Resiliensi remaja menghadapi hubungan
toxic friendship
Ujian akhir
PSIKOLOGI INOVASI
Diampu
oleh Arundati shinta MA
Rr. Sekarlangit Ayuningtyas Rahawarin
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi
45
Remaja Menurut monks (1999) adalah individu yang
berusia 12-21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak kanak
ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun remaja awal,15-18 remaja pertengahan,
18-21 tahun remaja akhir. Erikson (dalam Alwisol, 2011) remaja adalah tahap
sosial laten. Dari tahap ini akan muncul kesetiaan (fidelity) sebagai keutamaan (virtue).
Sisi patologis dari kesetiaan adalah penolakan (repudiation) menjadi bentuk
malu malu atau penyimpangan (deviance).
Friendship adalah sahabat,
teman. Banyak yang bilang bahwa “frienship
is more than anything” dan sepertinya pernyataan itu memang benar. Sahabat merupakan
sosok yang selau ada di saat kita membutuhkan tapi Kamu gak akan dapetin itu
kalau ternyata lingkungan pertemananmu itu toxic. Berdasarkan
uraian di atas dapat di simpulkan bahwa toxic friendship adalah hubungan
pertemanan yang merugikan salah satu sisi
Bahasanya
generasi milenial soal teman yang bikin hidup nggak nyaman ataupun stres
disebut teman toxic. Maksud toxic alias “beracun” berarti teman yang menyebarkan lebih banyak
aura negatif. Akhirnya, berdampak negatif pula pada dirimu.Ketika kamu
udah berada di tahap where you are afraid of your friend, bahaya. Kemungkinan temanmu itu yang memberikan
perasaan negatif sehingga kamu malah takut temenan lagi.
Persoalan klasik yang berhubungan dengan resiliensi remaja menghadapi
pertemanan yang beracun adalah dampak negatif yang diakibatkan oleh pertemanan yang tidak
sehat. Yaitu, rasa stres, sedih, cemas, meragukan diri sendiri, merasa
disalahgunakan, merasa tidak menjadi diri sendiri, hilangnya kepercayaan, serta
membuat individu selalu merasa melakukan giving. Idealnya, pertemanan itu harus saling bahu membahu dan
susah senang bersama (Arifia,2020).
Jadi pertanyaan yang harus dijawab dalam tulisan
ini adalah apa yang bisa dilakukan oleh orang-orang termasuk kita
sendiri ketika berhadapan dengan toxic
relationship. Hal ini penting
karena agar kita tidak terjerumus ke dalam kebiasaan buruk mereka Sekali kita coba mengikuti teman yang negatif, maka kita
sudah berbuat enggak baik meskipun hal itu kecil.
Strategi menhadapi toxic
relationship menurut Erind loranf (2020) adalah
1.Kenali
Sifat yang Beracun
Penting untuk mengenali apa
saja sifat beracun alias toxic yang ditunjukkan seorang teman. Dengan begitu,
kamu bisa mencari tahu apakah orang tersebut memang “beracun” atau hanya
menjadi teman toxic kepadamu
saja.
2.Berani Katakan Tidak
Merasa tidak enak saat harus
menolak permintaan teman sangat mungkin terjadi. Namun, sebaiknya pastikan
bahwa teman toxic tidak
bersikap semaunya dan berlebihan. Memutuskan untuk bertahan dengan teman toxic
tidak masalah, tapi kamu harus mengetahui konsekuensi dan kemungkinan yang akan
terjadi. Jika sudah dirasa sangat berlebihan, cobalah untuk berani mengatakan
tidak dan melawan apa yang dilakukan oleh teman beracun.
3.Buat
Batasan
Sangat penting untuk membuat batasan jelas, terutama saat terjebak dalam pertemanan toxic. Hal ini berguna untuk melindungi diri sendiri.
Saat berada di sekitar orang yang toxic,
hal yang harus diutamakan adalah kesehatan mental dan kebahagiaan diri sendiri.
Jangan sampai kamu mengorbankan kondisi kesehatan mental hanya untuk membuat
senang teman toxic.
4.Berteman dengan yang
Lainnya
Tidak masalah jika kamu
merasa berat untuk melepaskan dan memilih bertahan dengan teman toxic. Namun, sebaiknya usahakan untuk tetap
berkomunikasi dan berteman dengan teman lain yang tidak tergolong sebagai teman toxic. Kamu bisa berbagi cerita dan meminta pandangan
yang objektif dari orang yang berda di luar lingkarang pertemanan toxic.
Cobalah untuk membicarakan seputar yang yang dialami tanyakan pendapatnya terkait
hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi jenis pertemanan tersebut.
5.Sarankan Konsultasi
Jika teman dekat mulai
menunjukkan tanda sebagai toxic friend, kamu bisa menyarankannya untuk berkonsultasi
dengan ahli. Sebab, pada beberapa kasus, teman toxic mungkin membutuhkan bantuan ahli
psikologis untuk mengembalikan kehidupan pertemanan, karir, dan hubungan
keluarga ke jalan yang seharusnya.
6.Akhiri
Pertemanan
Jika kamu merasa sudah tidak
bisa lagi mentoleransi masalah dalam hubungan pertemanan, jangan ragu untuk
mengakhirinya. Perlu diingat, menjaga kesehatan mental dan kebahagiaan diri
sendiri adalah hal yang lebih penting. Dengan begitu, kamu bisa lebih fokus
dalam menjalani hidup dan aktivitas lainnya tanpa diganggu hubungan beracun.
Menghadapi pertemanan beracun, kita butuh kecerdikan. Apalagi bila
situasi sulit tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis kita Menjauh darinya bukan
berarti kita memutuskan tali silaturahmi dengannya. Jika ada hal yang berkaitan
dengannya kita enggak perlu menghindar. Misalnya ada reuni atau nanti ada
kerjaan bareng berdua ya kita tetap akan bersikap seperti biasa saja.
Referensi
toxic Friends: Less Friend, More Foe.
Erind loranf (2020) Psychology Today. Diakses pada 2020. How to Identify
and Inoculate a Toxic Friendship.
Alwisol, (2011) psikologi kepribadian. Jakarta.
UMM press
Monk,( 1999) psikologi perkembangan. Yogyakarta,
UGM press
Arifia 2020) cara menjauhi toxic people
http://news.unair.ac.id/2020/07/13/mengenal-dan-memahami-bahaya-toxic-friendship/
0 komentar:
Posting Komentar