Teori
Sosial Learning, Martin Seligman dan Walter Mischel.
Engelbertha
Savsavubun
19310410015
Psikologi
Kepribadian II
Dosen
Pengampu: Fx. Wahyu Widiantoro, S.psi.,MA.
Salah satu teori dari Seligman yang
menarik untuk lebih dipahami yaitu bahwa rasa tidak berdaya adalah hasil
belajar atau learned helplessness . Sebagai contoh dari teori
tersebut yaitu ketika individu mengalami kegagalan berulang kali dalam
mendapatkan pekerjan, maka individu tersebut cenderung akan mempercayai bahwa
dirinya ditakdirkan menjadi individu yang gagal. Hal yang dapat disimpulkan
dari teori tersebut yaitu rasa tidak berdaya adala hasil belajar, itu memang
benar adanya. Belajar disengaja dan atau tidak disengaja. ”Belajar” yang
disengaja, artinya memang individu memiliki niat untuk tidak mau bersusah payah
dan cenderung menyuruh/tergantung dengan orang lain. Ia memiliki idealism namun
tidak diimbangi dengan upaya usaha yang realistis. Sehingga orang yang demikian
secara umum tidak menampakan kalau ia tidak berdaya karna mekanisme dirinya
sebagai tamengnya. Individu yang demikianlah yang sebenarnya mentidakberdayakan
dirinya. Sedangkan ”Belajar” yang tidak disengaja misalnya adanya pola asuh
ketika individu dibiasakan dilayani. Sehingga seiring dengan tumbuh kembangnya,
individu tidak mandiri dan merasa dirinya tidak mampu. Hal tersebut hanya
merupakan kecemasan semu karena tidak adanya pengalaman untuk berlatih atas
sesuatu hal. Artinya tidak ada keberanian untuk belajar treal and
error.
Peranan psikologi positif sangat mendukung bagi kehidupan sehari-hari setiap individu yang berharap memiliki kualitas hidup yang sehat dan matang. Psikologi positif diperlukan dalam memotivasi diri dan menghadapi berbagai stressor kehidupan tentunya tidak harus menunggu ketika individu telah mengalami musibah ataupun stress.
Selanjutnya Mischel mengajar 2 tahun di Colorado University. Lalu
bergabung dengan Departemen Hubungan Sosial di Havard dan akhirnya menetap di
Columbia University. Di Havard ia bertemu Harriet Nerlove dan menikahinya.
Karya pertamanya adalah Personality and Assesment (1968).
Dia menerangkan bahwa pada kondisi yang tepat orang sanggup memprediksi
perilaku mereka tanpa harus menjalani tes. Sifat adalah alat prediksi perilaku
yang sangat lemah karena situasilah yang mempengaruhi perilaku. Karya
terbaiknya adalah Introduction to Personality (1971)
dan sudah direvisi ke-7 pada 2004.
Latar
Belakang Teori Sistem Kepribadian Afektif Kognitif
Esyenk, dan Allport yakin jika perilaku adalah produk sifat kepribadian
yang relatif stabil. Namun Mischel merasa keberatan dengan asumsi ini. Risetnya
malah membutnya percaya bahwa perilaku merupakan fungsi dan situasi.
a) Paradoks Konsistensi Mischel
melihat bahwa semua orang baik psikolog atau orang awam yakin secara intutif
bahwa perilaku manusia relatif konsisten (Paradoks Konsistensi), padahal bukti
empiris menunjukkan keberagaman situasi. Banyak orang dan psikolog
mendeskripsikan kejujuran, loyalitas agresifitas dan sifat-sifat lainnya adalah
penentu perilaku. Mischel tidak sependapat dalam hal ini.
b)
Interaksi antara Situasi dan Kepribadian Seiring
berjalannya waktu, Mischel (1973, 2004) melihat bahwa manusia bukan wadah
kosong tanpa sifat-sifat kepribadian. Dia mulai mengakui sebagian besar orang
memiliki konsistensi tertentu dalam perilaku mereka, meski dia terus
menekanakan bahwa situasi memiliki efek yang sangat penting pada perilaku. Pandangan
kondisional ini yakin bahwa perilaku dibentuk oleh disposisi pribadi dan proses
kognitif-afektif tertentu. Jika teori sifat yakin disposisi global adalah
penentu utama perilaku, maka Mischel yakin kepercayaan, nilai, tujuan, kognisi
dan perasaan seseorang berinteraksi disposisi-disposisi itulah penentu utama
perilaku.
c) Sistem Kepribadian Afektif Kognitif Mischel
dan Shoda yakin kalau sistem kepribadian afektif-kognitif yang disebut juga
sistem pemroresan afektif-kognitif adalah penyebab keberagaman perilaku
seseorang dalam situasi yang berbeda, keragaman perilaku seseorang dalam
situasi yang berbeda walaupun sifatnya relatif stabil untuk waktu cukup lama.
Variasi perilaku dapat dikonsepsikan sebagai : Jika A maka X namun jika
B maka Y. Contohnya jika sesorang pria merasa tertekan isterinya, maka
dia akan beraksi dengan agresi, Namun ketika variebel jika berubah,
variabel maka juga berubah. Jika sang suami ditekan sang bos
maka reaksinya adalah kepatuhan. Perilaku suami ini dengan stimulus sama
(ditekan) menghasilkan respon yang berbeda.
d) Prediksi Perilaku. Prediksi
perilaku dinyatakan sebagai berikut. Jika kepribadian merupakan sistem stabil
yang terus memproses informasi situasi eksternal dan internal, maka ketika
individu mengahadapi situasi berbeda, perilaku mereka bisa tetap atau berubahVariabel
e) Variabel Situasi Mischel
yakin bahwa pengaruh relatif variabel-variabel situasi dan sifat pribadi dapat
ditemukan dengan mengamati keseragaman dan keragaman respon seseorang pada
situasi tertentu. Ketika pribadi yang berbeda bersikap dengan cara yang mirip,
misalkan saat melihat film yang emosional, maka variabel situasi akan jauh
lebih kuat dibandingkan dengan karakteristik pribadi
Unit-Unit
Afektif dan Kognitif
Tahun 1973 Mischel menemukan variebel kepribadian yang relatif stabil,
tumpang tindih dan berinteraksi dengan situasi yang menentukan perilaku. Kelima
variabel itu adalah strategi pengkodean, kompetensi dan starategi pengaturan
diri, ekspektansi dan keyakinan, tujuan dan nilai, dan respon-respon afektif.
a)
Strategi Pengkodean Yaitu
cara manusia mengkategorikan informasi yang diterimanya dari stimuli eksternal.
Manusia menggunakan proses kognitif unutk mengubah stimuli menjadi konstruk
kepribadian mereka; yaitu cara mereka memandang diri, orang lain dan dunia. Contoh:
seseorang mungkin bereaksi dengan amarah saat dihina, sementara orang lain
malah mengabaikannya.
b)
Beberapa kompetensi dan Strategi Pengaturan Diri Keyakinan
terhadap apa yang bisa dilakukan berkaitan erat dengan kompetensi (Mischel,
1990), mengacu pada susunan luas informasi yang diperoleh manusia. Mischel
setuju dengan Bandura bahwa manusia tidak bisa memahami semua stimuli hanya
dapat mengkontruksi secara selektif atau membangkitkan versi kita mengetahui
mengenai dunia nyata. Contoh: Seseorang mahasiswa yang berbakat mungkin
percaya dia memiliki kompetensi bisa lulus, namun tak pernah tahu apa macam dan
isi soalnya persis.
c)
Ekspektansi dan Keyakinan Dari
pengalamannya, manusia belajar mewujudkan perilaku tertentu yang mereka
harapkan. Ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan manusia akan cenderung
melakukan sesuatu sesuai dengan pengaharapan pada pengalamannya di masa lalu. Contohnya
ketika mahasiswa yang tidak pernah mengikuti tes pasca sarjana pasti pernah
mempersiapkan diri untuk tes yang lain; dia berharap bentuk teknik belajar yang
sama berhasil saat ujian pasca sarjana yang belum berpengalaman. Mischel
menyebutnya dengan behaviour outcome expectancy.
d)
Tujuan dan Nilai Nilai,
tujuan, minat, dan kompetensi adalah unit afektif kognitif yang paling stabil.
Penyabab konsistennya adalah kadar kemunculan emosi. Contohnya seseorang bisa
menempatkan nilai negatif pada makanan tertentu karena makanan itu berkaitan
dengan rasa mual yang pernah dirasakannya dulu. Nilai patriotik yang
tertanampun sama.
e)
Respon-Respon Afektif Respon
afektif mencakup perasaan dan rekasi fisiologis lainnya. Konsep kognitif
tidak terpisah dari afektif, contohnya saat pengkodean orang akan menggunakan
sisi kognitif dan afektif secara bersamaan.
Referensi:
Feist Jess
& Feist J. Gregory. Theories of Personalits. Terj. Santoso, Yudi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://patuanandjanurwenda.blogspot.com/2011/06/teori-belajar-sosial-rotter-mischel.html
http://etheses.uin-malang.ac.id/2262/5/09410026_Bab_2.pdf
Widiantoro,
Wahyu. 2020. Psikologi Kepribadian II. UP45: Rangkuman.
0 komentar:
Posting Komentar