27.12.20

Perilaku Anti Sosial Pada Anak

 

TUGAS PSIKOLOGI KLINIS

 

Nama: Heny Suprapti

                                      

NIM:183104101183

 

Dosen Pengampu: Fx.Wahyu Widiantoro,S.Psi,M.A

 

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

PERILAKU ANTI SOSIAL PADA ANAK

 

Usia anak-anak menjadi salah satu tahapan penting yang pasti dilalui oleh individu untuk menjadi dewasa. Pada tahapan ini, anak membutuhkan kondisi sosial tertentu yang dapat berguna untuk kehidupan sosialnya kelak. Menurut Hurlock (2001), sehabis usia kanak-kanak, akan muncul tahapan baru yang disebut sebagai “usia berkelompok”. Pada tahapan ini akan muncul adanya minat pada aktivitas pertemanan dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa puas jika bersama dengan teman-temannya. Pada kondisi ini, anak lebih membutuhkan untuk bermain dan bergabung bersama dengan teman-temannya dan dapat merasa tidak puas jika hanya bermain di rumah bersama keluarga. Hal yang senada juga disampaikan oleh Yusuf (2004) bahwa pada usia 6 sampai 13 tahun, terdapat tiga ciri yang menonjol pada anak yaitu dorongan yang besar untuk berhubungan dengan kelompok sebaya, dorongan ingin tahu tentang dunia sekitarnya, dan perkembangan fisik. Hal tersebut menegaskan bahwa perilaku untuk memperluas jaringan sosial pada anak akan muncul pada usia ini dan menjadi salah satu tahapan penting yang harus dilalui oleh anak.

Permasalahan dapat muncul jika dalam tahapan ini anak menunjukkan adanya perilaku anti sosial seperti bertindak masa bodoh terhadap temanya, suka mengganggu teman, dan sering melakukan perkelahian dengan teman. Menurut Berger (2003), perilaku anti sosial merupakan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum di sekitarnya. Tindakan-tindakan anti sosial ini sering kali mendatangkan kerugian bagi masyarakat luas sebab pada dasarnya si pelaku tidak menyukai keteraturan sosial (social order) yang diinginkan oleh sebagian besar anggota masyarakat lain.

Pentingnya kehidupan sosial bagi anak menuntut adanya peran serta orang tua, keluarga, dan pihak sekolah untuk mengatasi permasalahan anti sosial pada anak. Menurut Dewi (2015), beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan anti sosial pada anak yaitu:

a)    Orang tua atau keluarga menerapkan pola asuh authoritative, yaitu tidak menekankan kedisiplinan yang terlalu keras terhadap anak dan senantiasa memberikan kasih sayang dalam membimbing anak. Keluarga perlu mengajari anak tentang bagaimana cara bersosialisasi yang baik dengan teman sebayanya, anak yang lebih mudah, dan terhadap orang yang lebih tua darinya.

b)   Sekolah (guru) menerapkan metode pembelajaran kooperatif dengan memperhatikan kondisi psikologis dan perkembangan multiple intelegensi anak. Guru harus menerapkan pembelajaran yang terintegrasi dengan penanaman nilai-nilai moral dan karakter yang baik.

c)    Lingkungan Sosial dan Masyarakat agar memberikan permodalan tingkah laku yang baik ditopang oleh media penyiaran publik yang sehat (cocok) bagi anak.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku anti sosial pada anak dapat memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhannya. Anak dapat menarik diri dari lingkungan sosialnya dan pada akhirnya anak tersebut tidak diterima dalam kelompok sebaya. Untuk itu, pihak orang tua, keluarga, dan sekolah perlu memperhatikan permasalahan ini jika terjadi pada anak.

 

Referensi:

Berger, Kathleen Stassen. 2003. The Developing Person Through Childhood and Adolescence. Worth Publishers.

Dewi, R. S. (2015). Perilaku Anti Sosial pada Anak Sekoah Dasar. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar)1(2), 21-33.

Hurlock Elizabeth (2001). Child Development. New York: Mc. Graw Hill Book. Co. Inc.

Yusuf, Syamsu L.N (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

0 komentar:

Posting Komentar