9.1.21

PERAN SUAMI DALAM MEMBENTUK RESILIENSI ISTRI YANG BEKERJA SAMBIL KULIAH

 

PERAN SUAMI DALAM MEMBENTUK RESILIENSI ISTRI YANG BEKERJA SAMBIL KULIAH

Ujian Psikologi Inovasi

Dosen pengampu: Arundati Shinta

 


Oleh Ika Fatmawati

NIM. 18.310.410.1185

Fakultas Proklamasi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan mulia. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, pekerjaan rumah adalah pekerjaan yang rasanya tidak terputus. Melelahkan dan membosankan jika tidak dinikmati, satu pekerjaan belum selesai sudah bersambung dengan pekerjaan lain. Tidak jarang satu pekerjaan dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan lain, misalnya mencuci menggunakan mesin cuci sambil memasak.

Sebagian ibu rumah tangga juga memilih untuk bekerja di luar rumah. Berbagai alasan dikemukakan oleh mereka, misalnya membantu perekonomian keluarga atau panggilan jiwa sebagai bentuk pengabdian. Menjalani peran sebagai ibu rumah tangga sekaligus pekerja tentu saja memiliki banyak sekali tantangan. Masalah pekerjaan, mengurus anak, dan mengurus rumah tangga bukan saja menguras tenaga tetapi juga pikiran.

Adalah saya yang termasuk salah satu dari sekian banyak ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah. Saya juga telah memiliki tiga orang anak. Anak pertama berusia 10 tahun 4 bulan, yang kedua usia 5 tahun 9 bulan, dan yang paling kecil berusia 3 tahun 4 bulan. Pekerjaan rumah saya kerjakan tanpa asisten rumah tangga. Dalam keadaan tersebut saya masih menjalani aktifitas lain, yaitu menjadi mahasiswa fakultas psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.

Seorang istri tidak akan mampu menjalankan semua peran tersebut dengan baik tanpa adanya dukungan dari suami. Suami adalah pemimpin dalam sebuah keluarga. Bahkan menurut Takariawan dalam Wonderful Husband (2014) kepemimpinan seorang suami dalam keluarga adalah kepemimpinan 24 jam. Orang yang dipimpin seorang suami pertama kali dalam keluarga adalah istri.

Padatnya aktifitas dan kegiatan yang dijalani menuntut seorang istri untuk memiliki resiliensi diri yang baik. Menurut Boss dalam Mawarpuri dan Mirza (2017), resiliensi merupakan toleransi terhadao ketidakpastian yang panjang dan kemampuan beradaptasi, bertahan, dan tumbuh dari kesengsaraan. Kesengsaraan menjalani berbagai peran dalam waktu yang bersamaan dalam waktu yang cukup lama. Kesengsaraan yang harus bisa dinikmati untuk mencapai sebuah keluarga yang berkualitas.

Kualitas keluarga adalah kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai- nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera (Mawarpury dan Mirza, 2017). Salah satu hal yang menentukan kualitas keluarga ini adalah seorang istri yang dapat menjalankan perannya dengan baik.Peran ganda dari seorang istri yang bekerja sambil kuliah tentu membuat seorang istri merasa kewalahan dan merasa menderita jika dikerjakan sendiri. Bisa dikatakan akan seorang istri akan mengalami kelelahan fisik dan kecenderungan stress.

Sebagai seorang pemimpin keluarga, suami memiliki peran penting untuk mengurangi potensi kelelahan fisik dan kecenderungan stress. Seorang istri memutuskan untuk bekerja dan kuliah tentu atas ijin dari suami. Pengelolaan keluarga, pendidikan anak, pekerjaan rumah tangga menjadi tanggung jawab bersama agar hubungan antar anggota keluarga tetap baik dan harmonis. Tidak ada lagi budaya patriarki dalam keluarga ini.

Peran suami dalam membentuk resiliensi seorang istri yang bekerja sambil kuliah dapat diwujudkan dengan berbagai cara diantaranya yaitu :

1)    Memberikan support atau dukungan secara langsung saat istri merasa lelah dan hilang semangat.

2)  Membantu mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa dikerjakan oleh suami misalnya menjemur dan mengangkat cucian, menyapu halaman.

3)    Mengambil alih antar jemput sekolah anak

4)    Mendampingi anak saat istri harus mengerjakan tugas kuliah

5)    Membiarkan istri beristirahat atau tidur siang meskipun sebentar saat libur kerja dan atau libur kuliah

6)    Mendengarkan curhatan istri

Resiliensi seorang istri tidak semata- mata hadir karna dia hebat dan tangguh, tetapi karena ada suami siaga yang selalu mendukung dan menguatkan. Jantung rumah tangga adalah seorang istri, apabila istri merasa bahagia maka akan bahagia seluruhnya. Kebahagiaan istri tidak hanya terletak pada prestasi dan materi, tetapi memiliki suami yang selalu mendukung dalam meraih impiannya selama dalam hal kebaikan. Kesengsaran hidup akan dapat dijalani dengan hati yang kuat dan tabah, sehingga bisa melewati semuanya dengan baik.

Referensi :

-       Takariawan, C. (2014). Wonderfull Husband. Solo : Era Adicitra Intermedia.

-       Mawarpury, M., Mirza. (2017) Resiliensi Dalam Keluarga: Perspekktif Psikologi. Jurnal Psikoislamedia. 2(1), 96-106.

 



0 komentar:

Posting Komentar