UJIAN
AKHIR PSIKOLOGI SOSIAL 2
Dosen
Pengampu Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Bayu
Pratama / 19310410022
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Manusia sebagai makhluk
sosial tidak bisa dilepaskan dari satu sama lainnya, baik dengan keluarga,
saudara, teman maupun orang lain. Syarat utama dari adanya atau hadirnya
aktivitas-aktivitas sosial adalah adanya interaksi sosial (Wulandari). Sejak dari
lahir manusia sudah berinteraksi dengan dokter, suster, ibu dan ayahnya. Mulai dari
itu mulai terbentuk suatu interaksi, jika dari lahir manusia tidak berinteraksi
maka akan mati karena membutuhkan orang lain untuk membantunya. Interaksi akan
memberikan banyak manfaat apalagi interaksi dengan orang banyak baik secara
langsung ataupun virtual akan memberikan tambahan pengetahuan terlebih pada
masa-masa remaja yang ingin tahu semua hal.
Masa remaja merupakan
masa transisi dari masa anak ke masa dewasa (Hurlock, 1973). Remaja yang mampu
berinteraksi dengan baik akan mampu menghadapi segala tantangan dan masalah
dalam hidupnya karena mempunyai banyak contoh baik maupun buruk. Peran keluarga
dalam mengarahkan dan memberikan informasi juga akan menjadi bekal untuk
perkembangan seorang remaja guna menentukan masa depannya kelak. Contoh yang
baik dari figure orang tua akan menjadi pegangan bagi seorang remaja.
Perkembangan psikis
maupun fisik dalam masa remaja akan menimbulkan dampak bagi mereka, orang tua, maupun orang
sekitarnya. Karena pada masa remaja adalah masa transisi menuju dewasa. Dalam perjalanan
hidup pasti akan dihadapkan dengan banyak situasi dan ini membuat berinteraksi
dengan orang banyak. Bila remaja melakukan interaksi yang banyak ataupun tinggi
mereka akan mudah menyesuaikan diri dan mudah mengatasi segala situasi. Tetapi juga
harus ada suatu kontrol diri untuk membatasi dorongan yang ada.
Kemampuan mengatasi
ataupun membatasi dorongan yang ada berguna untuk mengarahkan tingkah laku
menuju hal-hal yang baik. Setiap pribadi pasti berbeda-beda jenis atau
tingkatan kemampuan mengatasi dorongan tersebut. Salah satu contoh mengatasinya
adalah dengan membuat cita-cita atau tujuan hidup dengan begitu jika ada suatu
dorongan yang buruk akan teringat dengan cita-citanya dan bila dorongan buruk
itu dilakukan maka pupuslah cita-cita.
Dengan demikian
pentingnya interaksi dengan keluarga, lingkungan yang baik dan kontrol diri
yang baik akan menjadikan jalan untuk menuju kesuksesan. Adanya contoh konkrit
dari keluarga dan lingkungan sekitar kan menjadi tambahan motivasi untuk
mengejar apa yang diinginkan. Tentu saja tak hanya itu usaha yang gigih dan doa
juga sangat penting.
Referensi :
Xiao.
Angeline. (2018). Konsep Interaksi Sosial dalam Komunikasi, Teknologi,
Masyarakat
Yunistiati,
Farida., Djalali, M.A. & Farid, M. (2014). Keharmonisan Keluarga, Konsep
Diri Dan Interaksi Sosial Remaja. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Januari
2014, Vol. 3, No. 01, hal 71 – 82
Ainy, Lathiifa. (2018). “Perlukah
Seseorang Memiliki "Self-Control"?. Diakses pada 7 Januari 2020 dari https://www.kompasiana.com/lathiefaainy/5ae759bb5e137321b66182f2/perlukah-seseorang-memiliki-self-control
0 komentar:
Posting Komentar