Teori Sosial Learning dari Albert Bandura
Lidya Aritonang
19310410033
FX Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A.
1. Biografi Albert Bandura
A.Profil Albert Bandura
Albert Bandura lahir di Mundare, Alberta, Kanada, pada tanggal 04 Desember 1925. Bandura adalah keturunan Polandia dan Ukraina; ayahnya berasal dari Kraków, Polandia sedangkan ibunya berasal dari Ukraina.
Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil hingga Bandura menempuh pendidikan di sana. Keterbatasan pendidikan di kota terpencil seperti ini menyebabkan Bandura menjadi mandiri dan memiliki motivasi dalam hal belajar, dan sifat-sifat yang berkembang ini terbukti sangat membantu dalam karirnya yang panjang. Bandura pernah menempuh pendidikan di sekolah kecil yang hanya memiliki dua orang guru. Menurut Bandura, karena terbatasnya akses ke sumber daya pendidikan, “para siswa harus bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri”
Albert Bandura kemudian melanjutkan pendidikannya di University of British Colombia. Pada awalnya, Bandura memilih jurusan ilmu biologi dan minatnya dalam psikologi terbentuk secara tidak sengaja. Setelah tiga tahun menempuh pendidikan, Bandura meraih gelar sarjana di tahun 1949. Kemudian meraih gelar Master dalam bidang psikologi tahun 1951 hingga setahun berikutnya meraih gelar doctor (Ph.D) dalam bidang psikologi klinis.
Setelah lulus, Bandura diterima bekerja di Standford University. Saat itu juga, berbagai penelitian mulai dijalankan dan dikembangkan. Di tahun 1964, Albert Bandura dilantik sebagai profesor dan kemudian di tahun 1980 mendapatkan anugerah American Psychological Association untuk kategori Distinguished scientific contribution pada tahub 1980.
B. TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA
Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh
Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teoriteori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari
isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal.
Salah satu asumsi paling awal mendasari teori pembelajaran sosial Bandura
adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan
bersikap maupun berperilaku. Titik pembelajaran dari semua ini adalah pengalaman- penglaman tak terduga (vicarious experiences).
Meskipun manusia dapat dan sudah
banyak belajar dari pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka pelajari
dari aktivitas mengamati perilaku orang lain.
1
Asumsi awal memberi isi sudut pandang teoritis Bandura dalam teori
pembelajaran sosial yaitu:
(1) Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui
proses peniruan (imitation) atau pemodelan (modeling).
(2) Dalam imitation atau
modeling individu dipahami sebagai pihak yang memainkan peran aktif dalam
menentukan perilaku mana yang hendak ia tiru dan juga frekuensi serta intensitas
peniruan yang hendak ia jalankan.
(3) Imitation atau modeling adalah jenis
pembelajaran perilaku tertentu yang dilakukan tanpa harus melalui pengalaman
langsung.
(4) Dalam Imitation atau modeling terjadi penguatan tidak langsung pada
perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan langsung untuk memfasilitasi dan menghasilkan peniruan. Individu dalam penguatan tidak langsung
perlu menyumbangkan komponen kognitif tertentu (seperti kemampuan mengingat
dan mengulang) pada pelaksanaan proses peniruan.
(5) Mediasi internal sangat
penting dalam pembelajaran, karena saat terjadi adanya masukan indrawi yang
menjadi dasar pembelajaran dan perilaku dihasilkan, terdapat operasi internal yang
mempengaruhi hasil akhirnya.
2
Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia
untuk belajar tanpa berbuat apapun.
Manusia belajar dengan mengamati perilaku
orang lain. Vicarious learning adalah pembelajaran dengan mengobservasi orang
lain. Fakta ini menantang ide behavioris bahwa faktor-faktor kognitif tidak
dibutuhkan dalam penjelasan tentang pembelajaran. Bila orang dapat belajar dengan
mengamati, maka mereka pasti memfokuskan perhatiannya, mengkonstruksikan
gambaran, mengingat, menganalisis, dan membuat keputusan-keputusan yang
mempengaruhi pelajaran. Bandura percaya penguatan bukan esensi pembelajaran.
Meski penguatan memfasilitasi pembelajaran, namun bukan syarat utama.
Pembelajaran manusia yang utama adalah mengamati model-model, dan pengamatan
inilah yang ters menerus diperkuat.
Fungsi penguatan dalam proses modeling, yaitu sebagai fungsi informasi dan
fungsi motivasi. Penguat memiliki kualitas informatif maksudnya, tindakan
penguatan dan proses penguatan itu sendiri bisa memberitahukan pada manusia
perilaku mana yang paling adaptif
Manusia bertindak dengan tujuan tertentu. Dalam
pengertian tertentu, manusia belajar melalui pengalaman mengenai apa yang
diharapkan untuk terjadi, dan demikian mereka bisa menjadi semakin baik dalam
memperkirakan perilaku apa yang akan memaksimalkan peluang untuk berhasil.
Dengan demikian pengetahuan atau kesadaran manusia mengenai konsekuensi
perilaku tertentu bisa membantu mengoptimalkan efektivitas suatu program
pembelajaran. Selanjutnya, penguat dalam teori pembelajaran sosial dipahami sebagai hal
yang memiliki kualitas motivasi. Maksudnya, manusia belajar melakukan antisipasi
terhadap penguat yang akan muncul dalam situasi tertentu, dan perilaku antisipasi
awal ini menjadi langkah awal dalam banyak tahapan perkembangan. Orang tidak
memiliki kemampuan untuk melihat masa depan, tetapi mereka bisa mengantisipasi
konsekuensi-konsekuensi apa yang akan muncul dari perilaku tertentu berdasarkan apa yang mereka pelajari dari pengalaman baik dan buruk yang telah dialami orang
lain (dan yang terpenting, tanpa langsung menjalani sendiri pengalaman itu).
3
Dengan demikian inti dari pembelajaran modeling adalah
(1) Mencakup
penambahan dan pencarian perilaku yang diamati, untuk kemudian melakukan
generalisasi dari satu pengamatan ke pengamatan lain.
(2) Modeling melibatkan
proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru. Tetapi menyesuaikan diri dengan
tindakan orang lain dengan representasi informasi secara simbolis dan
menyimpannya untuk digunakan di masa depan.
(3) Karakteristik modeling sangat
penting. Manusia lebih menyukai model yang statusnya lebih tinggi daripada
sebaliknya, pribadi yang berkompeten daripada yang tidak kompeten dan pribadi
yang kuat daripada yang lemah. Artinya konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan
dapat memberikan efek bagi pengamatnya.
(4) Manusia bertindak berdasarkan
kesadaran tertentu mengenai apa yang bisa ditiru dan apa yang tidak bisa. Tentunya
manusia mengantisipasi hasil tertentu dari modeling yang secara potensial
bermanfaat.
4
Kajian asumsi penting lain yang perlu dibahas dalam teori belajar sosial Albert
Bandura adalah determinisme timbal balik (reciprocal determinism).
Menurut
pandangan ini, pada tingkatan yang paling sederhana masukan indrawi (sensory
input) tidak serta merta menghasilkan perilaku yang terlepas dari pengaruh
sumbangan manusia secara sadar. Sistem ini menyatakan bahwa tindakan manusia
adalah hasil dari interaksi tiga variabel, lingkungan, perilaku dan kepribadian.
Konsep Bandura tentang reciprocal determinism.
Fungsi psikologis manusia adalah produk dari
interkasi P (perilaku), K (kepribadian) dan L (lingkungan).
Inti reciprocal determinism adalah manusia memproses informasi dari model
dan mengembangkan serangkaian gambaran simbolis perilaku melalui pembelajaran
yang bersifat coba-coba kemudian disesuaikan dengan manusia. Ketiga faktor yang
resiprok ini tidak perlu sama kuat atau memiliki kontribusi setara.
Potensi relatif Bandura akhirnya memperluas konsep ini dengan nilai diri (self-value) dan
keyakinan diri (self-efficacy). Self-efficacy adalah faktor person (kognitif) yang
memainkan peran penting dalam teori pembelajaran Bandura. Self-efficacy yakni
keyakinan bahwa seseorang biasa menguasai situasi dan menghasilkan perilaku yang
positif. Keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk mengorganisir dan
menggerakkan sumber-sumber tindakan yang dibutuhkan untuk mengelola situasi- situasi yang akan datang. Individu mengamati model bila ia percaya bahwa dirinya mampu mempelajari
atau melakukan perilaku yang dimodelkan. Pengamatan terhadap model yang mirip
mempengaruhi Self-efficacy (Kalau mereka bisa, saya juga bisa).
Tinggi-rendahnya
Self-efficacy berkombinasi dengan lingkungan yang responsif dan tidak responsif
untuk menghasilkan empat variabel yang paling bisa diprediksi berikut ini:
(1) Bila Self-efficacy tinggi dan lingkungan responsif, hasil yang paling bisa
diperkirakan ialah kesuksesan.
(2) Bila Self-efficacy rendah dan lingkungan
responsif, manusia dapat menjadi depresi saat mereka mengamati orang lain
berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang menurut mereka sulit.
(3) Bila Self- efficacy tinggi bertemu dengan situasi lingkungan yang tidak responsif,
manusia akan berusaha keras mengubah lingkungannya.
Mereka mungkin akan
menggunakan protes, aktivisme sosial, bahkan kekerasan untuk mendorong Self-efficacy dalam modeling akan mengacu pada tindakan-tindakan manusia,
yang antara lain:
(1) Manusia akan menerus merubah rencana ketika sadar
konsekuensi dari setiap tindakan.
(2) Manusia memiliki kemampuan memprediksi.
Mengantisipasi hasil tindakan dan memilih perilaku mana yang dapat menghasilkan
keluaran yang diinginkan serta menghindari yang tidak diinginkan.
(3) Manusia
sanggup memberikan reaksi diri dalam proses motivasi dan pengaturan terhadap
setiap tindakan. Akhirnya
(4) Manusia dapat melakukan refleksi diri. Menguji
dirinya sendiri. Mengevaluasi sendiri motivasi, nilai, makna, dan tujuan hidupnya,
bahkan sanggup memikirkan ketepatan pemikirannya sendiri. Self-efficacy
melakukan tindakan-tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan.
Proses- prosesyang mengatur pembelajaran dengan modeling, yaitu:
1. Perhatian
Apakah faktor-faktor yang mengatur perhatian ini? Pertama, mengamati model
yang padanya kita sering mengasosiasikan diri. Kedua, model-model yang
aktraktif lebih banyak diamati. Individu harus mampu memberi perhatian pada
model, kejadian dan unsur-unsurnya. Jika individu tidak bisa memberikan
perhatian yang tepat pada suatu model, maka tidak mungkin terjadi peniruan.
Faktor-faktor penguatan, kapasitas indrawi dan kompleksitas kejadian yang
menjadi model merupakan faktor penting dalam proses perhatian ini.
2. Representasi
Agar pengamatan dapat membawa respons yang baru, maka pola-pola tersebut
harus direpresentasikan secara simbolis di dalam memori. Proses menyimpan
ciri-ciri terpenting dari suatu kejadian sehingga bisa dipanggil kembali dan
digunakan ketika diperlukan. Ciri-ciri yang tersimpan dapat dalam bentuk
pengkodean yang membantu kita mengujicobakan perilaku secara simbolis.
3. Produksi perilaku Setelah memberi perhatian kepada sebuah model dan mempertahankan apa yang
sudah diamati, kita akan menghasilkan perilaku. Individu mampu secara fisik
melaksanakan perilaku tersebut. Beberapa pertanyaan tentang perilaku yang
dijadikan model,
(1) Bagaimana saya melakukan hal tersebut.
(2) Sudah
benarkah tindakan saya ini?
4. Motivasi dan Reinforcement
Pembelajaran dengan mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar
termotivasikan untuk melakukan perilaku yang dimodelkan. Meskipun
pengamatan terhadap orang lain dapat mengajarkan kita bagaimana melakukan
sesuatu, tapi mungkin kita tidak memiliki keinginan untuk melakukan tindakan
yang dibutuhkan. Reinforcement dapat memainkan beberapa peran dalam
modeling.Bila mengantisipasi bahwa kita akan diperkuat untuk meniru tindakantindakan seorang model, kita mungkin akan lebih termotivasi untuk
memperhatikan, mengingat dan mereproduksi perilaku itu.
Bandura
mengidentifikasi tiga bentuk reinforcement yang dapat mendorong modeling.
(1)
Pengamat mungkin mereproduksi perilaku model dan menerima reinforcement
langsung.
(2) Akan tetapi reinforcement tidak langsung bisa berupa vicarious
reinforcement. Pengamat mungkin
hanya melihat perilaku orang lain diperkuat
dan produksi perilakunya meningkat. Dan bentuk
(3) Self-reinforcement atau
mengontrol reinforcement sendiri. Bentuk reinforcement ini penting bagi guru
maupun siswa.
6. Untuk menerapkan proses modeling kebanyakan pengamatan dimotivasi oleh
harapan bahwa modeling yang tepat terhadap orang yang ditiru akan menghasilkan
penguatan, juga penting diperhatikan bahwa orang juga belajar dengan melihat orang
lain dikuatkan atau dihukum karena terlibat dalam perilaku tertentu.
Ada lima kemungkinan hasil dari modeling, yaitu:
1. Mengarahkan perhatian. Dengan modeling orang lain, kita bukan hanya belajar
tentang berbagai tindakan, tetapi juga melihat berbagai objek terlibat dalam
tindakan-tindakan tersebut.
2. Menyempurnakan perilaku yang sudah dipelajari. Modeling menunjukkan
perilaku mana yang sudah kita pelajari digunakan.
3. Memperkuat atau memperlemah hambatan. Modeling perilaku dapat diperkuat
atau diperlemah tergantung konsekuensi yang dialami.
4. Mengajarkan perilaku baru. Jika dalam modeling berperilaku cara baru
(melakukan hal-hal baru), maka terjadi efek pemodelan.
5. Membangkitkan Emosi. Melalui modeling, orang dapat mengembangkan reaksi
emosional terhadap situasi yang pernah dialami secara pribadi.
8
Teori pembelajaran sosial Albert Bandura adalah pembelajaran dengan
mengamati dan bertindak. Inti mengamati adalah pemodelan, yang mencakup
pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas yang benar, mengkodekan secara tepat
kejadian-kejadian ini untuk dipresentasikan di dalam memori, melakukan performa
aktual perilaku, dan menjadi cukup termotivasi.
Pembelajaran dengan bertindak
mengizinkan seseorang untuk mencapai pola-pola baru perilaku kompleks lewat
pengalaman langsung dengan memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi- konsekuensi perilaku tersebut.
DAFTAR PUSTAKA :
Bandura, A. 1986. Social Foudation of Thought and Action. Englewood Cliffs, NJ:
Prentice-Hall.
Bandura, A. 1982. Self-efficacy Mechanisme in Human Agency. American
Pscyhologist, 37.
0 komentar:
Posting Komentar