5.1.21

Teori Sosial Learning, Martin Seligman dan Walter Mischel.

 

Teori Sosial Learning, Martin Seligman dan Walter Mischel.

Engelbertha Savsavubun

19310410015

Psikologi Kepribadian II

Dosen Pengampu: Fx. Wahyu Widiantoro, S.psi.,MA.


Martin Seligman, seorang profesor psikologi di Universitas Pennsylvania dan pernah menjabat sebagai presiden  American Psychological Associstion (APA) mulai berpikir bahwah manusia tidak hanya dapat dipelajari dari sisi negatifnya saja, tetapi juga dari sisi positifnya. Martin Seligman menilai selama ini kajian psikologi sering diwarnai dengan topik negatif tentang manusia. Marin Seligman juga berpendapat bahwa psikologi bukan hanya studi tentang penyakit, kelemhan dan kerusakan, tetapi psikologi juga studi tentang kebahagiaan, kekuatan, dan kebijakan (Seligman, 2005).

 Salah satu teori dari Seligman yang menarik untuk lebih dipahami yaitu bahwa rasa tidak berdaya adalah hasil belajar atau learned helplessness . Sebagai contoh dari teori tersebut yaitu ketika individu mengalami kegagalan berulang kali dalam mendapatkan pekerjan, maka individu tersebut cenderung akan mempercayai bahwa dirinya ditakdirkan menjadi individu yang gagal. Hal yang dapat disimpulkan dari teori tersebut yaitu rasa tidak berdaya adala hasil belajar, itu memang benar adanya.  Belajar disengaja dan atau tidak disengaja. ”Belajar” yang disengaja, artinya memang individu memiliki niat untuk tidak mau bersusah payah dan cenderung menyuruh/tergantung dengan orang lain. Ia memiliki idealism namun tidak diimbangi dengan upaya usaha yang realistis. Sehingga orang yang demikian secara umum tidak menampakan kalau ia tidak berdaya karna mekanisme dirinya sebagai tamengnya. Individu yang demikianlah yang sebenarnya mentidakberdayakan dirinya. Sedangkan ”Belajar” yang tidak disengaja misalnya adanya pola asuh ketika individu dibiasakan dilayani. Sehingga seiring dengan tumbuh kembangnya, individu tidak mandiri dan merasa dirinya tidak mampu. Hal tersebut hanya merupakan kecemasan semu karena tidak adanya pengalaman untuk berlatih atas sesuatu hal. Artinya tidak ada keberanian untuk belajar treal and error. 

Peranan psikologi positif sangat mendukung bagi kehidupan sehari-hari setiap individu yang berharap memiliki kualitas hidup yang sehat dan matang. Psikologi positif diperlukan dalam memotivasi diri dan menghadapi berbagai stressor kehidupan tentunya tidak harus menunggu ketika individu telah mengalami musibah ataupun stress. 


 


 Walter Mischel Lahir di Wina, Austria pada 22 Februari 1930. Bersama kakaknya Teodore awalnya jadi filsuf tumbuh di lingkungan kondusif tak jauh dari rumah Freud. Masa indahnya terenggut ketika Nazi menginvansi Austria pada 1938. Kemudian Mischel dan kelurganya pindah ke USA sampai akhirnya menetap di Broklyn sampai masa SD dan SMP-nya. Sebelum sempat kuliah, ayahnya sakit dan Walter terpaksa bekrja serabutan sampai akhirnya dia berhasil kuliah di New York University. Dia sangat tertarik pada seni lukis juga patung dan berbagi hidup menjadi seniman, juga mahasiswa psikologi di Greenwich Village.

Selanjutnya Mischel mengajar 2 tahun di Colorado University. Lalu bergabung dengan Departemen Hubungan Sosial di Havard dan akhirnya menetap di Columbia University. Di Havard ia bertemu Harriet Nerlove dan menikahinya.

Karya pertamanya adalah Personality and Assesment (1968). Dia menerangkan bahwa pada kondisi yang tepat orang sanggup memprediksi perilaku mereka tanpa harus menjalani tes. Sifat adalah alat prediksi perilaku yang sangat lemah karena situasilah yang mempengaruhi perilaku. Karya terbaiknya adalah Introduction to Personality (1971) dan sudah direvisi ke-7 pada 2004.

Latar Belakang Teori Sistem Kepribadian Afektif Kognitif

Esyenk, dan Allport yakin jika perilaku adalah produk sifat kepribadian yang relatif stabil. Namun Mischel merasa keberatan dengan asumsi ini. Risetnya malah membutnya percaya bahwa perilaku merupakan fungsi dan situasi. 

a)   Paradoks Konsistensi Mischel melihat bahwa semua orang baik psikolog atau orang awam yakin secara intutif bahwa perilaku manusia relatif konsisten (Paradoks Konsistensi), padahal bukti empiris menunjukkan keberagaman situasi. Banyak orang dan psikolog mendeskripsikan kejujuran, loyalitas agresifitas dan sifat-sifat lainnya adalah penentu perilaku. Mischel tidak sependapat dalam hal ini.

b)      Interaksi antara Situasi dan Kepribadian Seiring berjalannya waktu, Mischel (1973, 2004) melihat bahwa manusia bukan wadah kosong tanpa sifat-sifat kepribadian. Dia mulai mengakui sebagian besar orang memiliki konsistensi tertentu dalam perilaku mereka, meski dia terus menekanakan bahwa situasi memiliki efek yang sangat penting pada perilaku. Pandangan kondisional ini yakin bahwa perilaku dibentuk oleh disposisi pribadi dan proses kognitif-afektif tertentu. Jika teori sifat yakin disposisi global adalah penentu utama perilaku, maka Mischel yakin kepercayaan, nilai, tujuan, kognisi dan perasaan seseorang berinteraksi disposisi-disposisi itulah penentu utama perilaku.

c)   Sistem Kepribadian Afektif Kognitif Mischel dan Shoda yakin kalau sistem kepribadian afektif-kognitif yang disebut juga sistem pemroresan afektif-kognitif adalah penyebab keberagaman perilaku seseorang dalam situasi yang berbeda, keragaman perilaku seseorang dalam situasi yang berbeda walaupun sifatnya relatif stabil untuk waktu cukup lama. Variasi perilaku dapat dikonsepsikan sebagai : Jika A maka X namun jika B maka Y. Contohnya jika sesorang pria merasa tertekan isterinya, maka dia akan beraksi dengan agresi, Namun ketika variebel jika berubah, variabel maka juga berubah. Jika sang suami ditekan sang bos maka reaksinya adalah kepatuhan. Perilaku suami ini dengan stimulus sama (ditekan) menghasilkan respon yang berbeda.

d)   Prediksi Perilaku. Prediksi perilaku dinyatakan sebagai berikut. Jika kepribadian merupakan sistem stabil yang terus memproses informasi situasi eksternal dan internal, maka ketika individu mengahadapi situasi berbeda, perilaku mereka bisa tetap atau berubahVariabel

e)     Variabel Situasi Mischel yakin bahwa pengaruh relatif variabel-variabel situasi dan sifat pribadi dapat ditemukan dengan mengamati keseragaman dan keragaman respon seseorang pada situasi tertentu. Ketika pribadi yang berbeda bersikap dengan cara yang mirip, misalkan saat melihat film yang emosional, maka variabel situasi akan jauh lebih kuat dibandingkan dengan karakteristik pribadi

 Unit-Unit Afektif dan Kognitif

Tahun 1973 Mischel menemukan variebel kepribadian yang relatif stabil, tumpang tindih dan berinteraksi dengan situasi yang menentukan perilaku. Kelima variabel itu adalah strategi pengkodean, kompetensi dan starategi pengaturan diri, ekspektansi dan keyakinan, tujuan dan nilai, dan respon-respon afektif.

a)      Strategi Pengkodean Yaitu cara manusia mengkategorikan informasi yang diterimanya dari stimuli eksternal. Manusia menggunakan proses kognitif unutk mengubah stimuli menjadi konstruk kepribadian mereka; yaitu cara mereka memandang diri, orang lain dan dunia. Contoh: seseorang mungkin bereaksi dengan amarah saat dihina, sementara orang lain malah mengabaikannya.

b)      Beberapa kompetensi dan Strategi Pengaturan Diri Keyakinan terhadap apa yang bisa dilakukan berkaitan erat dengan kompetensi (Mischel, 1990), mengacu pada susunan luas informasi yang diperoleh manusia. Mischel setuju dengan Bandura bahwa manusia tidak bisa memahami semua stimuli hanya dapat mengkontruksi secara selektif atau membangkitkan versi kita mengetahui mengenai dunia nyata. Contoh: Seseorang mahasiswa yang berbakat mungkin percaya dia memiliki kompetensi bisa lulus, namun tak pernah tahu apa macam dan isi soalnya persis.

c)       Ekspektansi dan Keyakinan Dari pengalamannya, manusia belajar mewujudkan perilaku tertentu yang mereka harapkan. Ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan manusia akan cenderung melakukan sesuatu sesuai dengan pengaharapan pada pengalamannya di masa lalu. Contohnya ketika mahasiswa yang tidak pernah mengikuti tes pasca sarjana pasti pernah mempersiapkan diri untuk tes yang lain; dia berharap bentuk teknik belajar yang sama berhasil saat ujian pasca sarjana yang belum berpengalaman.  Mischel menyebutnya dengan behaviour outcome expectancy.

d)      Tujuan dan Nilai Nilai, tujuan, minat, dan kompetensi adalah unit afektif kognitif yang paling stabil. Penyabab konsistennya adalah kadar kemunculan emosi. Contohnya seseorang bisa menempatkan nilai negatif pada makanan tertentu karena makanan itu berkaitan dengan rasa mual yang pernah dirasakannya dulu. Nilai patriotik yang tertanampun sama.

e)       Respon-Respon Afektif Respon afektif mencakup perasaan dan rekasi fisiologis lainnya.  Konsep kognitif tidak terpisah dari afektif, contohnya saat pengkodean orang akan menggunakan sisi kognitif dan afektif secara bersamaan.

Referensi:

Feist Jess & Feist J. Gregory. Theories of Personalits. Terj. Santoso, Yudi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

http://patuanandjanurwenda.blogspot.com/2011/06/teori-belajar-sosial-rotter-mischel.html

http://etheses.uin-malang.ac.id/2262/5/09410026_Bab_2.pdf

Widiantoro, Wahyu. 2020. Psikologi Kepribadian II. UP45: Rangkuman.

0 komentar:

Posting Komentar