29.12.20

 

Teori Sosial Learning dari Albert Bandura

Lidya Aritonang

19310410033

FX Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A.

1. Biografi Albert Bandura

A.Profil Albert Bandura


Albert Bandura lahir di Mundare, Alberta, Kanada, pada tanggal 04 Desember 1925. Bandura adalah keturunan Polandia dan Ukraina; ayahnya berasal dari Kraków, Polandia sedangkan ibunya berasal dari Ukraina.

Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil hingga Bandura menempuh pendidikan di sana. Keterbatasan pendidikan di kota terpencil seperti ini menyebabkan Bandura menjadi mandiri dan memiliki motivasi dalam hal belajar, dan sifat-sifat yang berkembang ini terbukti sangat membantu dalam karirnya yang panjang. Bandura pernah menempuh pendidikan di sekolah kecil yang hanya memiliki dua orang guru. Menurut Bandura, karena terbatasnya akses ke sumber daya pendidikan, “para siswa harus bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri”

Albert Bandura kemudian melanjutkan pendidikannya di University of British Colombia. Pada awalnya, Bandura memilih jurusan ilmu biologi dan minatnya dalam psikologi terbentuk secara tidak sengaja. Setelah tiga tahun menempuh pendidikan, Bandura meraih gelar sarjana di tahun 1949. Kemudian meraih gelar Master dalam bidang psikologi tahun 1951 hingga setahun berikutnya meraih gelar doctor (Ph.D) dalam bidang psikologi klinis. 

Setelah lulus, Bandura diterima bekerja di Standford University. Saat itu juga, berbagai penelitian mulai dijalankan dan dikembangkan. Di tahun 1964, Albert Bandura dilantik sebagai profesor dan kemudian di tahun 1980 mendapatkan anugerah American Psychological Association untuk kategori Distinguished scientific contribution pada tahub 1980.

B. TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA 

        Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teoriteori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Salah satu asumsi paling awal mendasari teori pembelajaran sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan bersikap maupun berperilaku. Titik pembelajaran dari semua ini adalah pengalaman- penglaman tak terduga (vicarious experiences). 

        Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar dari pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka pelajari dari aktivitas mengamati perilaku orang lain.

1 Asumsi awal memberi isi sudut pandang teoritis Bandura dalam teori pembelajaran sosial yaitu: 

(1) Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses peniruan (imitation) atau pemodelan (modeling).
(2) Dalam imitation atau modeling individu dipahami sebagai pihak yang memainkan peran aktif dalam menentukan perilaku mana yang hendak ia tiru dan juga frekuensi serta intensitas peniruan yang hendak ia jalankan.
 (3) Imitation atau modeling adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu yang dilakukan tanpa harus melalui pengalaman langsung.
 (4) Dalam Imitation atau modeling terjadi penguatan tidak langsung pada perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan langsung untuk memfasilitasi dan menghasilkan peniruan. Individu dalam penguatan tidak langsung perlu menyumbangkan komponen kognitif tertentu (seperti kemampuan mengingat dan mengulang) pada pelaksanaan proses peniruan. 
(5) Mediasi internal sangat penting dalam pembelajaran, karena saat terjadi adanya masukan indrawi yang menjadi dasar pembelajaran dan perilaku dihasilkan, terdapat operasi internal yang mempengaruhi hasil akhirnya.

2 Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia untuk belajar tanpa berbuat apapun.

     Manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain. Vicarious learning adalah pembelajaran dengan mengobservasi orang lain. Fakta ini menantang ide behavioris bahwa faktor-faktor kognitif tidak dibutuhkan dalam penjelasan tentang pembelajaran. Bila orang dapat belajar dengan mengamati, maka mereka pasti memfokuskan perhatiannya, mengkonstruksikan gambaran, mengingat, menganalisis, dan membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi pelajaran. Bandura percaya penguatan bukan esensi pembelajaran. Meski penguatan memfasilitasi pembelajaran, namun bukan syarat utama. Pembelajaran manusia yang utama adalah mengamati model-model, dan pengamatan inilah yang ters menerus diperkuat. Fungsi penguatan dalam proses modeling, yaitu sebagai fungsi informasi dan fungsi motivasi. Penguat memiliki kualitas informatif maksudnya, tindakan penguatan dan proses penguatan itu sendiri bisa memberitahukan pada manusia perilaku mana yang paling adaptif

     Manusia bertindak dengan tujuan tertentu. Dalam pengertian tertentu, manusia belajar melalui pengalaman mengenai apa yang diharapkan untuk terjadi, dan demikian mereka bisa menjadi semakin baik dalam memperkirakan perilaku apa yang akan memaksimalkan peluang untuk berhasil. Dengan demikian pengetahuan atau kesadaran manusia mengenai konsekuensi perilaku tertentu bisa membantu mengoptimalkan efektivitas suatu program pembelajaran. Selanjutnya, penguat dalam teori pembelajaran sosial dipahami sebagai hal yang memiliki kualitas motivasi. Maksudnya, manusia belajar melakukan antisipasi terhadap penguat yang akan muncul dalam situasi tertentu, dan perilaku antisipasi awal ini menjadi langkah awal dalam banyak tahapan perkembangan. Orang tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan, tetapi mereka bisa mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi apa yang akan muncul dari perilaku tertentu berdasarkan apa yang mereka pelajari dari pengalaman baik dan buruk yang telah dialami orang lain (dan yang terpenting, tanpa langsung menjalani sendiri pengalaman itu).

3 Dengan demikian inti dari pembelajaran modeling adalah 

(1) Mencakup penambahan dan pencarian perilaku yang diamati, untuk kemudian melakukan generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan lain. 
(2) Modeling melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru. Tetapi menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain dengan representasi informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan. 
(3) Karakteristik modeling sangat penting. Manusia lebih menyukai model yang statusnya lebih tinggi daripada sebaliknya, pribadi yang berkompeten daripada yang tidak kompeten dan pribadi yang kuat daripada yang lemah. Artinya konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan dapat memberikan efek bagi pengamatnya.
(4) Manusia bertindak berdasarkan kesadaran tertentu mengenai apa yang bisa ditiru dan apa yang tidak bisa. Tentunya manusia mengantisipasi hasil tertentu dari modeling yang secara potensial bermanfaat.

4 Kajian asumsi penting lain yang perlu dibahas dalam teori belajar sosial Albert Bandura adalah determinisme timbal balik (reciprocal determinism).

     Menurut pandangan ini, pada tingkatan yang paling sederhana masukan indrawi (sensory input) tidak serta merta menghasilkan perilaku yang terlepas dari pengaruh sumbangan manusia secara sadar. Sistem ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi tiga variabel, lingkungan, perilaku dan kepribadian. 
    Konsep Bandura tentang reciprocal determinism. Fungsi psikologis manusia adalah produk dari interkasi P (perilaku), K (kepribadian) dan L (lingkungan). Inti reciprocal determinism adalah manusia memproses informasi dari model dan mengembangkan serangkaian gambaran simbolis perilaku melalui pembelajaran yang bersifat coba-coba kemudian disesuaikan dengan manusia. Ketiga faktor yang resiprok ini tidak perlu sama kuat atau memiliki kontribusi setara.
     Potensi relatif Bandura akhirnya memperluas konsep ini dengan nilai diri (self-value) dan keyakinan diri (self-efficacy). Self-efficacy adalah faktor person (kognitif) yang memainkan peran penting dalam teori pembelajaran Bandura. Self-efficacy yakni keyakinan bahwa seseorang biasa menguasai situasi dan menghasilkan perilaku yang positif. Keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk mengorganisir dan menggerakkan sumber-sumber tindakan yang dibutuhkan untuk mengelola situasi- situasi yang akan datang. Individu mengamati model bila ia percaya bahwa dirinya mampu mempelajari atau melakukan perilaku yang dimodelkan. Pengamatan terhadap model yang mirip mempengaruhi Self-efficacy (Kalau mereka bisa, saya juga bisa). 

Tinggi-rendahnya Self-efficacy berkombinasi dengan lingkungan yang responsif dan tidak responsif untuk menghasilkan empat variabel yang paling bisa diprediksi berikut ini:
 (1) Bila Self-efficacy tinggi dan lingkungan responsif, hasil yang paling bisa diperkirakan ialah kesuksesan. 
(2) Bila Self-efficacy rendah dan lingkungan responsif, manusia dapat menjadi depresi saat mereka mengamati orang lain berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang menurut mereka sulit.
(3) Bila Self- efficacy tinggi bertemu dengan situasi lingkungan yang tidak responsif, manusia akan berusaha keras mengubah lingkungannya.

 Mereka mungkin akan menggunakan protes, aktivisme sosial, bahkan kekerasan untuk mendorong Self-efficacy dalam modeling akan mengacu pada tindakan-tindakan manusia, yang antara lain: 

(1) Manusia akan menerus merubah rencana ketika sadar konsekuensi dari setiap tindakan.
(2) Manusia memiliki kemampuan memprediksi. Mengantisipasi hasil tindakan dan memilih perilaku mana yang dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan serta menghindari yang tidak diinginkan. 
(3) Manusia sanggup memberikan reaksi diri dalam proses motivasi dan pengaturan terhadap setiap tindakan. Akhirnya 
(4) Manusia dapat melakukan refleksi diri. Menguji dirinya sendiri. Mengevaluasi sendiri motivasi, nilai, makna, dan tujuan hidupnya, bahkan sanggup memikirkan ketepatan pemikirannya sendiri. Self-efficacy melakukan tindakan-tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan. 

Proses- prosesyang mengatur pembelajaran dengan modeling, yaitu:

1. Perhatian Apakah faktor-faktor yang mengatur perhatian ini? Pertama, mengamati model yang padanya kita sering mengasosiasikan diri. Kedua, model-model yang aktraktif lebih banyak diamati. Individu harus mampu memberi perhatian pada model, kejadian dan unsur-unsurnya. Jika individu tidak bisa memberikan perhatian yang tepat pada suatu model, maka tidak mungkin terjadi peniruan. Faktor-faktor penguatan, kapasitas indrawi dan kompleksitas kejadian yang menjadi model merupakan faktor penting dalam proses perhatian ini. 

2. Representasi Agar pengamatan dapat membawa respons yang baru, maka pola-pola tersebut harus direpresentasikan secara simbolis di dalam memori. Proses menyimpan ciri-ciri terpenting dari suatu kejadian sehingga bisa dipanggil kembali dan digunakan ketika diperlukan. Ciri-ciri yang tersimpan dapat dalam bentuk pengkodean yang membantu kita mengujicobakan perilaku secara simbolis.

 3. Produksi perilaku Setelah memberi perhatian kepada sebuah model dan mempertahankan apa yang sudah diamati, kita akan menghasilkan perilaku. Individu mampu secara fisik melaksanakan perilaku tersebut. Beberapa pertanyaan tentang perilaku yang dijadikan model,
(1) Bagaimana saya melakukan hal tersebut. 
(2) Sudah benarkah tindakan saya ini?

 4. Motivasi dan Reinforcement Pembelajaran dengan mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar termotivasikan untuk melakukan perilaku yang dimodelkan. Meskipun pengamatan terhadap orang lain dapat mengajarkan kita bagaimana melakukan sesuatu, tapi mungkin kita tidak memiliki keinginan untuk melakukan tindakan yang dibutuhkan. Reinforcement dapat memainkan beberapa peran dalam modeling.Bila mengantisipasi bahwa kita akan diperkuat untuk meniru tindakantindakan seorang model, kita mungkin akan lebih termotivasi untuk memperhatikan, mengingat dan mereproduksi perilaku itu. 

Bandura mengidentifikasi tiga bentuk reinforcement yang dapat mendorong modeling.

 (1) Pengamat mungkin mereproduksi perilaku model dan menerima reinforcement langsung.

 (2) Akan tetapi reinforcement tidak langsung bisa berupa vicarious reinforcement. Pengamat mungkin
 hanya melihat perilaku orang lain diperkuat dan produksi perilakunya meningkat. Dan bentuk

 (3) Self-reinforcement atau mengontrol reinforcement sendiri. Bentuk reinforcement ini penting bagi guru maupun siswa.

6. Untuk menerapkan proses modeling kebanyakan pengamatan dimotivasi oleh harapan bahwa modeling yang tepat terhadap orang yang ditiru akan menghasilkan penguatan, juga penting diperhatikan bahwa orang juga belajar dengan melihat orang lain dikuatkan atau dihukum karena terlibat dalam perilaku tertentu.

 Ada lima kemungkinan hasil dari modeling, yaitu: 

1. Mengarahkan perhatian. Dengan modeling orang lain, kita bukan hanya belajar tentang berbagai tindakan, tetapi juga melihat berbagai objek terlibat dalam tindakan-tindakan tersebut.

 2. Menyempurnakan perilaku yang sudah dipelajari. Modeling menunjukkan perilaku mana yang sudah kita pelajari digunakan. 

3. Memperkuat atau memperlemah hambatan. Modeling perilaku dapat diperkuat atau diperlemah tergantung konsekuensi yang dialami.

4. Mengajarkan perilaku baru. Jika dalam modeling berperilaku cara baru (melakukan hal-hal baru), maka terjadi efek pemodelan.

 5. Membangkitkan Emosi. Melalui modeling, orang dapat mengembangkan reaksi emosional terhadap situasi yang pernah dialami secara pribadi.

8 Teori pembelajaran sosial Albert Bandura adalah pembelajaran dengan mengamati dan bertindak. Inti mengamati adalah pemodelan, yang mencakup pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas yang benar, mengkodekan secara tepat kejadian-kejadian ini untuk dipresentasikan di dalam memori, melakukan performa aktual perilaku, dan menjadi cukup termotivasi. 

Pembelajaran dengan bertindak mengizinkan seseorang untuk mencapai pola-pola baru perilaku kompleks lewat pengalaman langsung dengan memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi- konsekuensi perilaku tersebut.

DAFTAR PUSTAKA :

Bandura, A. 1986. Social Foudation of Thought and Action. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Bandura, A. 1982. Self-efficacy Mechanisme in Human Agency. American Pscyhologist, 37. 

0 komentar:

Posting Komentar