26.12.20

TEORI ANALISIS FAKTOR

 

TEORI ANALISIS FAKTOR, HANS JURGEN EYSENCK


                                                                        Ingga Octiana

                                                                        19310410007

                                                                Psikologi Kepribadian II

                                        Dosen Pengampu :Fx. Wahyu Widiantoro, S.psi., MA.



by Peter Wardle red chalk and pencil, 1990 NPG 6407

Hans Jurgen Eysenck, Lahir di Berlin, Jerman 4 Maret 1916. Ketika NAZI berkuasa.ia pindah ke Inggris dan menerima gelar doktor dalam bidang psikologi dari Universitas London pada tahun 1940. Kemudian setelah perang Dunia II usai, ia mengajar di Universitas London. Ia menulis 75 buku dan lebih dari 700 artikel. Kemudian Hans Jurgen Eysenck meninggal di London pada tanggal 4 September 1997.

Hans Eysenck adalah seorang psikolog terkenal yang memakai pendekatan behaviorisme dalam melihat kepribadian manusia.Teori Eysenck sebagian besar didasarkan pada fisiologi dan genetika.Meskipun dia seorang behavioris, namun Eysenck melihat perbedaan kepribadian lebih disebabkan oleh faktor keturunan atau genetika. Eysenck berpendapat bahwa sifat dasar kepribadian berasal dari keturunan, dalam bentuk tipe dan trait. Namun dia juga berpendapat bahwa semua tingkah laku bisa dipelajari dari lingkungan. Menurutnya kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan

Dalam teori tiga faktor Hans Eysenck merumuskan pendapatnya mengenai tingkah laku manusia yang bisa ditentukan melalui analisis faktor. Dalam analisis faktor Eysenck mengembangkan suatu metode, yaitu criterion analysis. Dari analisis tersebut telah menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai adanya sejumlah kecil dimensi-dimensi pokok yang didefinisikan dengan teliti dan jelas. Salah satu metode yang dipakai Eysenck adalah teknik statistik yang disebut analisis faktor. Caranya adalah responden diberikan daftar berisi sifat-sifat manusia untuk mereka pilih sesuai kepribadian mereka. Misalnya saja, ada kata-kata "malu", "introvert", "ekstrovert", "liar", dan lain sebagainya. Orang yang pemalu pasti akan memilih kata "introvert" dan "malu" ketimbang "ekstrovert" dan "liar".Data-data tersebut menjadi bahan mentah bagi peneliti analisis faktor tersebut. Pada teori sifat Eysenck menjelaskan tiga dimensi kepribadian, seperti :

 

a.      Ekstraversi dan Introversi

Orang-orang ekstroversi mempunyai karakteristik utama, yaitu senang bercanda, penuh gairah, cepat dalam berpikir, optimis,

Orang-orang introver mempunyai karakteristik sifat-sifat yang berkebalikan dari mereka yang ekstrover.Mereka dapat dideskripsikan sebagai pendiam, pasif, tidak terlalu bersosialisasi, hati-hati, tertutup, penuh perhatian, pesimistis, damai, tenang, dan terkontrol. 

c.       Neurotisme

Eysenck menyatakan bahwa beberapa penelitian telah menemukan bukti dari dasar genetic untuk sifat neurotic, seperti kecemasan, hysteria, dan gangguan obsesif-kompulsif. 

d.      Psikotisisme

Orang yang skor P tinggi biasanya egosentris, dingin, kejam, agresif, curiga.Orang yang skor P rendah (mengarah pada fungsi superego) cenderung bersif mudah bersosialisasi, empati, peduli, kooperatif, mudah menyesuaikan diri.


GAMBARAN TEORI SIFAT DAN FAKTOR (EYSENCK)

a.      Teori faktor eysenck

Teori kepribadian dari Hans Eysenck mempunyai komponen biologis dan psikometri yang kuat. Akan tetapi, Eysenck berargumen bahwa kecanggihan psikometri saja tidak cukup untuk mengukur struktur kepribadian manusia dan dimensi kepribadian yang didapatkan dari metode analisis faktor yang bersifat steril dan tidak bermakna, kecuali jika sudah terbukti mempunyai suatu ekstensi biologis.

 

b.      Kriteria dalam mengidentifikasi suatu faktor

 

Dengan asumsi tersebut, eysenck membuat daftar empat kriteria dalam mengidentifikasikan suatu faktor, yaitu:

 

1.      Bukti psikometrik untuk eksistensi factor harus ditentukan. Kesimpulan dari kriteria ini adalah bahwa faktor harus reliable dan dapat direplikasi. Peneliti lainnya, dari laboratorium terpisah, juga harus dapat menemukan faktor tersebut, dan secara konsisten mengidentifikasikan ekstraversi, neurotisme, dan psikotik yang ditemukan oleh Eysenck.

 

2.      Faktor harus mempunyai keterwarisan (herbility) dan harus sesuai dengan model genetis yang sudah dikenal sebelumnya. Kriteria ini mengeliminasi karakteristik yang dipelajari, seperti kemampuan untuk mengimitasi suara-suara dari orang-orang terkenal atau keyakinan agama ataupun politik.

 

3.      Faktor harus masuk akal saat dipandang dari segi teorretia. Eysenck menggunakan metode deduktif dalam melakukan investigasi, dimulai dengan satu teori, kemudian mengumpulkan data yang konsisten secara logis dengan teori tersebut.

 

4.      Untuk eksistensi suatu faktor adalah bahwa faktor harus mempunyai relevansi sosial, yaitu harus ditunjukkan bahwa factor yang didapatkan secara matematika harus mempunyai hubungan (tidak harus hubungan kasual) dengan variabel sosial yang relevan, seperti kecanduan obat-obatan, kerentanan akan cedera yang tidak disengaja, performa cemerlang dalam olahraga, perilaku psikotik, kriminalitas, dan lain-lain. 

c.       Hirarki organisasi perilaku

Eysenck mengenali suatu hierarki empat level dalam pengorganisasian perilaku, yaitu:

 

1.      Type adalah tipe atau superfaktor. Suatu tipe terdiri dari beberapa sifat yang saling berkaitan. Sebagai contoh, ketekunan dapat berkaitan dengan inferioritas, penyesuaian emosional yang buruk, sifat pemalu secara sosial, dan beberapa sifat lainnya, yang kesemuanya dapat membentuk tipe introversi.

 

2.      Trait adalah beberapa respon umum yang saling berhubungan akan membentuk suatu sifat. Eysenck mendefinisikan sifat sebagai “disposisi kepribadian yang penting dan semipermanen”. Sebagai contoh, murid akan mempunyai sifat tekun apabila mereka biasanya menyelesaikan tugas kelas dan terus bekerja pada tugas-tugas lain sampai benar benar selesai.


3.       Habitual response, yaitu tindakan atau kognisi yang umum, yaitu respon yang terjadi secara berulang dalam kondisi yang serupa. Sebagai contoh, apabila seorang murid sering bertahan dengan suatu tugas sampai suatu tugas itu selesai, maka perilaku ini dapat menjadi respons yang umum. Kebalikan dari respons spesifik, respons yang umum harus cukup reliable atau konsisten.


4.      Specific response, yaitu kognisi atau tindakan spesifik, perilaku atau pikiran individual yang mungkin ataupun tidak merupakan karakteristik dari seseorang. Seorang murid yang menyelesaikan tugas membaca merupakan salah satu contoh dari respons spesifik.

 

e.       Dimensi kepribadian

Tiga dimensi kepribadian Eysenck adalah Ekstraversi (E), Neurotisme (N), dan Psikotik (P). Eysenck berargumen bahwa setiap faktor memenuhi empat kriteria yang ia berikan untuk mengidentifikasikan dimensi kepribadian yaitu :

 

1.      Bukti psikometrik yang kuat harus ada dalam setiap faktor, terutama faktor E dan N. Faktor P mencul belakangan dalam studi yang dilakukan Eysenck, namun tidak terlalu diperhatikan dengan serius oleh peneliti lain sampai pada pertengahan tahun1990-an.

 

2.      Eysenck berargumen bahwa dasar biologis yang kuat terdapat dalam masing-masing super faktor tersebut.


3.      Tiga dimensi kepribadian Eysenck masuk akal secara teoretis. Carl Jung dan yang lainnya telah melihat efek yang berpengaruh dari perilaku ekstraversi dan introversi (faktor E), dan Sigmund freud menekankan pentingnya kecemasan (faktor N) dalam pembentukan perilaku. Selain itu, psikotik (faktor P) selaras dengan para pakar teori seperti Abraham Maslow, yang menggegas bahwa kesehatan psikologis mencakup dari aktualisasi diri 9skor P rendah) sampai skozofrenia dan psikosis (skor P tinggi).


4.      Eysenck berulang kali memperlihatkan bahwa ketiga faktor berkaitan dengan isu sosial, seperti penggunaan obat obatan terlarang, perilaku seksual, kriminalitas, mencegah kanker dan penyakit jantung, serta kreativitas.







Daftar Pustaka :

Sujanto, agus,dkk. Psikologi Kepribadian,2009, Jakarta: Bumi Aksara. Hlm.59.

http://ulfahnurussyifa.blogspot.com/2013/06/teori-keperibadian-hans-j-eysenck.html. Diakses tgl 14-09-2013.

Alwisol, Psikologi Kepribadian, 2004, Malang: UMM Press, Hlm,255-256.

http://ulfahnurussyifa.blogspot.com/2013/06/teori-keperibadian-hans-j-eysenck.html. Op,Cit Diakses tgl 14-09-2013.


0 komentar:

Posting Komentar