Resiliensi Pada Perempuan Yang Mengalami KDRT Dan
Tinggal Di Pedesaan
Oleh: Meysella
Al Firdha Hanim
NIM : 183104101196
Review Jurnal ini untuk Memenuhi Tugas Psikologi
Inovasi
Prodi Psikologi Universitas Prokalamasi 45
Yogyakarta
Dosen Pengampu:
Dr. Arundati Shinta
Topik |
Memahami Resiliensi Pada
Perempuan Yang Mengalami KDRT Dan Tinggal Di Pedesaan |
Sumber |
Wedaningtyas, Putu Ayu Meirina Pradnya Paramitha, Yohanes K, Herdiyanto.
(2017). Tuah Keto Dadi Nak Luh Bali : Memahami Resiliensi Pada Perempuan Yang Mengalami
KDRT Dan Tinggal Di Pedesaan |
Teori |
·
Bali
merupakan salah satu pulau di Indonesia yang masih memiliki pembedaan antara
laki-laki dengan perempuan melalui penetapan garis purusa (Anggreni, 2011).
Posisi laki-laki dalam hukum adat Bali memang jauh lebih berkuasa dengan
garis purusa (hubungan kekerabatan menurut garis keturunan laki-laki) yang
ditetapkan serta melekat pada diri laki-laki Bali tersebut (Anggreni, 2011). ·
Melalui
penerapan konsep purusa-pradana, para perempuan dituntut untuk mampu
mempertahankan eksistensinya dalam keluarga sebagaimanapun menekannya suatu
keadaan, tidak terkecuali pada kasus KDRT. Perempuan masih ditabukan untuk
bercerai, individu yang demikian, dapat diistilahkan sebagai individu yang
resilien. Resiliensi merupakan suatu proses aktif untuk mampu memutuskan
bangkit, menghadapi, mampu memperkuat diri dan tetap melaksanakan perubahan
sehubungan dengan cobaan yang sedang dialaminya. (Grotberg dalam Dewi,
Djoenaina, & Melisa, 2004). ·
Resiliensi,
yaitu suatu proses aktif untuk mampu memutuskan, menghadapi, memperkuat diri
dan tetap melaksanakan perubahan sehubungan dengan cobaan yang sedang
dialaminya (Grotberg dalam Dewi, Djoenaina, & Melisa., 2004), dengan
tetap mampu memberikan kehangatan, humor, dan cinta kasih (Wolins dalam
Ekasari & Andriyani, 2013). |
Permasalahan. |
·
Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih menjadi masalah sosial di masyarakat. Isu
KDRT semakin naik ke permukaan ketika media memberi sorotan pada korban dan
pelakunya (Panani, 2013). Individu yang menjadi korban maupun pelaku cukup
beragam, artinya tidak hanya yang berstatus sosial ekonomi rendah saja,
tetapi baik pejabat, laki-laki ataupun perempuan mampu berperan setara untuk
menjadi actor maupun korban dari KDRT itu sendiri. World Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa satu dari empat wanita di seluruh dunia adalah korban
KDRT, dengan orang-orang Asia dan Timur Tengah yang paling besar jumlahnya
(Gero, 2013). |
Metode |
·
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, karena penelitian kualitatif merupakan sebuah
pendekatan induktif dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian mendalam
dari pengalaman seseorang atau kelompok (Sari, 2011), lalu membuat makna dari
pengalaman tersebut dalam konteks lingkungan tempat individu tinggal (Sari,
2011), dan secara mengkhusus tipe penelitian yang digunakan adalah tipe
fenomenologi. |
Hasil Penelitian |
·
Dalam
penelitian ini hanya menggunakan satu orang responden yang diambil dari
kelompok sampel para perempuan di Banjar Panjul yang telah menikah. Data-data
yang terkumpul, lalu peneliti analisakan dengan menerapkan langkah analisa
data yang dikembangkan oleh Strauss dan Corbin (dalam Candra, 2012), yaitu :
open coding, axial coding, dan selective coding. Pada tahap open coding,
peneliti memilih dan mengkodekan setiap pernyataan dari catatan lapangan yang
telah dirampungkan sebelumnya. Kode yang dihasilkan berkisar tentang gambaran
karakteristik dan responden penelitian, karakteristik dan kecenderungan para
perempuan di rumah keluarga besar suami responden, beserta situasi sosial
lokasi penelitian. ·
Hasil
yang diperoleh dari open coding kemudian diorganisasikan kembali ke dalam
beberapa kategori. Pada tahap axial coding ini, dihasilkan dua kategori utama
yakni kategori “dalam keluarga besar” dan kategori “Wanita Bali”. Kedua
kategori utama tersebut kemudian di analisis, dan di pilih, hingga pada tahap
selective coding, peneliti memutuskan untuk memilih kategori “Wanita Bali”
untuk kemudian dibuat menjadi “sebuah cerita” dari keterkaitan masing-masing
kriteria dalam kategori. ·
Terkait
dari hasil selective coding yang berisikan 2 kriteria yakni kriteria
“perempuan di keluarga suami” yang merujuk pada informasi terkait gambaran
situasi para perempuan di keluarga besar suami responden dan kriteria
“responden” yang merujuk pada gambaran situasi para perempuan di keluarga
besar suami responden, maka hasil penelitian pun terbagi menjadi 2 kriteria
tersebut. Deskripsi dari hasil penelitian pada penelitian ini merupakan
keterkaitan dari kode-kode yang telah diorganisasikan sedemikian rupa. |
Diskusi |
·
Masalah
yang terlihat cenderung berasal dari hubungan para perempuan di keluarga
suami responden dengan ipar perempuan ataupun ibu mertua. Ketidakharmonisan
para perempuan tersebut dengan ibu mertua ataupun saudara ipar perempuan
ditemukan berbuntut. Perselisihan yang peneliti temukan, disebabkan oleh faktor
makanan yang dimiliki salah satu anggota keluarga. Penggunaan satu dapur
bersama-sama juga dapat menjadi pemicu konflik diantara para perempuan dengan
ibu mertua ataupun saudara ipar perempuan. |
Kesimpulan |
·
Resiliensi
pada Perempuan Bali terbentuk karena adanya nilai-nilai keyakinan pada
individu yang mendorongnya untuk bersedia belajar dan beradaptasi selama
menjalani kehidupan berumah tangga. Nilai-nilai keyakinan tersebut berisikan
unsur agamis seperti kepercayaan akan adanya karma pahala, serta unsur sosial
budaya seperti ketabuan untuk bercerai dan keyakinan bahwa sebagai perempuan
sudah ditakdirkan terlahir sebagai makhluk yang berperan penting, dan juga
kuat dalam menjalani kehidupan, khususnya berumah tangga. |
0 komentar:
Posting Komentar