Teori Sosial Learning, Albert
Bandura.
Engelbertha
Savsavubun
19310410015
Psikologi
Kepribadian II
Dosen
Pengampu: Fx. Wahyu Widiantoro, S.psi.,MA.
Bagi Bandura, walaupun primsip belajar cukup untuk menjelaskan dan
meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena
penting yang diabadikan atau ditolak oleh paeadigma behaviorisme. Yang pertama,
bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya
sendiri, sehingga mereka bukan semata-mata tidak yang menjadi obyek pengaruh
lingkungan. Sifat kausal bukan dmiliki sendirian oleh lingkunga, karena orang
dan lingkungan saling mempengaruhi.
Kedua, Bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadia
melibatkan iteraksi orang satu dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian
yang memadai harus memperhitungkan konkeks sosial dimana tingkah laku itu
diperoleh dan dipelihara. Teori belajar sosial (Sosial Learning Theory)
dari Bandura, didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal
determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan
berfikir (self-regulation/cognition).
1. Determinis
resiprokol: Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk
interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral
dan lingkungan.
2. Tanpa
reinforsemen: Bandura memandang teori Skinner dari Hull terlalu bergantung
kepada reinforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus
dipilih-pilih untuk direnforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar
apapun.
3. Kognisi
dan Regulasi diri: Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidak
senangan atau ketidak mampuan meraka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep Bandura
menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self
regulation), mempegaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tigkalakunya
sendiri. Kemampuan untuk menggambarkan secra imaginatif hasil yang diinginkan
pada masa yang akan datang mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing
ke arah tujuan jangka panjang.
Struktur kepribadian
1. Sistem
Self (Self System)
Tidak seperti Skinner yang teorinya
tidak memiliki konstruk self, Bandura yakin bahwa pengaruh yang ditimbulkan
oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku tidak dapat dihilangkan
tanpa membahayakan penjelasan & kekuatan peramalan. Dengan kata lain, self
diakui sebagai unsur struktur kepribadian. Saling determinis menempatkan semua
hal saling berinteraksi, di mana pusat atau pemulanya adalah sistem self.
Sistem self itu bukan unsur psikis yang mengontrol tingkah laku, tetapi mengacu
ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat
fungsi-fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self
tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi self menjadi
bagian dari sistem interaksi resiprokal.
2. Regulasi
Diri
Manusia
mempunyai kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi
lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia.
Balikannya dalam bentuk deteminis resiprokal berarti orang dapat mengatur
sebagian clan tingkahlakunya sendiri. Menurut Bandura, akan terjadi strategi
reaktif dan proaktif dalam regulasi did. Strategi reaktif dipakai untuk
mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif
menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Orang memotivasi dan membimbing
tingkahlakunya sendiri melalui strategi proaktif, menciptakan
ketisakseimbangan, agar dapat memobilisasi kemampuan dan usahanya berdasarkan
antisipasi apa Baja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ada tiga proses yang
dapat dipakai untuk melakukan pengaturan memanipulasi faktor eksternal,
memonitor dan mengevaluasi tingkahlaku internal. Tingkahlaku manusia adalah
hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal itu.
a. Faktor-faktor
dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara,
pertama; faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkahlaku.
Faktor lingkungan bertinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk
standar evalusi diri orang itu. Melalui orang tua dan guru anak-anak belajar
baik-buruk, tingkahlaku yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Melalui
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas anak kemudian
mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai prestasi diri.
Kedua: faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam
bentuk penguatan(reinforcemenl). Hadiah intrinsik tidak selalu memberi
kepuasan, orang membutuhkan insentif yang berasal dari lingkungan ekstemal.
Standar tingkahlaku dan penguatan biasanya bekerja sama; ketika orang dapat
mencapai standar tingkahlaku tertentu, perlu ada penguatan agar tingkahlaku
semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan 1agi.
b. Faktor
internal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal
dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh
internal.
a) Observasi
diri (self observation): dilakukan berdasarkan faktor
kualitas penampilan, kuantita penampilan, orisinalitas tingkahlaku dan
seterusnya.
b) Proses
penilaian atau mengadili tingkah laku (judgmental process):
adalah melihat kesesuaian tingkahlaku dengan standar pribadi, membandingkan
tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai
berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, dan memberi atribusi performansi.
Standar pribadi bersumber dari pengalaman mengamati model misalnya orang tua
atau guru, dan menginterpretasi balikan/penguatan dari performansi diri.
c) Reaksi-diri-afektif
(self response): akhirnya berdasarkan pengamaan dan judgment itu, orang
mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menghadiahi atau
menghukum diri sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi
kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif
menjadi kurang bermakna secara individual.
3. Efikasi
Diri (Self Effication)
Bandura menyebut keyakinan atau
harapan diri ini sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi
hasil.
a) Efikasi
diri atau efikasi ekspektasi (self effication-efficacy expectation)presepsi
diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi
tertentu.
b) Ekspetasi
hasil (outcome expectations) perikiraan atau estimasi diri bahwa tingkah
laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Faktor-faktor penting dalam Belajar Melalui Observasi
a) Perhatian
(attention process): Sebelum meniru orang lain, perhatian hams dicurahkan ke
orang itu. Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya,
sifat model yang atraktif, dan arti penting tingkahlaku yang diamati bagi si
pengamat.
b) Representasi
(representation process): Tingkahlaku yang akan ditiru, hams disimbolisasikan
dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk gambaran/imajinasi.
c) Peniruan
tingkahlaku model (behavior production process): Sesudah mengamati dengan penuh
perhatian, dan memasukkanya ke dalam ingatan, orang lalu bertingkahlaku.
d) Motivasi
dan Penguatan (motivation and reinforcement process): Belajar melalui pengamatan menjadi
efektif kalau pebelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan
tingkahlaku modelnya.
Referensi:
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadin. Malang: UMM press.
https://www.kompasiana.com/abhimanyu/5581b83823afbd8c0a8b45e1/teori-belajar-albert-bandura?page=all
0 komentar:
Posting Komentar