29.12.20

Teori Stimulus-respons dari Neal E. Miller dan John Dollard 

Lidya Aritonang

19310410033

FX Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A.

John Dollard dilahirkan di Menansha, Wisconsin pada tahun 1900. Ibunya adalah seorang guru dan ayahnya adalah seorang masinis rel kereta api, dan meninggal karena kecelakaan ketika Dollard masih sangat muda.Sang ibu yang merupakan mantan guru sekolah memutuskan untuk pindah ke Madison dengan maksud agar anaknya bisa lebih mudah belajar di University of Wisconsin hingga
akhirnya Dollard memperoleh gelar 
BA pada tahun 1922, Dollard bertemu dengan Max Mason yang kemudian menjadi ayah kedua baginyaKetika Mason menjadi presiden University of ChicagoDollard ikut pergi dan bertindak sebagai asistennya dari 1926  1929Kemudian pada tahun 1931 ia memperoleh gelar Ph.D sosiologi di University of Chicago dan belajar psikoanalisis di Berlin Institute. Ia mengajar antropologi, psikologi, dan sosiologi di Yale.

John Dollard sangat tertarik dengan isu mengenai ras di Amerika Serikat. Teori Dollard terwarnai oleh studinya mengenai komunitas orang Hitam di Amerika Selatan. Meski studinya lebih banya nuansa etnografi namun Dollard juga melekuakan pengamatan mengenai dinamika budaya dan perilaku dalam pengaruhnya terhadap perkembangan kaum Hitam di Selatan. Kemudian Universitas Yale menunjuknya sebagai research associate bidang Psikologi pada tahun 1932. Kesempatan inilah yang membuka hubungannya dengan ahli psikologi dari Universitas Yale, Neal Miller.  Bersama Miller ia melakukan studi mengenai rasa takut dan keberanian dalam situasi perang. Subyek dalam penelitiannya adalah 300 veteran perang era Abraham Lincoln. Temuannya inilah yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1944 dalam buku yang berjudul “Fear in Battle”, ditengah-tengah kesibukannya ia terus menulis hingga akhirnya meninggal pada tanggal 8 Oktober 1980.



Neil A. Miller, dilahirkan di Milwau­kee, Wisconsin, pada tanggal 3 Agustus 1909 dan meraih gelar B.S.-nya dari Universitas Washington pada tahun 1931. Ia meraih gelar M,.A.-nya dari Universitas Stanford pada tahun 1932 dan Ph.D.-nya di bidang psikologi dari Universitas Yale pada tahun 1935. Dari tahun 1932 sampai dengan tahun 1935 ia menjadi asisten di bidang Psikologi pada Institute of Human Relations dan antara tahun 1935-1936 ia mendapat beasiswa dari Social Science Researc Council dan memanfaatkannya untuk mengikuti pendidikan analisis pada Institut Psikoanalisis Wina. Dari tahun 1936 sampai tahun 1940 menjadi asisten dosen dan selanjutnya lektor pada Institute of Human Relations. Ia menjadi peneliti dan lektor pada tahun 1941. Dari tahun 1942 sampai tahun 1946, ia memimpin suatu proyek penelitian psikologi untuk Angkatan Udara AS. Pada tahun 1946, ia kembali ke Universitas Yale, menjadi profesor dalam program kuliah James Rowland Angell di bidang psikologi pada tahun 1952. Ia menetap di Yale sampai tahun 1966n dan selanjutnya menjadi profesor psikologi dan kepala Laboratorium Psikologi Fisiologis pada Universitas Rockefeller.
Selain karena kerjasamanya dengan John Dollard, Miller juga sangat terkenal di kalangan psikologi berkat karya eksperimental dan teoritisnya yang cermat tentang proses pemerolehan dorongan- dorongan, hakikat perkuatan, dan penelitian tentang konflik.

1) Struktur Kepribadian

Kebiasaan  atau  habit  adalah  satsatunya  elemen  dala Teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon yang relatif stabil dan bertahan  lama  dala kepribadian. Namun, Struktur-struktur kebiasaan itu tergantung pada peristiwa unik yang pernah dialami oleh individu yang bersangkutan. Struktur kepribadian ini hanya bersifat sementara karena dapat berubah bila individu tersebut mendapatkan pengalaman baru keesokan harinya.

Gambaran  kebiasaan seseorang tergantung pada kejadian khas yang menjadi pengalamannya.  Dollarddan Miller lebih memusatkan bahasannya mengenai proses  belajar  dan  mereka  mengangga 
penting kelompok   habit  dalam bentuk  stimulus   verbal  (kata-kata)   dan respon  yang umumny juga berbentuk  verbal.Selain  itu, Dollard dan Miller juga 
mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drive)  seperti  rasa  takut  sebagai  bagian dari  kepribadia yang relatif stabil. Menurut Dollard dan Miller, dorongan primer (primary drive) dan hubungan S-R yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibandingkan habit  da dorongan   sekunder,   karena  dorongan primer dan hubungan S-R bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik.

2) Dinamika Kepribadian

a)Motivasi  dorongan (motivation  drives)

                         Dollard  dan  Miller  sangat  memusatkan  perhatiannya  pada  motif- motif penting  seperti  kecemasan  atau  dorongan.  Dalam menganalisa perkembangan  dan elaborasi kecemasan  inilah, Dollard dan Miller berusaha menggambarkan proses umum yang mungkin berlaku untuk semua motif.
Dalam kehidupan manusia, banyak sekali muncul dorongan yang dipelajari (secondary drive) dari atau berdasarkan dorongan primer (primary drive) seperti rasa lapar, haus dan seks. Dorongan yang dipelajari ini berperan sebagai wajah semu yang berfungsi menyembunyikan  dorongan bawaan. Kenyataannya,  dorongan primer sering tidak jelas. Sebaliknya yang sering dilihat adalah dampak  dari  dorongan  yang  dipelajari  sepert kecemasan, malu dan  kebutuhan  kepuasan.  Hany dalam  prose perkembanganmasaanakanak  atau  dalam  periode  krisis  dapat  dilihat  dengan jelas beroperasinya dorongan primer. Dollard dan Miller mengemukakan bahwa bukan hanya dorongan primer yang diganti oleh dorongan sekunder, tetapi hadiah atau penguat yang primer ternyata juga diganti dengan hadiah atau 
penguat sekunder.

b) Proses Belajar

Dollard dan Miller menyimpulkan dari eksperimen-eksperimennya bahwa sebagian  besar  dorongan  sekunde yang  dipelajari manusia,  dipelajari melalui  belajar  ras takut  dan  kecemasan. Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar, orang harus menginginkan sesuatu, mengenalinya, mengerjakannya dan mendapatkanny (want  something, notice something, do something, get something). Empat komponen utama belajar tersebut, yaitdrive, cue, response dan reinforcement.

(1). Drive

Drive adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya  kegiatan. Kekuatan drive tergantung pada stimulus yang memunculkannya. Dengan kata lain, semakin kuat drivenya maka, semakikeras usaha tingkah laku yang dihasilkan. Drive sekunder atau drive yang dipelajari diperoleh berdasarkan   drive primer. Sesudadrive sekunder dimilikimaka drive ini akan memotivasi untuk mempelajari respon baru sebagai fungsi dari drive primer. Kekuatan  drive sekunder ini tergantung pada kekuatan drivprimer dan jumlareinforcement yang diperoleh.

(2). Cue (stimuls yang memberi petunjuk)

Cue  adalah  stimulu yang  memberi  petunjuk  perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya, isyarat yang ada dalam proses belajar.Jenis dari kekuatan cue bervariasi  dan  variasi  ini  yang  menentukan  bagaimana reaksinya.

(3). Response

Response adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard  dan Miller  sebelum  suatu  respon  dikaitkan  dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi terlebih dahulu. Dalam situasi  tertentu,  suatu  stimulus menimbulkan   respon-respon yang berurutan disebut dengan initial hierarchy of response.
(4). Reinforcement
Reinforcement menurut Dollard dan Miller sebagai drive pereda dorongan (drive   reduction).   Reduksi   driv menjadi   syarat mutlak dari reinforcement.

c) Proses Mental yang lebih tinggi

(1). Generalisasi stimulus (stimulus generalization)

Generalisasi  stimulus  merupakan  respon  yang  dipelajari dalam  kaitannya dengasuatu stimulus, dapat dipakai untuk menjawab stimulus lain yang berbentuk atau berwujud  fisiyang  mirip. Semakin
mirip stimulus lain itu dengan  stimulus
aslinya, makpeluang terjadinya generalisasi tingkah laku, emosi, pikiran atau sikap semakin besar.

(2).  Reasoning

Reasoning merupakan proses pemecahan masalah yang lebih efektif. Tidak memerlukan try and error lagi. Ada proses berfikir yang biasanya disebut alur berfikir (train of thought) sebelum individu tersebut melakukan kegiatan. Reasoning memungkinkan seseorang mengujalternatif respon tanpa nyata-nyata      mencobanya sehingga mengangkat proses memilih tindakan. Reasoning juga memberi kemudahan untuk merencanakan, menekankan tindakan pada mas yang akan datang, mengantisipasi respon agar menjadi lebih efektif.

(3).  Bahasa (ucapan, pikiran, tulisan maupun sikap tubuh)


Bahasa merupakan respon isyarat yang penting sesudah reasoning. Dua fungsi pentingnya sebagai respon isyarat adalah generalisasi dan diskriminasi. Dengan memberi label yang sama terhadap dua atau lebih kejadian yang berbeda, maka terjadi   generalisasi   untuk merespon yang sama. Sebaliknya label yang berbeda terhadap kejadian yang hampir sama, memaksa seseorang untuk merespon kejadian itu secara berbeda pula (diskriminasi). Diskriminasi akan menimbulkan respon yang juga berbeda-beda. Perbedaan antar stimuli dipengaruhi oleh faktor sosiokultural.
Dollard  dan  Miller  sangat  mementingkan   peran  bahasa dalam motivasi, hadiah dan pandangan ke depan. Kata mampu dapat membangkitkan  drive dan memperkuat  atau memberi jaminan. Kata dapat menguatkan tingkah laku sekarang  secara  verbal  dengan  menggambarkakonsekuensi masa yang akan datang.

(4).  Secondary drive

Tingkah laku tak hanya diatur oleh primary drive tapi secondary drive juga mempunyai peran yang penting. Bahkan tak jarang dorongan sekunder ini mengganti dan menutupi dorongan primer karena dorongan sekunderlah yang lebih kuat dari pada dorongan primer. Kendatipun demikian dorongan sekunder juga dapat menjadi lemah jika dorongan tersebut berulang-ulang gagal mendapatkan reinforcement.

Menurut Dollard dan Miller, stimulus atau cue apapun yang sering  berasosiasi dengan kepuasan dorongan primer dapat menjadi reinforcement  sekunder. Semua drivsekunder, dapat dianalisis asosiasinya dengan drive primer, walaupun terkadang asosiasi itu begitu kompleks sehingga sukar ditemukan jejaknya.

d) Model Konflik

Formulasi   tingkah   lak konflik  dari  Dollard   dan  Miller  sangat terkenal. Karena    manurut  Dollard  dan  Miller,  konfli membuat orang  tidak  dapat merespon  secara  normal.  Ada  tiga  bentuk konflik  yaitu  konflik  approach-avoidance, avoindance-avoidance, dan approach-approach.
(1).KonflikApproach avoidance (orang  dihadapkan dengan  pilihan  nilai positi dan negati yang ada di satu situasi).

(2). Konflik  avoidance-avoidance    (orang   dihadapkan   dengan   dua pilihan yang sama-sama negatif).

(3). Konflik approach-approach (orang dihadapkan dengan pilihan yang sama-sama positif).

Ketiga bentuk  konfli tersebut  mengikuti  lima  asumsi  dasar  mengenai tingkah laku konflik, yaitu:
  1. Kecenderungan mendekat (gradient of approachKecenderungan mendekati  tujuan  positif  semaki kuat  kalau orang semakin dekat dengan tujuannya itu
  2. Kecenderungannya menghindar (gradient of avoidanceKecenderungan menghindar dari stimulus negatif semakin kuat ketika orang semakin dekat dengan stimulus negatif tersebut
  3. Peningkatan  gradient  of  avoidance  lebi besa dibandingkan gradient of approach.
  4. Meningkatnya dorongan yang berkaitan dengan mendekat atau menghindar akan meningkatkan gradient. Jadi meningkatnya motivasi akan memperkuat gradient mendekati atau gradient menjauhi pada semua tutuk jarak dari tujuan.
  5. Manakala ada dua respon bersaing, maka yang lebih kuat yang akan terjadi.

e) Ketidaksadaran

    Dollard dan Miller memandang penting faktor ketidaksadaran tetapi, formula analisis asal muasal faktor ini berbeda dengan pandangan Freud. Dollard dan Miller membagi isi-isi ketidaksadaran  menjadi dua, yaitu pertama, ketidaksadaran  berisi hal yang  tidak  pernah  disadari  (seperti  stimuli,  drive dan respon yang  dipelajari)    juga  apa  yang  dipelajari  secara  nonverbal dan detail dari berbagai keterampilan motorik, dengan kata lain suatu hal yang dipelajari bayi (ketidaksadaran: stimuli, drive dan respon) sebelum bisa berbicara sehingga tidak memliki label verbal.  Kedua, berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak bertahan dan menjadi tidak disadari karena adanya represi.

1) Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian menurut Neal E Miller ada 3 yaitu, Perangkat Innate, Respon Sederhana dan Primary Process, Konteks Sosial, Situasi Pembelajaran (Training Situation).

a) Perangkat innate respon sederhana dan primary process

Dollard dan Miller mengganggap perubahan dari bayi yang sederhana  menjadi dewasa  yang  kompleks  sebagai  proseyang menarik, sehingga banyak karyanya yang menjelaskan masalah ini. Bayi memiliki tiga repertoire primitif yang paling penting, yaitu:

(1). Refleks spesifik (specific reflexes)

Bayi memiliki reflex yang spesifik yang kebanyakan berupa respon tertentu terhadap stimulus atau kelompok stimulus tertentu. 

(2). Refleks bawaan yang hirarki (innate hierarchies of response)

Kecenderungan respon tertentu terhadap situasi stimulus tertentu sebelum melakukan respon lainnya. 

(3). Dorongan primer (primary drive)

Stimulus internal yang kuat dan bertahan lama, yang biasanya berkaitan dengan proses fisiologis. Drive ini memotivasi bayi untuk melakukan sesuatu tetapi tidak menentukan aktivitas spesifik apa yang harus dilakukan
Melalui proses belajar, bayi berkembang dari tiga repertoir tingkah laku  primitif  di  atas  menjadi 
dewasa  yang  kompleks.  Bayi  akan terus berusaha mengurangi tegangan dorongan, memunculkan respon-respon menjawab stimuli baru, memberikan reinforcement respon baru, memunculkan motif sekunder dari drive primer dan mengembangkan proses mental yang lebih tinggi melalui mediasi stimulus.

b) Konteks sosial

Kemampuan  memaka bahasa  dan  respon  isyarat  sangat dipengaruhi  oleh  konteks  sosial  dimana  orang  orang  itu berkembang, dengan kata lain adanya ketergantungan antara tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. Sebagia besar  interaksi  anak  dengan lingkunganny berkenaan  dengan  bagaimana  menghasilkan simbo komunikasi  verbal  (verbal  cues serta  bagaimana memahami simbol verbal produk orang lain. Dollard dan Miller menekankan saling ketergantungan antara tingkah laku dengan lingkungan  sosiokultural.  Bagi Dollard dan Miller, prinsip–prinsip belajarnya dapat diterapkan lintas budaya. Dollard dan Miller yakin bahwa tingkah laku orang dipengaruhi oleh masyarakatnya.

c) Situasi Pembelajaran (training situation)

Seperti teoritisi psikoanalitik, Dollard 
dan Miller menganggap 12 tahun kehidupan  awal sangat penting dalam menentukan tingkah laku dewasa. Ada banyak  peristiwa dimana konflik mental parah yang tidadisadari dapat timbul. Dollard dan Miller mengemukakan empat hal yang mudah menimbulkan konflik dan gangguan emosi,yaitu:
(1). Situasi makan (feeding situation)Merupakan Situasi pertama yang banyak mengajarkan sesuatu.
(2). Pendidikan kebersihan (cleanliness training)
Belaja mengontrol  proses  urinas dan  defakasi  merupakan tugas   yang   kompleks   dan  sulit   bagi   bayi.   Toilet   training dianggap  sangat  penting  bagi  banyak  orang  tua.  Anak  yang gagal atau lambat menguasai keterampilan in
cepat dihukum, sehingga  mengembangkan  asosiasi  orang  tua  dengan hukuman.

(3). Pendidikan sex awal (early sex training)
Tabu mengenai masturbasi yang membuat anak merasa sangat berdosa sesudah melakukannya bersumber darorang tua yang menanamkan dalam diri ana kecemasan yang sangat dalam mengenai seks.
(4). Pengendalian marah dan agresi (anger-anxiety)
Apabila anaknya marah, orang tua sering mengamuk, menghukum sehingga anak belajar menekan rasa marahnya. Tanpa rasa marah ini akan membuat  kepribadian anak tidak dapat berkembang.

2) Psikopatologi dan Perubahan Tingkah Laku


Dollard dan Miller memandang tingkah laku normal dan neurotik dalam satu kontinum, dan bukannya dua hal yang terpisah. Oleh karena  itu, tingkah  laku neurotik  dipelajari  memaka prinsip  yang sama  dengan  belajar  tingkah laku  normal.  Inti  setiap  neurosis adalah   konflik   ketidaksadaran   yang kuat   dan   hampir   selalu bersumber di masa kanak-kanak. Sering selama empat situasi ekspresi   kebutuhan   dasarnya,   membentuk   konflik   yang terus berlanjut sampai dewasa.
Sama halnya dengan binatang di laboratorium yang belajar respon instrumental   yang  membuatnya   bis menghindar   dari  stimulus yang menakutkan, manusia juga mempelajari respon represi yang dapat   dipakai   untuk   menghindari   dari   perasaan   cemas   dan berdosa.  Represi  dalam  bentuk  tidak  memikirkannya,  membuat orang terbebas dari keharusan memakai kemampuan pemecahan masalahnya untuk mengatasi konflik dan tidak menyadari bahwa kondisi yang menimbulkan  konflik telah hilang.  Sepanjang  konflik itu tetap tidak disadari,  makan konflik itu akan terus berlangsung dan menghasilkan simptom-simpto (sensasi spesifik atau tingkah laku  yang  dialam seseorang  sebagai  tida menyenangkan  and tidak normal). Simptom sering membuat orang bisa menghindar (sementara) dari ras takut  dan  cemas.  Simpto itu tidak  menyelesaikan  konflik, tetapi dapat meredakannya.  Simptom  ini dipelajari  sebagai  habit. 
Ada tiga cara yang biasa dipakai orang untuk melakukan  represi (agar tidak muncul pikiran-pikiran yang menimbulkan kecemasan), yaitu: 

DAFTAR PUSTAKA :

Chaplin, J.P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi (Pnrj: Kartini Kartono,). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Cooper, C.L., & amp,. Payne, R. (1991). Personality and stressIndividual differences in the stress process. England:  John Wiley & amp Sons Ltd.
Derlega, vorelian S., Barbara winstead., Jones. (2005). Personality Contemporary Theory And Research. Belmont USA: Thomson Wadworth.


0 komentar:

Posting Komentar