UJIAN PSIKOLOGI INOVASI
Dosen Pengampu : Dr.Arundati Shinta
JUDUL |
Resiliensi
pada remaja korban kekerasan dalam rumah tangga |
NAMA JURNAL |
Jurnal
penelitian psikologi |
VOLUME DAN HALAMAN |
volume
07,nomor 02 |
TAHUN |
2020 |
PENULIS |
Hilyatul
Maslahah dan Riza Noviana Khoirunnisa |
REVIEWER |
Nirbita
Melani |
TANGGAL |
7
Januari 2021 |
TUJUAN PENELITIAN |
- |
SUBJEK PENELITIAN |
2
orang remaja IN (19 Tahun ) dan BF 18 Tahun. 2 Remaja tersebut adalah seorang
remaja yang menjadi kekerasan dalam rumah tangga dalam bentuk fisik emosional
oleh orang tua kandungnya. |
METODE PENELITIAN |
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan yang disebut dengan case study. Case
study yaitu suatu model penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara
penyidikan mendalam,terperinci,dan intensif dari berbagai macam informasi
mengenai suatu kasus dalam kehidupan nyata dalam batas waktu tertentu dan
tempat tertentu dengan malaporkan dalam bentuk deskripsi kasus,Neuman (2016) Dalam
penelitian ini proses pengumpulan data teknik yang digunakan oleh peneliti
adalah teknik wawancara. Kemudian
teknik lain yang digunakan adalah teknik analisis tematik, |
LANGKAH PENELITIAN |
- |
HASIL PENELITIAN |
Dalam
penelitian ini menemukan 3 tema besar yang diperoleh dalam wawancara yaitu : 1.
Latar belakang kekerasan Terjadi kekerasan
dalam rumah tangga yang diterima oleh anak dapat dilator belakangi oleh
berbagai hal yang berbeda,baik dalam kondisi orang tua,anak itu sendiri maupun
lingkungan sekitar.Dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat factor yang
berbeda yang menjadikan kedua partisipan mendapatkan kekerasan dari orang
tuanya. 2.
Proses Resiliensi ·
Fase memburuk Fase pertama,dalam menghadapi suatu
permasalahn berat dalam hidupnya,mereka mengalami berbagai bentuk kekerasan
yang dapat menekan kondisi psikisnya,sehingga mereka merasa tidak memiliki
kekuatan untuk melawan dari segala perlakuan yang diterimanya. Partisipan IN mengungkapkan bahwa
menghadapi berbagai permasalahan tersebut dirinya tidak mampu untuk
melawannya ataupun melakukan sesuatu untuk menghentikan kekerasan
kepadanya,sehingga ia perang batin atau marah pada dirinya sendiri karena
tidak adanya kekuatan untuk melawan. Berbeda dengan partisipan BF,BF tidak
memiliki kekuatan untuk melawan tindakan kekerasan yang diberikan
ibunya,sehingga BF merasa dirinya sebagai anak sudah tidak lagi ada artinya. ·
Fase Penyesuaian Dalam fase ini subjek sudah dapat
beradaptasi dengan keadaan yang tertekan dalam menerima kekerasan yang
diberikan orangtua pasien kapansaja,yang menjadikan subjek merasa sudah
terbiasa menghadapi berbagai bentuk kekerasan. Subjek IN mengatakan bahwa selama dirinya
menerima tindakan kasar adri orangtuanya ia berusaha lebih sabar,menahan diri
dan legowo/ Subjek BF sudah mampu untuk bersabar dalam
menghadapi segala perlakuan yang diberikan dalam menghadapi segala perlakuan
yang diberikan kepadanya,dalam bentuk ia lebih mendiamkan saja ketika
menerima kekerasan dari ibunya. ·
Fase Berkembanng Dalam fase ini kondisi subjek sudah berani
untuk mengambil tindakan dan dapat memperbaiki hidup menjadi lebih baik. Subjek IN mengatakan bahwa ketika
menghadapi masalah ia mampu mengalihkan pada hal-hal yang dapat menenangkan
dirinya sehingga dapat menurunkan stressor. Subjek BF,berusaha menjadi individu yang
mampu hidup mandiri,tidak tergantung pada orang lain,sehingga memilik
kemampuan untuk mengatur keuangan sendiri sesuai dengan kebutuhannya. 3.
Sumber Resiliensi Kemampuan dalam
melakukan resiliensi oleh kedua subjek dapat bersumber dari beberapa hal ·
I Have (dukungan eksternal) Subjek IN mengungkapkan bahwa ia bersyukur
mempunyai pacar seperti HD yang dapat meberikan arahan yang baik pada
dirinya,dan membantu dalam menghadapi permasalahn IN. Sedangkan BF,mempunyai panutan dari
teman-teman terdekatnya dengan memberikan motivasi untuk tidak memikirkan
masalah yang terlalu dalam dan arahan yang diberikan oleh R teman kosnya
supaya BF tidsk salah dalam bertindak. ·
IAM (kemampuan batin ) Subjek IN mengatakan bahwa dirinya mempunyai
keyakinan bahwa segala Sesutu yang dilakukan atau yang menjadi keputusan
dirinya adalah suatu hal besar,sehingga ia memiliki sikap optimism tinggi
dalam menghadapi apapun. ·
I Can (kemampuan interpersonal) Kemampuan yang dimiliki subjek untuk
menjalin komunikasi ataupun melakukan sesuatu yang dapat mendorong individu
untuk dapat bangkit. Pada sumber ini hanya didapatkan informasi
dari subjek BF yang mengatakan bahwa ia mampu melakukan sesuatu untuk dapat
menjadi pribadi yang mandiri,yaitu dengan mampu memenuhi kebutuhannya
sehari-hari. |
KESIMPULAN |
Berdasarkan
dari hasil penelitian tersebut diungkap bahwa terdapat perbedaan latar
belakang masalah yang dialami kedua subjek dalam melakukan
resiliensi.Terdapat 2 faktor, kondisi keluarga yang dialami subjek ke 2 dan
factor ekonomi yang dialami subjek pertama. Dalam
melakukan resiliensi kedua partisipan melalui proses yang tidak
singkat,terdapat 3 proses perkembangan : fase memburuk,berkembang,dan andanya
sumber resiliensi yang berbeda dari kedua partisipan tersebut. |
0 komentar:
Posting Komentar