10.1.21

REVIEW JURNAL RESILIENSI PADA REMAJA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

 

 REVIEW JURNAL RESILIENSI PADA REMAJA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UJIAN PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu : Dr.Arundati Shinta


OLEH :
Nirbita Melani/18.310.410.1180

 

 

JUDUL

Resiliensi pada remaja korban kekerasan dalam rumah tangga

NAMA JURNAL

Jurnal penelitian psikologi

VOLUME DAN HALAMAN

volume 07,nomor 02

TAHUN

2020

PENULIS

Hilyatul Maslahah dan Riza Noviana Khoirunnisa

REVIEWER

Nirbita Melani

TANGGAL

7 Januari 2021

 

TUJUAN PENELITIAN

-

SUBJEK PENELITIAN

2 orang remaja IN (19 Tahun ) dan BF 18 Tahun. 2 Remaja tersebut adalah seorang remaja yang menjadi kekerasan dalam rumah tangga dalam bentuk fisik emosional oleh orang tua kandungnya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan yang disebut dengan case study.

Case study yaitu suatu model penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara penyidikan mendalam,terperinci,dan intensif dari berbagai macam informasi mengenai suatu kasus dalam kehidupan nyata dalam batas waktu tertentu dan tempat tertentu dengan malaporkan dalam bentuk deskripsi kasus,Neuman (2016)

Dalam penelitian ini proses pengumpulan data teknik yang digunakan oleh peneliti adalah teknik wawancara.

Kemudian teknik lain yang digunakan adalah teknik analisis tematik,

LANGKAH PENELITIAN

-

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini menemukan 3 tema besar yang diperoleh dalam wawancara yaitu :

1.    Latar belakang kekerasan

Terjadi kekerasan dalam rumah tangga yang diterima oleh anak dapat dilator belakangi oleh berbagai hal yang berbeda,baik dalam kondisi orang tua,anak itu sendiri maupun lingkungan sekitar.Dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat factor yang berbeda yang menjadikan kedua partisipan mendapatkan kekerasan dari orang tuanya.

2.    Proses Resiliensi

·         Fase memburuk

Fase pertama,dalam menghadapi suatu permasalahn berat dalam hidupnya,mereka mengalami berbagai bentuk kekerasan yang dapat menekan kondisi psikisnya,sehingga mereka merasa tidak memiliki kekuatan untuk melawan dari segala perlakuan yang diterimanya.

Partisipan IN mengungkapkan bahwa menghadapi berbagai permasalahan tersebut dirinya tidak mampu untuk melawannya ataupun melakukan sesuatu untuk menghentikan kekerasan kepadanya,sehingga ia perang batin atau marah pada dirinya sendiri karena tidak adanya kekuatan untuk melawan.

Berbeda dengan partisipan BF,BF tidak memiliki kekuatan untuk melawan tindakan kekerasan yang diberikan ibunya,sehingga BF merasa dirinya sebagai anak sudah tidak lagi ada artinya.

·         Fase Penyesuaian

Dalam fase ini subjek sudah dapat beradaptasi dengan keadaan yang tertekan dalam menerima kekerasan yang diberikan orangtua pasien kapansaja,yang menjadikan subjek merasa sudah terbiasa menghadapi berbagai bentuk kekerasan.

Subjek IN mengatakan bahwa selama dirinya menerima tindakan kasar adri orangtuanya ia berusaha lebih sabar,menahan diri dan legowo/

Subjek BF sudah mampu untuk bersabar dalam menghadapi segala perlakuan yang diberikan dalam menghadapi segala perlakuan yang diberikan kepadanya,dalam bentuk ia lebih mendiamkan saja ketika menerima kekerasan dari ibunya.

·         Fase Berkembanng

Dalam fase ini kondisi subjek sudah berani untuk mengambil tindakan dan dapat memperbaiki hidup menjadi lebih baik.

Subjek IN mengatakan bahwa ketika menghadapi masalah ia mampu mengalihkan pada hal-hal yang dapat menenangkan dirinya sehingga dapat menurunkan stressor.

Subjek BF,berusaha menjadi individu yang mampu hidup mandiri,tidak tergantung pada orang lain,sehingga memilik kemampuan untuk mengatur keuangan sendiri sesuai dengan kebutuhannya.

3.    Sumber Resiliensi

Kemampuan dalam melakukan resiliensi oleh kedua subjek dapat bersumber dari beberapa hal

·         I Have (dukungan eksternal)

Subjek IN mengungkapkan bahwa ia bersyukur mempunyai pacar seperti HD yang dapat meberikan arahan yang baik pada dirinya,dan membantu dalam menghadapi permasalahn IN.

Sedangkan BF,mempunyai panutan dari teman-teman terdekatnya dengan memberikan motivasi untuk tidak memikirkan masalah yang terlalu dalam dan arahan yang diberikan oleh R teman kosnya supaya BF tidsk salah dalam bertindak.

·         IAM (kemampuan batin )

Subjek IN mengatakan bahwa dirinya mempunyai keyakinan bahwa segala Sesutu yang dilakukan atau yang menjadi keputusan dirinya adalah suatu hal besar,sehingga ia memiliki sikap optimism tinggi dalam menghadapi apapun.

·         I Can (kemampuan interpersonal)

Kemampuan yang dimiliki subjek untuk menjalin komunikasi ataupun melakukan sesuatu yang dapat mendorong individu untuk dapat bangkit.

Pada sumber ini hanya didapatkan informasi dari subjek BF yang mengatakan bahwa ia mampu melakukan sesuatu untuk dapat menjadi pribadi yang mandiri,yaitu dengan mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut diungkap bahwa terdapat perbedaan latar belakang masalah yang dialami kedua subjek dalam melakukan resiliensi.Terdapat 2 faktor, kondisi keluarga yang dialami subjek ke 2 dan factor ekonomi yang dialami subjek pertama.

Dalam melakukan resiliensi kedua partisipan melalui proses yang tidak singkat,terdapat 3 proses perkembangan : fase memburuk,berkembang,dan andanya sumber resiliensi yang berbeda dari kedua partisipan tersebut.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar