Teori Stimulus-respons dari Neal E. Miller dan John Dollard
Lidya Aritonang
19310410033
FX Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A.
John Dollard dilahirkan di Menansha, Wisconsin pada tahun 1900. Ibunya adalah seorang guru dan ayahnya adalah seorang masinis rel kereta api, dan meninggal karena kecelakaan ketika Dollard masih sangat muda.Sang ibu yang merupakan mantan guru sekolah memutuskan untuk pindah ke Madison dengan maksud agar anaknya bisa lebih mudah belajar di University of Wisconsin hingga
akhirnya Dollard memperoleh gelar
BA pada tahun 1922, Dollard bertemu dengan Max Mason yang kemudian menjadi ayah kedua baginya. Ketika Mason menjadi presiden University of Chicago, Dollard ikut pergi dan bertindak sebagai asistennya dari 1926 – 1929. Kemudian pada tahun 1931 ia memperoleh gelar Ph.D sosiologi di University of Chicago dan belajar psikoanalisis di Berlin Institute. Ia mengajar antropologi, psikologi, dan sosiologi di Yale.
John Dollard sangat tertarik dengan isu mengenai ras di Amerika Serikat. Teori Dollard terwarnai oleh studinya mengenai komunitas orang Hitam di Amerika Selatan. Meski studinya lebih banya nuansa etnografi namun Dollard juga melekuakan pengamatan mengenai dinamika budaya dan perilaku dalam pengaruhnya terhadap perkembangan kaum Hitam di Selatan. Kemudian Universitas Yale menunjuknya sebagai research associate bidang Psikologi pada tahun 1932. Kesempatan inilah yang membuka hubungannya dengan ahli psikologi dari Universitas Yale, Neal Miller. Bersama Miller ia melakukan studi mengenai rasa takut dan keberanian dalam situasi perang. Subyek dalam penelitiannya adalah 300 veteran perang era Abraham Lincoln. Temuannya inilah yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1944 dalam buku yang berjudul “Fear in Battle”, ditengah-tengah kesibukannya ia terus menulis hingga akhirnya meninggal pada tanggal 8 Oktober 1980.
Neil A. Miller, dilahirkan di Milwaukee, Wisconsin, pada tanggal 3 Agustus 1909 dan meraih gelar B.S.-nya dari Universitas Washington pada tahun 1931. Ia meraih gelar M,.A.-nya dari Universitas Stanford pada tahun 1932 dan Ph.D.-nya di bidang psikologi dari Universitas Yale pada tahun 1935. Dari tahun 1932 sampai dengan tahun 1935 ia menjadi asisten di bidang Psikologi pada Institute of Human Relations dan antara tahun 1935-1936 ia mendapat beasiswa dari Social Science Researc Council dan memanfaatkannya untuk mengikuti pendidikan analisis pada Institut Psikoanalisis Wina. Dari tahun 1936 sampai tahun 1940 menjadi asisten dosen dan selanjutnya lektor pada Institute of Human Relations. Ia menjadi peneliti dan lektor pada tahun 1941. Dari tahun 1942 sampai tahun 1946, ia memimpin suatu proyek penelitian psikologi untuk Angkatan Udara AS. Pada tahun 1946, ia kembali ke Universitas Yale, menjadi profesor dalam program kuliah James Rowland Angell di bidang psikologi pada tahun 1952. Ia menetap di Yale sampai tahun 1966n dan selanjutnya menjadi profesor psikologi dan kepala Laboratorium Psikologi Fisiologis pada Universitas Rockefeller.
Selain karena kerjasamanya dengan John Dollard, Miller juga sangat terkenal di kalangan psikologi berkat karya eksperimental dan teoritisnya yang cermat tentang proses pemerolehan dorongan- dorongan, hakikat perkuatan, dan penelitian tentang konflik.
1) Struktur Kepribadian
Kebiasaan atau habit adalah satu satunya elemen dalam Teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon yang relatif stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Namun, Struktur-struktur kebiasaan itu tergantung pada peristiwa unik yang pernah dialami oleh individu yang bersangkutan. Struktur kepribadian ini hanya bersifat sementara karena dapat berubah bila individu tersebut mendapatkan pengalaman baru keesokan harinya.
Gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada kejadian khas yang menjadi pengalamannya. Dollarddan Miller lebih memusatkan bahasannya mengenai proses belajar dan mereka menganggap
penting kelompok habit dalam bentuk stimulus verbal (kata-kata) dan respon yang umumnya juga berbentuk verbal.Selain itu, Dollard dan Miller juga
mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drive) seperti rasa takut sebagai bagian dari kepribadian yang relatif stabil. Menurut Dollard dan Miller, dorongan primer (primary drive) dan hubungan S-R yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibandingkan habit dan dorongan sekunder, karena dorongan primer dan hubungan S-R bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik.
2) Dinamika Kepribadian
a)Motivasi – dorongan (motivation – drives)
Dollard dan Miller sangat memusatkan perhatiannya pada motif- motif penting seperti kecemasan atau dorongan. Dalam menganalisa perkembangan dan elaborasi kecemasan inilah, Dollard dan Miller berusaha menggambarkan proses umum yang mungkin berlaku untuk semua motif.
Dalam kehidupan manusia, banyak sekali muncul dorongan yang dipelajari (secondary drive) dari atau berdasarkan dorongan primer (primary drive) seperti rasa lapar, haus dan seks. Dorongan yang dipelajari ini berperan sebagai wajah semu yang berfungsi menyembunyikan dorongan bawaan. Kenyataannya, dorongan primer sering tidak jelas. Sebaliknya yang sering dilihat adalah dampak dari dorongan yang dipelajari seperti kecemasan, malu dan kebutuhan kepuasan. Hanya dalam proses perkembanganmasaanakanak atau dalam periode krisis dapat dilihat dengan jelas beroperasinya dorongan primer. Dollard dan Miller mengemukakan bahwa bukan hanya dorongan primer yang diganti oleh dorongan sekunder, tetapi hadiah atau penguat yang primer ternyata juga diganti dengan hadiah atau
penguat sekunder.
b) Proses Belajar
Dollard dan Miller menyimpulkan dari eksperimen-eksperimennya bahwa sebagian besar dorongan sekunder yang dipelajari manusia, dipelajari melalui belajar rasa takut dan kecemasan. Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar, orang harus menginginkan sesuatu, mengenalinya, mengerjakannya dan mendapatkannya (want something, notice something, do something, get something). Empat komponen utama belajar tersebut, yaitu drive, cue, response dan reinforcement.
(1). Drive
Drive adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan. Kekuatan drive tergantung pada stimulus yang memunculkannya. Dengan kata lain, semakin kuat drivenya maka, semakin keras usaha tingkah laku yang dihasilkan. Drive sekunder atau drive yang dipelajari diperoleh berdasarkan drive primer. Sesudah drive sekunder dimiliki, maka drive ini akan memotivasi untuk mempelajari respon baru sebagai fungsi dari drive primer. Kekuatan drive sekunder ini tergantung pada kekuatan drive primer dan jumlah reinforcement yang diperoleh.
(2). Cue (stimuls yang memberi petunjuk)
Cue adalah stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya, isyarat yang ada dalam proses belajar.Jenis dari kekuatan cue bervariasi dan variasi ini yang menentukan bagaimana reaksinya.
(3). Response
Response adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller sebelum suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi terlebih dahulu. Dalam situasi tertentu, suatu stimulus menimbulkan respon-respon yang berurutan disebut dengan initial hierarchy of response.
(4). Reinforcement
Reinforcement menurut Dollard dan Miller sebagai drive pereda dorongan (drive reduction). Reduksi drive menjadi syarat mutlak dari reinforcement.
c) Proses Mental yang lebih tinggi
(1). Generalisasi stimulus (stimulus generalization)
Generalisasi stimulus merupakan respon yang dipelajari dalam kaitannya dengan suatu stimulus, dapat dipakai untuk menjawab stimulus lain yang berbentuk atau berwujud fisik yang mirip. Semakin
mirip stimulus lain itu dengan stimulus
aslinya, maka peluang terjadinya generalisasi tingkah laku, emosi, pikiran atau sikap semakin besar.
(2). Reasoning
Reasoning merupakan proses pemecahan masalah yang lebih efektif. Tidak memerlukan try and error lagi. Ada proses berfikir yang biasanya disebut alur berfikir (train of thought) sebelum individu tersebut melakukan kegiatan. Reasoning memungkinkan seseorang menguji alternatif respon tanpa nyata-nyata mencobanya sehingga mengangkat proses memilih tindakan. Reasoning juga memberi kemudahan untuk merencanakan, menekankan tindakan pada masa yang akan datang, mengantisipasi respon agar menjadi lebih efektif.
(3). Bahasa (ucapan, pikiran, tulisan maupun sikap tubuh)
Bahasa merupakan respon isyarat yang penting sesudah reasoning. Dua fungsi pentingnya sebagai respon isyarat adalah generalisasi dan diskriminasi. Dengan memberi label yang sama terhadap dua atau lebih kejadian yang berbeda, maka terjadi generalisasi untuk merespon yang sama. Sebaliknya label yang berbeda terhadap kejadian yang hampir sama, memaksa seseorang untuk merespon kejadian itu secara berbeda pula (diskriminasi). Diskriminasi akan menimbulkan respon yang juga berbeda-beda. Perbedaan antar stimuli dipengaruhi oleh faktor sosiokultural.
Dollard dan Miller sangat mementingkan peran bahasa dalam motivasi, hadiah dan pandangan ke depan. Kata mampu dapat membangkitkan drive dan memperkuat atau memberi jaminan. Kata dapat menguatkan tingkah laku sekarang secara verbal dengan menggambarkan konsekuensi masa yang akan datang.
(4). Secondary drive
Tingkah laku tak hanya diatur oleh primary drive tapi secondary drive juga mempunyai peran yang penting. Bahkan tak jarang dorongan sekunder ini mengganti dan menutupi dorongan primer karena dorongan sekunderlah yang lebih kuat dari pada dorongan primer. Kendatipun demikian dorongan sekunder juga dapat menjadi lemah jika dorongan tersebut berulang-ulang gagal mendapatkan reinforcement.
Menurut Dollard dan Miller, stimulus atau cue apapun yang sering berasosiasi dengan kepuasan dorongan primer dapat menjadi reinforcement sekunder. Semua drive sekunder, dapat dianalisis asosiasinya dengan drive primer, walaupun terkadang asosiasi itu begitu kompleks sehingga sukar ditemukan jejaknya.
d) Model Konflik
Formulasi tingkah laku konflik dari Dollard dan Miller sangat terkenal. Karena manurut Dollard dan Miller, konflik membuat orang tidak dapat merespon secara normal. Ada tiga bentuk konflik yaitu konflik approach-avoidance, avoindance-avoidance, dan approach-approach.
(1).KonflikApproach avoidance (orang dihadapkan dengan pilihan nilai positif dan negatif yang ada di satu situasi).
(2). Konflik avoidance-avoidance (orang dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama negatif).
(3). Konflik approach-approach (orang dihadapkan dengan pilihan yang sama-sama positif).
Ketiga bentuk konflik tersebut mengikuti lima asumsi dasar mengenai tingkah laku konflik, yaitu:
- Kecenderungan mendekat (gradient of approach) Kecenderungan mendekati tujuan positif semakin kuat kalau orang semakin dekat dengan tujuannya itu
- Kecenderungannya menghindar (gradient of avoidance) Kecenderungan menghindar dari stimulus negatif semakin kuat ketika orang semakin dekat dengan stimulus negatif tersebut
- Peningkatan gradient of avoidance lebih besar dibandingkan gradient of approach.
- Meningkatnya dorongan yang berkaitan dengan mendekat atau menghindar akan meningkatkan gradient. Jadi meningkatnya motivasi akan memperkuat gradient mendekati atau gradient menjauhi pada semua tutuk jarak dari tujuan.
- Manakala ada dua respon bersaing, maka yang lebih kuat yang akan terjadi.
e) Ketidaksadaran
Dollard dan Miller memandang penting faktor ketidaksadaran tetapi, formula analisis asal muasal faktor ini berbeda dengan pandangan Freud. Dollard dan Miller membagi isi-isi ketidaksadaran menjadi dua, yaitu pertama, ketidaksadaran berisi hal yang tidak pernah disadari (seperti stimuli, drive dan respon yang dipelajari) juga apa yang dipelajari secara nonverbal dan detail dari berbagai keterampilan motorik, dengan kata lain suatu hal yang dipelajari bayi (ketidaksadaran: stimuli, drive dan respon) sebelum bisa berbicara sehingga tidak memliki label verbal. Kedua, berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak bertahan dan menjadi tidak disadari karena adanya represi.
1) Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian menurut Neal E Miller ada 3 yaitu, Perangkat Innate, Respon Sederhana dan Primary Process, Konteks Sosial, Situasi Pembelajaran (Training Situation).
a) Perangkat innate respon sederhana dan primary process
Dollard dan Miller mengganggap perubahan dari bayi yang sederhana menjadi dewasa yang kompleks sebagai proses yang menarik, sehingga banyak karyanya yang menjelaskan masalah ini. Bayi memiliki tiga repertoire primitif yang paling penting, yaitu:
(1). Refleks spesifik (specific reflexes)
Bayi memiliki reflex yang spesifik yang kebanyakan berupa respon tertentu terhadap stimulus atau kelompok stimulus tertentu.
(2). Refleks bawaan yang hirarki (innate hierarchies of response)
Kecenderungan respon tertentu terhadap situasi stimulus tertentu sebelum melakukan respon lainnya.
(3). Dorongan primer (primary drive)
Stimulus internal yang kuat dan bertahan lama, yang biasanya berkaitan dengan proses fisiologis. Drive ini memotivasi bayi untuk melakukan sesuatu tetapi tidak menentukan aktivitas spesifik apa yang harus dilakukan.
Melalui proses belajar, bayi berkembang dari tiga repertoir tingkah laku primitif di atas menjadi
dewasa yang kompleks. Bayi akan terus berusaha mengurangi tegangan dorongan, memunculkan respon-respon menjawab stimuli baru, memberikan reinforcement respon baru, memunculkan motif sekunder dari drive primer dan mengembangkan proses mental yang lebih tinggi melalui mediasi stimulus.
b) Konteks sosial
Kemampuan memakai bahasa dan respon isyarat sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dimana orang orang itu berkembang, dengan kata lain adanya ketergantungan antara tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. Sebagian besar interaksi anak dengan lingkungannya berkenaan dengan bagaimana menghasilkan simbol komunikasi verbal (verbal cues) serta bagaimana memahami simbol verbal produk orang lain. Dollard dan Miller menekankan saling ketergantungan antara tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. Bagi Dollard dan Miller, prinsip–prinsip belajarnya dapat diterapkan lintas budaya. Dollard dan Miller yakin bahwa tingkah laku orang dipengaruhi oleh masyarakatnya.
c) Situasi Pembelajaran (training situation)
Seperti teoritisi psikoanalitik, Dollard
dan Miller menganggap 12 tahun kehidupan awal sangat penting dalam menentukan tingkah laku dewasa. Ada banyak peristiwa dimana konflik mental parah yang tidak disadari dapat timbul. Dollard dan Miller mengemukakan empat hal yang mudah menimbulkan konflik dan gangguan emosi,yaitu:
(1). Situasi makan (feeding situation). Merupakan Situasi pertama yang banyak mengajarkan sesuatu.
(2). Pendidikan kebersihan (cleanliness training)
Belajar mengontrol proses urinasi dan defakasi merupakan tugas yang kompleks dan sulit bagi bayi. Toilet training dianggap sangat penting bagi banyak orang tua. Anak yang gagal atau lambat menguasai keterampilan ini
cepat dihukum, sehingga mengembangkan asosiasi orang tua dengan hukuman.
(3). Pendidikan sex awal (early sex training)
Tabu mengenai masturbasi yang membuat anak merasa sangat berdosa sesudah melakukannya bersumber dari orang tua yang menanamkan dalam diri anak kecemasan yang sangat dalam mengenai seks.
(4). Pengendalian marah dan agresi (anger-anxiety)
Apabila anaknya marah, orang tua sering mengamuk, menghukum sehingga anak belajar menekan rasa marahnya. Tanpa rasa marah ini akan membuat kepribadian anak tidak dapat berkembang.
2) Psikopatologi dan Perubahan Tingkah Laku
Dollard dan Miller memandang tingkah laku normal dan neurotik dalam satu kontinum, dan bukannya dua hal yang terpisah. Oleh karena itu, tingkah laku neurotik dipelajari memakai prinsip yang sama dengan belajar tingkah laku normal. Inti setiap neurosis adalah konflik ketidaksadaran yang kuat dan hampir selalu bersumber di masa kanak-kanak. Sering selama empat situasi ekspresi kebutuhan dasarnya, membentuk konflik yang terus berlanjut sampai dewasa.
Sama halnya dengan binatang di laboratorium yang belajar respon instrumental yang membuatnya bisa menghindar dari stimulus yang menakutkan, manusia juga mempelajari respon represi yang dapat dipakai untuk menghindari dari perasaan cemas dan berdosa. Represi dalam bentuk tidak memikirkannya, membuat orang terbebas dari keharusan memakai kemampuan pemecahan masalahnya untuk mengatasi konflik dan tidak menyadari bahwa kondisi yang menimbulkan konflik telah hilang. Sepanjang konflik itu tetap tidak disadari, makan konflik itu akan terus berlangsung dan menghasilkan simptom-simptom (sensasi spesifik atau tingkah laku yang dialami seseorang sebagai tidak menyenangkan and tidak normal). Simptom sering membuat orang bisa menghindar (sementara) dari rasa takut dan cemas. Simptom itu tidak menyelesaikan konflik, tetapi dapat meredakannya. Simptom ini dipelajari sebagai habit.
Ada tiga cara yang biasa dipakai orang untuk melakukan represi (agar tidak muncul pikiran-pikiran yang menimbulkan kecemasan), yaitu:
DAFTAR PUSTAKA :
Chaplin, J.P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi (Pnrj: Kartini Kartono,). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Cooper, C.L., & amp,. Payne, R. (1991). Personality and stress: Individual differences in the stress process. England: John Wiley & amp Sons Ltd.
Derlega, vorelian S., Barbara winstead., Jones. (2005). Personality Contemporary Theory And Research. Belmont USA: Thomson Wadworth.
0 komentar:
Posting Komentar