29.12.20

TEORI OPERANT-REINFORCEMENT, B.F. SKINNER

 



Liot Mayang Sari
19310410039
Psikologi Kepribadian II
Dosen Pengampu : Fx. Wahyu Widiantoro S.Psi,M.A




Burrhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 maret 1904 di kota kecil susquenhanna, pennshyilvania, AS. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga dengan kepribadian dan kecerdasan yang kuat. Sebagai seorang anak yang aktif, skinner lebih menyenangi kegiatan di luar rumah dan sangat menikmati kegiatan-kegiatan disekolahnya. Skinner bercita-cita menjadi penulis dan berusaha untuk mewujudkannya dengan mengirim puisi dan cerita pendek keberbagai media cetak.

STRUKTUR KEPRIBADIAN

Faktor motivasional dalam tingkah laku bagi skinner lebih dari sekedar elemen struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seorang bisa berbeda-beda kekuatan dan keseringan munculnya. variabilitas intensitas tingkah laku itu dapat dikembalikan kepada environmental variable. Seperti pada orang yang lapar ia akan termotivasi makan banyak bukan karena dorongan atau drive laparnya besar, tapi karena perutnya kosong dalam keadaan lama atau kondisi penyebab lainnya. Skinner mengklasifikasikan tingkah laku dalam dua tipe :

a. Type respondent behavior: organisme menghasilkan (elicited) respon sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, menghindari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa takut waktu ditanya guru, atau merasa malu waktu dipuji orang.

b. Type operant behavior: organisme mengerjakan atau memunculkan (emitted) suatu respon tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksanya melakukannya. Organisme akan dihadapakan pada pilihan rspon mana yang akan dipakai untuk menanggapi stimulusnya tergantung pada efek  lingkungan atau konsekuensi yang mengikuti respon itu.

 

DINAMIKA KEPRIBADIAN

1.  Kepribadian dan Belajar
            skinner lebih berfokus mengenai perubahan tingkah laku. Jadi hakekat teori Skinner adalah teori belajar, berubah menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku dengan melakukan reinforcement atau penguatan yaitu dengan membuat tingkah laku tertentu agar tidak terjadi pada masa depan. Konsep dasarnya sangat sederhana yakni bahwa semua tingkah laku dapat dikontrol oleh konsekuensi tingkah laku itu.

2. Classical Conditioning
            Condisioning klasik dilakukan pertama kali oleh Ivan Pavlov. Suatu stimulus yang memunculkan respon tertentu yang dipasangkan dengan stimulus lain pada saat yang sama untuk memunculkan respon yang diinginkan. Kondisioning klasik menghasilkan tingkah laku type responden, yang oleh Skiner dianggap kurang penting karena kurang menggambarkan fungsi integral manusia dalam lingkungannya, dimana reinforcement tidak segera dikenali dan umumnya justru timbul sesudah tingkah laku terjadi.

 

3. Operant Conditioning
            Kondisioning operan tidak tergantung kepada tingkah laku otomatis atau refleks, sehingga jauh lebih fleksibel dibanding kondisioning klasik. Dari percobaan dilakukan Skinner untuk mengajar merpati yang lapar mematuk bintik cahaya agar mendapatkan makanan. Pembentukan tingkah laku dengan melakukan reinforce tingkah laku yang semakin mendekati perilaku yang diinginkan. Pembentukan (shaping) tingkah laku yang diinginkan secara berangsur-angsur, Ini disebut teknik successive approximation. Suatu repertoir tingkah laku juga dapat dihilangkan, salah satu caranya adalah dengan memberi hukuman atau mengganti tingkah laku itu dengan mengkondisikan tingakah laku bari dengan penguatan positif.

4.  Schedules reinforcement
            Reinforcement bisa bersifat positif dan bisa juga negatif. Penguatan positif yaitu suatu stimulus yang membuat perilaku yang dikehendaki berpeluang untuk diulangi, sedangkan penguatan negatif umumnya tidak disenangi sehingga menjadikan peluang untuk mengulangi perilaku lebih kecil. tingkah laku yang tidak dikehendaki dapat diperkuat tanpa sengaja dengan memperhatikan pada kesatuan atau keterdekatan reinforcement dan bukan pada maksud pemberi reinforcement.

Skinner menjelaskan Skedul pemberian reinforcement yaitu, a) Continuous reinforcement, dimana setiap kali muncul tingkah laku yang dikehendaki diberikan reinforcement. Kalau reinforcement dihentikan maka tingkah laku yang dikehendaki dengan cepat mengalami ekstingsi dan hilang. b) Intermittent yaitu dengan berselang berdasarkan waktu (interval) atau berdasarkan perbandingan (ratio). C) Variabel interval, memberi reinforcement dalam waktu yang tidak tentu, tetapi rata-ratanya sama dengan pengaturan tetap. d) Fixed ratio mengatur pemberian reinforcement sesudah respon yang dikehendaki muncul yang kesekian kalinya. e) Variabel ratio memberikan reinforcement secara acak.

5.  Generalisasi dan diskriminasi
            Stimulus generalization adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang mestinya menimbulkan respon itu. Sedang Stimulus discrimination adalah kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga stimulus itu tidak diberi respon; walaupun mirip dengan stimulus yang diberi penguat.

6.  Tingkah laku kontrol diri
            kontrol diri bagaimana self mengontrol variable yang berasal dari luar untuk menentukan tingkah laku. Pengontrolan diri ini dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu :

a.  Removing/avoiding: menghindar dari situasi pengaruh, atau menjauhkan situasi pengaruh sehingga tidak lagi diterima sebagai stimulus.

b. Satiation: membuat diri jenuh dengan suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi bersedia melakukannya.

c.  Aversive stimuli: menciptakan stimulus yang tidak menyenangkan yang timbul bersamaan dengan stimulus yang ingin dikontrol.

d. Reinforce oneself: memberi reinforcement kepada diri sendiri, terhadap "prestasi" dirinya.

7.  Superstitious behavior
            Suatu respon dapat berhubungan dengan reinforcernya secara kebetulan, tanpa menunjukkan hubungan sebab-akibat yang jelas. Walaupun respon itu tidak nyata-nyata menghasilkan reinforcement yang dimaksud, ternyata hubungannya sangat kuat.

 

Sumber

Alizamar, Teori Belajar dan Pembelajaran; Implementasi dalam Bimbingan Kelompok Belajar di Perpendidikan Tinggi, (Yogyakarta: Media Akademi, 2016). 


0 komentar:

Posting Komentar