8.1.21

PENTINGNYA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA: JANGAN BIARKAN ANAK MENJADI PENDIAM

 

Ujian Akhir Psikologi Sosial II

Dosen Pengampu : Dr. Arundanti Shinta, MA.

PUTRI SARTIKA / 19310410001

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 
 

Karakter dan perkembangan anak akan terbentuk dari lingkungan keluarga terlebih dahulu, baru ke lingkungan sosialnya. Anak cenderung mengikuti apa yang dilihat dan didengar oleh anak lalu anak akan menirukannya di lingkungan sosialnya. Lingkungan keluarga inilah yang sangat penting dalam menentukan dan yang sangat berpengaruh bagi perkembangan dan karakter anak. Komunikasi dalam keluarga, tidak hanya penyampaian pesan atau informasi dalam lingkungan  keluarga, tetapi juga berupaya untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara anggota keluarga demi terwujudnya keluarga yang harmonis dan bahagia.

Kenakalan remaja yang sering terjadi merupakan akibat yang ditimbulkan oleh ketidakharmonisan, kesalahpahaman dan miss komunikasi dalam keluarga itu senduu sehingga anak merasa tidak dihargai kedatangannya dan merasa didiemin oleh keluarganya. Carl I Haveland mengemukkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang menyampaiakan pesan untuk mengubah perilaku orang lain.

Begitu pula komunikasi dalam keluarga, ketika dua orang atau lebih dalam berkomunikasi, sebenarnya mereka berada dalam perbedaan untuk mencapai kesamaan pengertian, dengan cara mengungkapkan dunia sendiri yang khas, mengungkapkan dirinya yang tidak sama dengan siapapun, sekalipun yang menjadi peserta komunikasi itu adalah orang tua dengan anak, entah itu komunikasi antara ibu dan anaknya, antara ayah dengan anaknya, atau antara anak-anak itu sendiri.

Ketika anak ingin memulai komunikasi atau mendapatkan perhatian dari orang tuanya, terkadang orang tuanya sudah merasa lelah dengan aktifitasnya. Walaupun orang tuanya juga sudah berada dirumah terkadang orang tua juga masih sibuk dengan pekerjaannya atau bahkan dengan gadgetnya masing-masing sehingga anak merasa kehadirannya dihargai atau anak merasa dicuekkin sama orang tuanya. Ketika anak kurang mendapatkan perhatian dari lingkungan keluarganya maka sang anak akan mencari perhatian tersebut di lingkungan sosialnya. Ketika sang anak sudah mendapatkan perhatian dari lingkungan sosialnya, maka anak akan cenderung diam dan tidak terlalu menghiraukan dengan keluarganya sendiri. Karena sang anak merasa bahwa dirinya aja tidak dianggap kehadirannya dan sudah merasa nyaman denga lingkungan sosialnya.

Anak akan cenderung diam ketika berada dirumah daripada memulai komunikasi dengan keluarganya tetapi kehadirannya atau ketika anak ingin bercerita tentang aktifitasnya maka tidak ada yang mendengarkannya.

Keseluruhan proses tersebut sangat tergantung dari penerapan pola komunikasi dalam keluarga. Pola komunikasi tercermin dari cara orang tua membangun komunikasi dengan anak. Dalam bukunya Raising a Responsible Child, Elizabeth Ellis (Shapiro, 1997) menyatakan bahwa para peneliti yang mempelajari reaksi orang tua terhadap anak-anaknya  menemukan ada tiga gaya atau cara orang tua menjalankan perannya, yaitu gaya otoriter, permisif, dan otoritatif.

Orang tua otoriter memberlakukan peraturan-peraturan yang ketat yang harus dipatuhi oleh anak. Mereka menganggap bahwa anak-anak harus “berada di tempat yang telah ditentukan” dan tidak boleh menyuarakan pendapatnya. Orang tua permisif, berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin tetapi cenderung sangat pasif ketika harus berhadapan dengan masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidakpatuhan. Orang tua otoritatif berusaha mengembangkan batas-batas yang jelas dan lingkungan yang baik untuk tumbuh.

Dapat simpulkan bahwa, pentingnya komunikasi dalam keluarga. Berikut yang dapat dilakukan agar tidak terjadi miss komunikasi atau kesalahpahaman yang terjadi dalam keluarga, diantaranya :

1.    Mendengarkan ketika anak ingin bercerita kepada orang tuanya.

2.    Meluangkan waktu untuk anak ketika sudah berada dirumah

3.   Jangan bermain gadget selama di depan anak. Maka anak akan merasa dihagai kehadirannya dan merasa diperdulikan kepada orang tuanya

4.    Ajak anak bermain atau bekreasi bareng selama berada dirumah. Karena dengan begitu kita sebagai orang tua merasa tambah dekat dengan anak dan orang tua mengetahui bakat yang dimiliki oleh anak.

 

 

Referensi :

Kusuma, R. S. (2017). Komunikasi antar pribadi sebagai solusi konflik pada hubungan  remaja dan orang tua di Smk Batik 2 Surakarta. Warta LPM, 20(1), 49-54.

Xiao, A. (2018). Konsep interaksi sosial dalam komunikasi, teknologi , masyarakat. Jurnal Komunika : Jurnal Komunikasi, Media dan Informatika, 7(2), 94-98.

Yunistiati, F., Djalali, M., & Farid, M. (2014). Keharmonisan keluarga, konsep diri dan kenakalan remaja. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 3(02), 71-82.

 


0 komentar:

Posting Komentar