6.12.20

Apa itu Psikologi Komunitas dan Kesehatan Mental???

TUGAS PSIKOLOGI KLINIS

 

 

           Nama:Heny Suprapti

 

 

              NIM:183104101183

 

 

        Dosen Pengampu: Fx.Wahyu Widiantoro,S.psi,MA.

 

 

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

 

 

 



      

 

Psikologi Komunitas dan Kesehatan Mental

Permasalahan kesehatan mental merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan saat ini. Hal ini dikarenakan telah munculnya berbagai kasus yang sangat kompleks seperti depresi yang dapat berakibat kepada kematian. Menurut data WHO, pada tahun 2017 terdapat 450 juta pasien gangguan mental dan dari jumlah tersebut, diperkirakan hanya 2 dari 10 orang yang telah mendapatkan perawatan khusus (Kemenkes, 2019). Kasus di Indonesia juga menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang menjelaskan bahwa terjadi peningkatan prevalensi rumah tangga yang memiliki ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Riset tersebut menunjukka bahwa dari 1000 rumah tangga, terdapat 7 rumah tangga dengan ODGJ (Kemenkes, 2019)

Upaya mencapai kesejahteraan masyarakat di Indonesia membutuhkan adanya kebijakan yang terkait dengan kesehatan mental. Namun, kebijakan kesehatan mental di Indonesia tidaklah se-populer kebijakan kesehatan fisik. Hal ini diperparah dengan kurangnya jumlah SDM yang kompeten dibidang kesehatan mental dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Menurut Idham, Mubarok, dan Pratiwi (2016), salah satu solusi yang dapat ditawarkan yaitu dengan memberikan penanganan dalam skala luas (komunitas) kemudian dilanjutkan dengan penanganan secara individual. Untuk itu diperlukan adanya psikologi komunitas yang mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat/komunitas melalui suatu intervensi sosial yang terencana dan inovatif dalam bentuk program-program pelayanan dan pengembangan masyarakat.

Menurut Zax & Specter (1974), psikologi komunitas merupakan sebuah pendekatan bagi kesehatan mental yang menekankan pada peran lingkungan sebagaimana kontribusi untuk mengarahkan penggunaan tenaga potensialnya dalam meredakan permasalahan yang dialami seseorang. Tujuan dari psikologi komunitas adalah berupaya mengatasi masalah masyarakat secara meluas (komunal) dan menekankan pada upaya pencegahan prevensi dan promosi dalam mengembangkan kompetensi sosial dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kekuatan positif yang dimiliki bersama. Korchin (Hidayah, 2007) menjelaskan bahwa pendekatan psikologi komunitas menggunakan upaya preventif ini dalam tiga tingkatan, yaitu:

1.    Prevensi primer, merupakan upaya pencegahan munculnya penyakit tertentu kemudian disosialisasikan kepada masyarakat luas untuk mencegah kemunculan penyakit tertentu.

2.    Prevensi sekunder, merupakan upaya pencegahan munculnya penyakit tertentu pada sekelompok komunitas yang beresiko mengalami penyakit.

3.    Prevensi tersier, merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit yang sudah dialami oleh sekelompok penderita penyakit tertentu agar tidak kambuh kembali.

Berdasarkan hal tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan prevensi kesehatan mental yaitu dengan adanya pemberdayaan masyarakat. oleh karena itu, psikologi komunitas menawarkan sebuah konsep Community Development. Biggs (Cavaye, 2006) menjelaskan bahwa Community Development adalah proses di mana orang-orang bersatu dengan orang-orang dari otoritas pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat dan masyarakat diintegrasikan ke dalam kehidupan bangsa memungkinkan mereka untuk berkontribusi penuh untuk kemajuan nasional. Wibowo, Pelupessy, dan Narhetali (2013) telah melakukan pendekatan pemberdayaan (empowerment) dalam psikologi komunitas, dengan menjadikan komunitas lokal sebagai pusat kegiatan. Proses tersebut menciptakan rasa saling menghargai dan saling menguntungkan, refleksi kritis, kegiatan partisipasi dalam sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan yang bermanfaat berdasarkan azas kesetaraan.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan psikologi komunitas berbasis pemberdayaan (empowerment) dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan kesehatan mental yang terjadi di masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat yang tergabung dalam komunitas/kelompok, memiliki rasa kebersamaan dan kepercayaan sehingga masing-masing anggota komunitas dapat saling menguatkan satu sama lain.

 

Referensi

 

Cavaye, J. (2006). Understanding Community Development. Cavaye Community Development1, 1-19.

Hidayah, N. (2007). Sosialisasi Nilai-Nilai Anak sebagai Upaya Preventif Child Abuse. Universitas Ahmad Dahlan.

Idham, AF., Mubarok, A S., dan Pratiwi, I. (2016). Peran Psikologi Komunitas dalam Mendukung Kebijakan Kesehatan Mental. Jurnal.

Kemenkes. (2019). Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia. InfoDATIN, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Wibawanti, I. P., Sari, E. P., & Puspa, V. (2018). Pelatihan Mengatasi Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Kader Kesehatan Jiwa. Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin1(3), 190-200.

Zax, M., & Specter, G. A. (1974). An introduction to community psychology. John Wiley & Sons.

1 komentar:

  1. Kangen dolan-dolan ke Jogja. Semoga Covid19 segera berlalu sehingga Kuliah ,wisata dan ekonomi pulih lagi. Bisa rame dan sehat semua Salam Jogja Online

    BalasHapus