TEORI ANALISIS FAKTOR, HANS JURGEN EYSENCK
Ingga Octiana
19310410007
Psikologi Kepribadian II
Dosen Pengampu :Fx. Wahyu Widiantoro, S.psi., MA.
Hans Jurgen Eysenck, Lahir di Berlin, Jerman 4 Maret 1916. Ketika
NAZI berkuasa.ia pindah ke Inggris dan menerima gelar doktor dalam bidang
psikologi dari Universitas London pada tahun 1940. Kemudian setelah perang
Dunia II usai, ia mengajar di Universitas London. Ia menulis 75 buku dan lebih
dari 700 artikel. Kemudian Hans Jurgen Eysenck meninggal di London pada tanggal 4
September 1997.
Hans
Eysenck adalah seorang psikolog terkenal yang memakai pendekatan behaviorisme
dalam melihat kepribadian manusia.Teori Eysenck sebagian besar didasarkan pada
fisiologi dan genetika.Meskipun dia seorang behavioris, namun Eysenck melihat
perbedaan kepribadian lebih disebabkan oleh faktor keturunan atau genetika. Eysenck
berpendapat bahwa sifat dasar kepribadian berasal dari keturunan, dalam bentuk
tipe dan trait. Namun dia juga berpendapat bahwa semua tingkah laku bisa
dipelajari dari lingkungan. Menurutnya kepribadian adalah keseluruhan pola
tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan
oleh keturunan dan lingkungan
Dalam
teori tiga faktor Hans Eysenck merumuskan pendapatnya mengenai tingkah laku
manusia yang bisa ditentukan melalui analisis faktor. Dalam analisis faktor
Eysenck mengembangkan suatu metode, yaitu criterion analysis. Dari analisis
tersebut telah menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai adanya sejumlah
kecil dimensi-dimensi pokok yang didefinisikan dengan teliti dan jelas. Salah
satu metode yang dipakai Eysenck adalah teknik statistik yang disebut analisis
faktor. Caranya adalah responden diberikan daftar berisi sifat-sifat manusia
untuk mereka pilih sesuai kepribadian mereka. Misalnya saja, ada kata-kata
"malu", "introvert", "ekstrovert",
"liar", dan lain sebagainya. Orang yang pemalu pasti akan memilih
kata "introvert" dan "malu" ketimbang
"ekstrovert" dan "liar".Data-data tersebut menjadi bahan mentah
bagi peneliti analisis faktor tersebut. Pada teori sifat Eysenck menjelaskan
tiga dimensi kepribadian, seperti :
a. Ekstraversi dan Introversi
Orang-orang ekstroversi mempunyai karakteristik utama, yaitu senang bercanda, penuh gairah, cepat dalam berpikir, optimis,
Orang-orang introver mempunyai karakteristik sifat-sifat yang berkebalikan dari mereka yang ekstrover.Mereka dapat dideskripsikan sebagai pendiam, pasif, tidak terlalu bersosialisasi, hati-hati, tertutup, penuh perhatian, pesimistis, damai, tenang, dan terkontrol.
c. Neurotisme
Eysenck menyatakan bahwa beberapa penelitian telah menemukan bukti dari dasar genetic untuk sifat neurotic, seperti kecemasan, hysteria, dan gangguan obsesif-kompulsif.
d. Psikotisisme
Orang yang skor P tinggi biasanya egosentris, dingin, kejam, agresif, curiga.Orang yang skor P rendah (mengarah pada fungsi superego) cenderung bersif mudah bersosialisasi, empati, peduli, kooperatif, mudah menyesuaikan diri.
GAMBARAN TEORI SIFAT DAN FAKTOR (EYSENCK)
a. Teori faktor eysenck
Teori kepribadian dari Hans Eysenck mempunyai
komponen biologis dan psikometri yang kuat. Akan tetapi, Eysenck berargumen
bahwa kecanggihan psikometri saja tidak cukup untuk mengukur struktur
kepribadian manusia dan dimensi kepribadian yang didapatkan dari metode
analisis faktor yang bersifat steril dan tidak bermakna, kecuali jika sudah
terbukti mempunyai suatu ekstensi biologis.
b.
Kriteria dalam
mengidentifikasi suatu faktor
Dengan asumsi tersebut, eysenck membuat daftar empat kriteria
dalam mengidentifikasikan suatu faktor, yaitu:
1.
Bukti psikometrik untuk eksistensi factor
harus ditentukan. Kesimpulan dari kriteria ini adalah bahwa faktor harus
reliable dan dapat direplikasi. Peneliti lainnya, dari laboratorium terpisah,
juga harus dapat menemukan faktor tersebut, dan secara konsisten
mengidentifikasikan ekstraversi, neurotisme, dan psikotik yang ditemukan oleh
Eysenck.
2.
Faktor harus mempunyai keterwarisan
(herbility) dan harus sesuai dengan model genetis yang sudah dikenal
sebelumnya. Kriteria ini mengeliminasi karakteristik yang dipelajari, seperti
kemampuan untuk mengimitasi suara-suara dari orang-orang terkenal atau
keyakinan agama ataupun politik.
3.
Faktor harus masuk akal saat dipandang dari segi teorretia. Eysenck menggunakan metode deduktif dalam melakukan
investigasi, dimulai dengan satu teori, kemudian mengumpulkan data yang
konsisten secara logis dengan teori tersebut.
4. Untuk eksistensi suatu faktor adalah bahwa faktor harus mempunyai relevansi sosial, yaitu harus ditunjukkan bahwa factor yang didapatkan secara matematika harus mempunyai hubungan (tidak harus hubungan kasual) dengan variabel sosial yang relevan, seperti kecanduan obat-obatan, kerentanan akan cedera yang tidak disengaja, performa cemerlang dalam olahraga, perilaku psikotik, kriminalitas, dan lain-lain.
c. Hirarki organisasi perilaku
Eysenck mengenali suatu
hierarki empat level dalam pengorganisasian perilaku, yaitu:
1. Type adalah tipe atau superfaktor. Suatu tipe terdiri dari beberapa
sifat yang saling berkaitan. Sebagai contoh, ketekunan dapat berkaitan dengan
inferioritas, penyesuaian emosional yang buruk, sifat pemalu secara sosial, dan
beberapa sifat lainnya, yang kesemuanya dapat membentuk tipe introversi.
2. Trait adalah beberapa respon umum yang saling berhubungan akan membentuk suatu sifat. Eysenck mendefinisikan sifat sebagai “disposisi kepribadian yang penting dan semipermanen”. Sebagai contoh, murid akan mempunyai sifat tekun apabila mereka biasanya menyelesaikan tugas kelas dan terus bekerja pada tugas-tugas lain sampai benar benar selesai.
3. Habitual response, yaitu tindakan atau kognisi yang umum, yaitu respon yang terjadi secara berulang dalam kondisi yang serupa. Sebagai contoh, apabila seorang murid sering bertahan dengan suatu tugas sampai suatu tugas itu selesai, maka perilaku ini dapat menjadi respons yang umum. Kebalikan dari respons spesifik, respons yang umum harus cukup reliable atau konsisten.
4. Specific response, yaitu kognisi atau tindakan spesifik, perilaku atau pikiran individual yang mungkin ataupun tidak merupakan karakteristik dari seseorang. Seorang murid yang menyelesaikan tugas membaca merupakan salah satu contoh dari respons spesifik.
e. Dimensi kepribadian
Tiga dimensi kepribadian Eysenck adalah Ekstraversi (E),
Neurotisme (N), dan Psikotik (P). Eysenck berargumen bahwa setiap faktor
memenuhi empat kriteria yang ia berikan untuk mengidentifikasikan dimensi
kepribadian yaitu :
1. Bukti psikometrik yang kuat harus ada dalam setiap faktor,
terutama faktor E dan N. Faktor P mencul belakangan dalam studi yang dilakukan
Eysenck, namun tidak terlalu diperhatikan dengan serius oleh peneliti lain
sampai pada pertengahan tahun1990-an.
2. Eysenck berargumen bahwa dasar biologis yang kuat terdapat dalam masing-masing super faktor tersebut.
3. Tiga dimensi kepribadian Eysenck masuk akal secara teoretis. Carl Jung dan yang lainnya telah melihat efek yang berpengaruh dari perilaku ekstraversi dan introversi (faktor E), dan Sigmund freud menekankan pentingnya kecemasan (faktor N) dalam pembentukan perilaku. Selain itu, psikotik (faktor P) selaras dengan para pakar teori seperti Abraham Maslow, yang menggegas bahwa kesehatan psikologis mencakup dari aktualisasi diri 9skor P rendah) sampai skozofrenia dan psikosis (skor P tinggi).
4. Eysenck berulang kali
memperlihatkan bahwa ketiga faktor berkaitan dengan isu sosial, seperti
penggunaan obat obatan terlarang, perilaku seksual, kriminalitas, mencegah
kanker dan penyakit jantung, serta kreativitas.
Daftar
Pustaka :
Sujanto,
agus,dkk. Psikologi Kepribadian,2009, Jakarta: Bumi Aksara. Hlm.59.
Alwisol,
Psikologi Kepribadian, 2004, Malang: UMM Press, Hlm,255-256.
http://ulfahnurussyifa.blogspot.com/2013/06/teori-keperibadian-hans-j-eysenck.html.
Op,Cit Diakses tgl 14-09-2013.
0 komentar:
Posting Komentar