31.12.20

REVIEW JURNAL : RESILIENSI PADA PEREMPUAN YANG MENGALAMI KDRT DAN TINGGAL DI PEDESAAN

 

Resiliensi Pada Perempuan Yang Mengalami KDRT Dan Tinggal Di Pedesaan

Oleh: Meysella Al Firdha Hanim

NIM : 183104101196

Review Jurnal ini untuk Memenuhi Tugas Psikologi Inovasi

Prodi Psikologi Universitas Prokalamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu:

Dr. Arundati Shinta

 

Topik

Memahami Resiliensi Pada Perempuan Yang Mengalami KDRT Dan Tinggal Di Pedesaan

Sumber

Wedaningtyas, Putu Ayu Meirina Pradnya Paramitha, Yohanes K, Herdiyanto. (2017). Tuah Keto Dadi Nak Luh Bali : Memahami Resiliensi Pada Perempuan Yang Mengalami KDRT Dan Tinggal Di Pedesaan

Teori

·      Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang masih memiliki pembedaan antara laki-laki dengan perempuan melalui penetapan garis purusa (Anggreni, 2011). Posisi laki-laki dalam hukum adat Bali memang jauh lebih berkuasa dengan garis purusa (hubungan kekerabatan menurut garis keturunan laki-laki) yang ditetapkan serta melekat pada diri laki-laki Bali tersebut (Anggreni, 2011).

 

·       Melalui penerapan konsep purusa-pradana, para perempuan dituntut untuk mampu mempertahankan eksistensinya dalam keluarga sebagaimanapun menekannya suatu keadaan, tidak terkecuali pada kasus KDRT. Perempuan masih ditabukan untuk bercerai, individu yang demikian, dapat diistilahkan sebagai individu yang resilien. Resiliensi merupakan suatu proses aktif untuk mampu memutuskan bangkit, menghadapi, mampu memperkuat diri dan tetap melaksanakan perubahan sehubungan dengan cobaan yang sedang dialaminya. (Grotberg dalam Dewi, Djoenaina, & Melisa, 2004).

 

·       Resiliensi, yaitu suatu proses aktif untuk mampu memutuskan, menghadapi, memperkuat diri dan tetap melaksanakan perubahan sehubungan dengan cobaan yang sedang dialaminya (Grotberg dalam Dewi, Djoenaina, & Melisa., 2004), dengan tetap mampu memberikan kehangatan, humor, dan cinta kasih (Wolins dalam Ekasari & Andriyani, 2013).

Permasalahan.

·      Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih menjadi masalah sosial di masyarakat. Isu KDRT semakin naik ke permukaan ketika media memberi sorotan pada korban dan pelakunya (Panani, 2013). Individu yang menjadi korban maupun pelaku cukup beragam, artinya tidak hanya yang berstatus sosial ekonomi rendah saja, tetapi baik pejabat, laki-laki ataupun perempuan mampu berperan setara untuk menjadi actor maupun korban dari KDRT itu sendiri. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa satu dari empat wanita di seluruh dunia adalah korban KDRT, dengan orang-orang Asia dan Timur Tengah yang paling besar jumlahnya (Gero, 2013).

Metode

·      Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian kualitatif merupakan sebuah pendekatan induktif dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian mendalam dari pengalaman seseorang atau kelompok (Sari, 2011), lalu membuat makna dari pengalaman tersebut dalam konteks lingkungan tempat individu tinggal (Sari, 2011), dan secara mengkhusus tipe penelitian yang digunakan adalah tipe fenomenologi.

Hasil Penelitian

·      Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu orang responden yang diambil dari kelompok sampel para perempuan di Banjar Panjul yang telah menikah. Data-data yang terkumpul, lalu peneliti analisakan dengan menerapkan langkah analisa data yang dikembangkan oleh Strauss dan Corbin (dalam Candra, 2012), yaitu : open coding, axial coding, dan selective coding. Pada tahap open coding, peneliti memilih dan mengkodekan setiap pernyataan dari catatan lapangan yang telah dirampungkan sebelumnya. Kode yang dihasilkan berkisar tentang gambaran karakteristik dan responden penelitian, karakteristik dan kecenderungan para perempuan di rumah keluarga besar suami responden, beserta situasi sosial lokasi penelitian.

 

·      Hasil yang diperoleh dari open coding kemudian diorganisasikan kembali ke dalam beberapa kategori. Pada tahap axial coding ini, dihasilkan dua kategori utama yakni kategori “dalam keluarga besar” dan kategori “Wanita Bali”. Kedua kategori utama tersebut kemudian di analisis, dan di pilih, hingga pada tahap selective coding, peneliti memutuskan untuk memilih kategori “Wanita Bali” untuk kemudian dibuat menjadi “sebuah cerita” dari keterkaitan masing-masing kriteria dalam kategori.

 

·      Terkait dari hasil selective coding yang berisikan 2 kriteria yakni kriteria “perempuan di keluarga suami” yang merujuk pada informasi terkait gambaran situasi para perempuan di keluarga besar suami responden dan kriteria “responden” yang merujuk pada gambaran situasi para perempuan di keluarga besar suami responden, maka hasil penelitian pun terbagi menjadi 2 kriteria tersebut. Deskripsi dari hasil penelitian pada penelitian ini merupakan keterkaitan dari kode-kode yang telah diorganisasikan sedemikian rupa.

Diskusi

·      Masalah yang terlihat cenderung berasal dari hubungan para perempuan di keluarga suami responden dengan ipar perempuan ataupun ibu mertua. Ketidakharmonisan para perempuan tersebut dengan ibu mertua ataupun saudara ipar perempuan ditemukan berbuntut. Perselisihan yang peneliti temukan, disebabkan oleh faktor makanan yang dimiliki salah satu anggota keluarga. Penggunaan satu dapur bersama-sama juga dapat menjadi pemicu konflik diantara para perempuan dengan ibu mertua ataupun saudara ipar perempuan.

 

Kesimpulan

 

·      Resiliensi pada Perempuan Bali terbentuk karena adanya nilai-nilai keyakinan pada individu yang mendorongnya untuk bersedia belajar dan beradaptasi selama menjalani kehidupan berumah tangga. Nilai-nilai keyakinan tersebut berisikan unsur agamis seperti kepercayaan akan adanya karma pahala, serta unsur sosial budaya seperti ketabuan untuk bercerai dan keyakinan bahwa sebagai perempuan sudah ditakdirkan terlahir sebagai makhluk yang berperan penting, dan juga kuat dalam menjalani kehidupan, khususnya berumah tangga.

 

0 komentar:

Posting Komentar