RESILIENSI PADA INDIVIDU KECENDERUNGAN INGIN BUNUH DIRI
UJIAN PSIKOLOGI INOVASI
Dosen Pengampu : Dr.Arundati Shinta
Penulis ;
Nama :Nirbita Melani
NIM :18.310.410.1180
Dewasa ini semakin
mudah menemukan informasi mengenai bunuh diri,ini merupakan fenomena yang
begitu menarik melihat maraknya kasus bunuh diri menjadi sangat memprihatinkan yang sebenarnya harus
benar-benar menjadi perhatian.
Bunuh diri merupakan
upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mengakhiri kehidupan secara sadar
berupaya untuk mati (Muhith,2015).
Dikutip dari WHO
Global Health Estimates 2017 mengeluarkan data bahwa kematian global tertinggi
akibat bunuh diri dinegara-negara berpendapatan rendah dan menengah adalah umur
20 tahun.Di Indonesia banyak sekali kasus-kasus mengenai bunuh diri,parahnya ada
yang sampai dipublikasikan secara terang-terangan.Lalu mengapa hal tersebut
bisa terjadi?
Menurut Khan
(2011),low et al(2012) didapatkan hasil depresi memiliki hubungan dengan ide
bunuh diri.Masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan stress,Sejumlah
penelitian melaporkan bahwa stress dan kehidupan yang penuh stress merupakan
peristiwa yang sangat terkait dengan gejala depresi,yang kemudian meninggalkan
resiko bunuh diri (Zhang et al,2011,you et al,2014)Stres berkelanjutan dapat
mengakibatkan kecemasan dan depresi.
Di dalam buku jelajah
jiwa hapus stigma menjelaskan beberapa factor yang membuat seseorang memiliki
pikiran untuk melakukan tindakan bunuh diri,diantaranya :
1. Factor biologis
Banyak penelitian yang
melihat adanya hubungan riwayat bunuh diri pada keluarga dengan percobaan bunuh
diri,ini dihubungkan baik secara transmisi genetic maupun efek lingkungan yang
menunjukan perilaku tersebut.Pada buku tersebut dilakukan penelitian pada 2
subjek yaitu,pada subjek utama tidak mempunyai riwayat keluarga dengan perilaku
bunuh diri,namun faktor herediter dan neurotransmitter menjadi pertimbangan
dari peran factor biologis dalam tindakan bunuh diri subjek FA dan AS.Perilaku
agresif pada keluarga juga berhungungan dengan perilaku bunuh diri,perilaku
agresif orang tua berkaitan dengan pola pengasuhan yang menggunakan kekerasan
fisik maupun verbal.
Gangguan fisik yang
menyertai seseorang dengan percobaan bunuh diri mempunyai beberapa aspek yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri.Ditemukan pada kasus AS terdapat
gangguan pendengaran kongenital sehingga menimbulkan gangguan body image dan
disfungsi yang disebabkan gangguan tersebut.
2. Factor psikologis
Factor psikologis dalam
penelitian ini dilihat dari pola asuh dan stabilitas
keluarga,temperamen,kepribadian,mekanisme coping,dan psikopatologi yang
ada.pada kasus FA terdapat pola asuh yang mengandung kekerasan verbal dan fisik
(physical violence dan verbal abuse).
Dampak KDRT dapat berupa
dampak fisik dan dampak psikis,dampak yang fatal adalah kematian,dan yang tidak
fatal seperti cedera,keluhan fisik,dan kecacatan.
Pada kasus ke 2 yaitu orang
tua AS memiliki sikap double bind kepada AS,yaitu seperti ibu AS memiliki watak
yang protektif tetapi meminta As untuk hidup mandiri,dan Ayah As yang
membebaskan anak-anaknya agar mandiri.
Kepribadian yang terkait
dengan bunuh diri adalah kepribadian yang ambang,antisosial,dan histrionic.
Kepribadian ambang yang
menunjukan agresivitas dan impulsivvitas.Kepribadian histrionic mempunyai
keinginan untuk menarik perhatian dan mendapatkan keunntungan
sekunder.Kepribadian antisosial menunjukan lemahnya nilai dan ikatan emosional
dengan keluarga dan masyarakat.
3. Factor sosiokultural
Factor sosiokultural juga
dapat melatarbelakangi perilaku bunuh diri seseorang,diantaranya
pertemanan,problem group,minoritas,penghayatan spiritual,nilai-nilai
hidup,masalah keahlian,bakat,pendidikan,dan proses kreatif.
Bagaimana
pemikiran bunuh diri bisa muncul ?
Ide
bunuh diri bisa muncul karena mindset seorang individu yang menganggap bahwa
bunuh diri adalah jalan keluar dari masalah yang dihadapi,menganggap bahwa cara
ini adalah cara yang dapat mengubah realitas yang terjadi,
Gangguan
jiwa dapat ditangani dengan sikap optimis gejala maupun disfungsi
penyerta.Upaya preventif yang dilakukan adalah pencegahan terhadap relasi bunuh
ide bunuh diri yang muncul pada seorang individu.
Dalam buku jelajah jiwa hapus stigma
bahwa mengingat urgensi masalah bunuh diri,sangatlah penting untnuk dilakukan
penampisan dini dan intervensi pada fasilitas pelayanan kesehatan primer atau local
gatekeeper lain yang memungkinkan untuk dilaksankan (Perlemen,et
al.,2011)Berkembangnya ide untuk bunuh diri dapat dipertanyakan melalui
wawancara langsung atau penampisan melalui mekanisme self report (Shain,2016).
Dalam
penelitiannya,proses penampisan dilaksanakan pada tahapan pencegahan primer dengan
melakukan deteksi dini bahwa individu mempunyai kecenderungan ide bunuh diri
berdasarkan adanya factor-faktor resiko.
Persepsi
para pemangku kebijakan tentang bunuh diri akan sangat mempengaruhi masa depan
upaya pencegahan bunuh diri di setiap Negara (Hermes,2009:Word Health
Organization,2012). Indonesia telah memberlakukan UU no 24 tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,beberapa pelayanan kesehatan ditanggung oleh
BPJS kesehatan antaranya gangguan kesehatan menyakiti diri sendiri.
Bagaimana
mendeteksi individu yang cenderung ingin bunuh diri ?
Usahakan untuk mulai peka pada kondisi
sekitar kita,belajar untuk selalu care terhadap siapapun karena sebetulnya
seseorang yang cenderung ingin bunuh diri aktivitasnya dapat diamati
seperti,merasa sedih,sering menangis,anxietas dan gelisah,perubahan mood drastic,mudah
tersinggung,bingung,menurunnya minat dalam kegiatan sehari-hari,sulit mengambil
keputusan,menyakiti diri sendiri atau orang lain,menjadi fanatic terhadap agama
atau bisa menjadi artheis,terdapat juga fakotr bunuh diri didalam komunitas
yaitu,keyakinan kultural tentang kehidupan setelah kematian dan penerimaan
tentang bunuh diri rasional sebagai sebuah solusi terhadap masalah social
Ketersediaan metode bunuh
diri,prevalensi masalah psikososial seperti depresi dan gangguan penggunaaan
zat yang membatasi kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap keadaan yang
penuh tekanan
Pencegahan
bunuh diri di Indonesia telah dilakukan diantaranya :
1. Pengembangan program pencegahan bunuh diri yang efektif
dengan sosialisasi yang massif
2. Penguatan edukasi mengenai kesehatan mental bagi
masarakat
3. Pemantauan secara berkala di tingkat nasional melalui
data yang akurat,
4. Keluarga perlu proaktif untuk mencari informasi dan
memahami tentang pola asuh yang mengikuti perkembangan zaman
5. Menyikapi konflik orang tua dan anak secara wajar
6. Orang tua perlu berempati dengan kebutuhan anaknya
7. Who Indonesia ikut mensosialisasikan strategi pencegahan
bunuh diri dan dijadikan program oleh masin-masing lembaga terkait yang tercantum
dalam rekomendasi demi tercapainya common goals dari strategi pencegahan bunuh
diri
8. Konsisten mendampingi Indonesia dalam ikhtiar mencapai
targetgoal terkait bunuh diri
9. Pada media massa menjalankan amanat UU nomor 18 tahun
2014 tentang kesehatan jiwa yang mengatur upaya promotif media massa.
10. Mengikuti perkembangan kaidah tentang penulisan berita
tentang bunuh diri
11. Melakukan edukasi kepada masyarakat tentang jesehatan jiwa secra umum,dan bunuh diri secra khusus untuk mengurangi stigma terkait bunuh diri.
Maka dapat
disimpulkan bahwa kecenderungan ingin bunuh diri bermula pada diri kita
sendiri,stress yang berlebihan,dan kecemasan yang teramat sangat dapat memicu
kita untuk depresi.Kita cenderung untuk ingin mengubah sebuah realita,namun
tidak dapat dilakukan dengan semudah itu,dengan kita bisa menerima maka kita
akan terhindar dari pikiran stress dan kecemasan.
Tidak hanya itu,ternyata factor dari luar juga dapat memicu kecenderungan ingin bunuh diri seperti keluarga,lingungan tempat tinggal,pertemanan,dan lain-lain.Bunuh diri dapat mewariskan penyesalan yang tak bekesudahan bagi keluarga yang ditinggalkan,Ada sebuah rasa penasaran tentang apa penyebabnya,memungkinkan bahwa selama ini keluarga tidak mengenali sosok pelaku bunuh diri.Kondisi tidak berdamai dengan realita akan berdampak toxic pada keberlangsungan hidup kita.
referensi :
Yusuf,Nova Riyanti.2020.Jelajah Jiwa Hapus Stigma Autopsi
Psikologis Bunuh Diri Dua Pelukis.Jakarta:PT.Kompas Media Nusantara
Winurini,Sulis.2019.Pencegahan bunuh diri di Indonesia.bidang
kesejahteraan sosial,VolXI no 20.ISSN 2088-2351
http://Materi-Bunuh-diri-talk-show dr-Carla.pdf
Aulia,Nur & dkk.2019.Analisis hubungan faktor resiko bunuh diri dengan ide bunuh diri terhadap remaja.Jurnal Keperawatan.Volume 11 No 4 hal 303-310.ISSN2085-2049
0 komentar:
Posting Komentar