hangat, harmonis, dan ramai. Kondisi ini juga menjadi pertimbangan penulis ketika ditanyakan manfaat memiliki anak. 

Sosialisasi program pemerintah keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera harus terus dilakukan sehingga pancaindera remaja akan terus berinteraksi dengan simbol-simbol pesan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Selain itu, sosialisasi juga dapat diperlebar melalui media sosial sehingga ketika remaja membuka Whatsapp, Line, atau media sosial lainnya, mereka akan langsung berhubungan dengan pesan dua anak lebih baik.

Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dengan kata lain merupakan anak bungsu. Sebagai anak kedua, penulis merasa nyaman berada didalam lingkup keluarga kecil yang ada saat ini. Idealnya anak bungsu cenderung bahagia karena memperoleh perhatian, perawatan dan pertolongan dari keluarga. Penyesuaian diri anak bungsu idealnya bagus, pada umumnya periang, pandai bergaul, pendengar yang baik, sehngga anak bungsu menjadi cukup popular di lingkungannya (Hurlock, 2013)

REFERENSI

Fawcett, James T. (1984). Psikologi dan Kependudukan. Jakarta: CV Rajawali.

Hurlock, Elizabeth B. (2013). Perkembangan Anak Jilid I (Edisi Keenam). Jakarta : Erlangga.


0 komentar:

Posting Komentar