9.1.21

Resiliensi remaja menghadapi hubungan toxic friendship

 

Resiliensi remaja menghadapi hubungan toxic friendship

Ujian akhir  PSIKOLOGI INOVASI

Diampu oleh Arundati shinta MA



Rr. Sekarlangit Ayuningtyas Rahawarin

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

 

Remaja Menurut monks (1999) adalah individu yang berusia 12-21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun remaja awal,15-18 remaja pertengahan, 18-21 tahun remaja akhir. Erikson (dalam Alwisol, 2011) remaja adalah tahap sosial laten. Dari tahap ini akan muncul kesetiaan (fidelity) sebagai keutamaan (virtue). Sisi patologis dari kesetiaan adalah penolakan (repudiation) menjadi bentuk malu malu atau penyimpangan (deviance).

Friendship adalah sahabat, teman. Banyak yang bilang bahwa “frienship is more than anything” dan sepertinya pernyataan itu memang benar. Sahabat merupakan sosok yang selau ada di saat kita membutuhkan tapi Kamu gak akan dapetin itu kalau ternyata lingkungan pertemananmu itu toxic.  Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa toxic friendship adalah hubungan pertemanan yang merugikan salah satu sisi

 Bahasanya generasi milenial soal teman yang bikin hidup nggak nyaman ataupun stres disebut teman toxic. Maksud toxic alias “beracun” berarti teman yang menyebarkan lebih banyak aura negatif. Akhirnya, berdampak negatif pula pada dirimu.Ketika kamu udah berada di tahap where you are afraid of your friend, bahaya. Kemungkinan temanmu itu yang memberikan perasaan negatif sehingga kamu malah takut temenan lagi.

Persoalan klasik yang berhubungan dengan resiliensi remaja menghadapi pertemanan yang beracun adalah dampak negatif yang diakibatkan oleh pertemanan yang tidak sehat. Yaitu, rasa stres, sedih, cemas, meragukan diri sendiri, merasa disalahgunakan, merasa tidak menjadi diri sendiri, hilangnya kepercayaan, serta membuat individu selalu merasa melakukan giving. Idealnya, pertemanan itu harus saling bahu membahu dan susah senang bersama (Arifia,2020). 

Jadi pertanyaan yang harus dijawab dalam tulisan ini adalah apa yang bisa dilakukan oleh orang-orang termasuk kita sendiri ketika berhadapan dengan toxic relationship. Hal ini penting karena agar kita tidak terjerumus ke dalam kebiasaan buruk mereka  Sekali kita coba mengikuti teman yang negatif, maka kita sudah berbuat enggak baik meskipun hal itu kecil.

 

 

Strategi menhadapi toxic relationship menurut Erind loranf (2020)  adalah

1.Kenali Sifat yang Beracun

Penting untuk mengenali apa saja sifat beracun alias toxic yang ditunjukkan seorang teman. Dengan begitu, kamu bisa mencari tahu apakah orang tersebut memang “beracun” atau hanya menjadi teman toxic kepadamu saja. 

2.Berani Katakan Tidak 

Merasa tidak enak saat harus menolak permintaan teman sangat mungkin terjadi. Namun, sebaiknya pastikan bahwa teman toxic tidak bersikap semaunya dan berlebihan. Memutuskan untuk bertahan dengan teman toxic tidak masalah, tapi kamu harus mengetahui konsekuensi dan kemungkinan yang akan terjadi. Jika sudah dirasa sangat berlebihan, cobalah untuk berani mengatakan tidak dan melawan apa yang dilakukan oleh teman beracun. 

3.Buat Batasan 

Sangat penting untuk membuat batasan jelas, terutama saat terjebak dalam pertemanan toxic. Hal ini berguna untuk melindungi diri sendiri. Saat berada di sekitar orang yang toxic, hal yang harus diutamakan adalah kesehatan mental dan kebahagiaan diri sendiri. Jangan sampai kamu mengorbankan kondisi kesehatan mental hanya untuk membuat senang teman toxic

4.Berteman dengan yang Lainnya 

Tidak masalah jika kamu merasa berat untuk melepaskan dan memilih bertahan dengan teman toxic. Namun, sebaiknya usahakan untuk tetap berkomunikasi dan berteman dengan teman lain yang tidak tergolong sebagai teman toxic. Kamu bisa berbagi cerita dan meminta pandangan yang objektif dari orang yang berda di luar lingkarang pertemanan toxic. Cobalah untuk membicarakan seputar yang yang dialami tanyakan pendapatnya terkait hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi jenis pertemanan tersebut. 

5.Sarankan Konsultasi 

Jika teman dekat mulai menunjukkan tanda sebagai toxic friend, kamu bisa menyarankannya untuk berkonsultasi dengan ahli. Sebab, pada beberapa kasus, teman toxic mungkin membutuhkan bantuan ahli psikologis untuk mengembalikan kehidupan pertemanan, karir, dan hubungan keluarga ke jalan yang seharusnya.

 

 

 

 

6.Akhiri Pertemanan 

Jika kamu merasa sudah tidak bisa lagi mentoleransi masalah dalam hubungan pertemanan, jangan ragu untuk mengakhirinya. Perlu diingat, menjaga kesehatan mental dan kebahagiaan diri sendiri adalah hal yang lebih penting. Dengan begitu, kamu bisa lebih fokus dalam menjalani hidup dan aktivitas lainnya tanpa diganggu hubungan beracun.



Menghadapi pertemanan beracun, kita butuh kecerdikan. Apalagi bila situasi sulit tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis kita Menjauh darinya bukan berarti kita memutuskan tali silaturahmi dengannya. Jika ada hal yang berkaitan dengannya kita enggak perlu menghindar. Misalnya ada reuni atau nanti ada kerjaan bareng berdua ya kita tetap akan bersikap seperti biasa saja.

 

Referensi

toxic Friends: Less Friend, More Foe.

Erind loranf (2020) Psychology Today. Diakses pada 2020. How to Identify and Inoculate a Toxic Friendship. 

https://www.psychologytoday.com/us/blog/peaceful-parenting/201810/how-identify-and-inoculate-toxic-friendship

 

Alwisol, (2011) psikologi kepribadian. Jakarta. UMM press

 

Monk,( 1999) psikologi perkembangan. Yogyakarta, UGM press

 

Arifia 2020) cara menjauhi toxic people

http://news.unair.ac.id/2020/07/13/mengenal-dan-memahami-bahaya-toxic-friendship/

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar