4.11.20


                                                  “STRATEGI PENGELOLAAN STRES KERJA ”


Teguh sundoro(19310410054)

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A.

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dalam upaya mengoptimalkan berkinerja baik, maka diperlukan peran seorang pemimpin  yang visioner dan Pancasilais, yang mampu membawa pembaharuan terhadap kemajuan organisasinya, salah satunya adalah dengan menerapkan kepemimpinan transformasional, khususnya dalam mengajak seluruh karyawan untuk melakukan pengelolaan stres kerja guna mencegah adanya penyimpangan perilaku, khususnya Stres yang terlalu berlebihan dapat mengancam kemampuan seseorang pekerja untuk menghadapi lingkungan pekerjaannya, sehingga pada diri pekerja itu berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka, sampai dengan terjadinya kasus lain  seperti bunuh diri, sebagai bentuk ketidakmampuan pekerja dalam mengelola stres yang dialaminya. situasi konflik keluarga seperti pertengkaran sehari - hari dapat menimbulkan perasaan yang tidak nyaman pada manusia baik secara psikologi maupun secara fisik. Jika seseorang dihadapkan pada situasi yang terancam, dan ia tidak mempunyai kemampuan untuk menghadapi ancaman tersebut, maka orang tersebut dapat dikatakan mengalami stres. Definisi lain tentang stres adalah sebagai suatu tanggapan penyesuaian yang diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individual dan / atau proses - proses psikologis yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik yang berlebihan kepada seseorang. Atau bisa di katakana bahwa stres sebagai penderitaan jasmani, mental atau emosional, yang diakibatkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda pribadi seorang individu. Penyebab munculnya stres / stressors secara organisasional dapat terjadi karena beban kerja yang berlebihan, tekanan waktu, supervisi yang buruk, konflik di tempat kerja, dan lain - lain. Munculnya stres di tempat kerja dapat memberikan konsekuensi tersendiri bagi organisasi.  konsekuensi stres kerja bagi organisasi dapat berupa peningkatan absen, pergantian pekerja, ketidakpuasan, dan lain.

                    Mungkin awalnya banyak orang berpikir bahwa stress atau tekanan hanya akan mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Padahal sebenarnya stres dapat mempengaruhi kesehatan dan kondisi seseorang secara menyeluruh, baik secara fisik maupun mental. Kondisi stres atau tertekan tersebut juga kerap menimbulkan kemarahan dan ketidakberdayaan pada orang yang mengalaminya. Selain itu juga memicu perilaku yang akan membahayakan organ-organ vital seperti, otak, jantung, pembuluh darah, dan ginjal. Hal tersebut karena mereka yang mengalami stresakan melakukan pelarian yang tidak sehat seperti makan atau minum secara berlebihan. Kondisi itu memicu perubahan perilaku dalam merespon keadaan dan kemunduran daya pikir logis. Berikut dampak buruk jika stress atau tekanan yang kita hadapi gagal dikelola dengan tepat dan cerdas: • Kegagalan seorang Individu dalam mengelola stres akan menimbulkan kondisi penurunan motivasi atau de-motivasi dan semangat kerja. • Akibat semangat kerja yang lesu, secara logika terbukti akan

Stres merupakan situasi yang mungkin dialami manusia pada umumnya dan pegawai pada khususnya dalam organisasi atau perusahaan. Stres menjadi masalah penting karena situasi itu dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan produktivitas kerja, perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan, ini tampak dari simptom antara lain emosi, menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat,

            Stres kerja kinerja berakibat kepada menurunnya kontribusi karyawan terhadap korporasi Karena kinerja menurun, tentu juga akan mengurangi produktivitas karyawan.Hal lain yang berperan terhadap penurunan produktivitas disebabkan jika kontribusi menurun maka secara otomatis produktivitas ikut terjun bebas.,Dengan kinerja, produktivitas, dan kontribusi yang turun drastis maka kondisi itu akan menghancurkan daya saing individu dibanding dengan individu lain yang berhasil mengelola stress menjadi strength, Semakin banyak individu yang tidak mampu bersaing, maka secara keseluruhan korporasi akan menanggung dampaknya berupa penurunan indeks kompetensi korporasi untuk mencapai target bisnis yang telah ditetapkan.Suasana kerja menjadi sangat tidak kondusif.  Karena dengan banyaknya rekan kerja yang gagal mengelola stres akibat tidak memiliki pengetahuan dan keahlian mengelola stres, akan merusak hubungan antar individu di korporasi itu, dan ya pasti suasana kerja semakin tidak nyaman dan aman,Secara individu kondisi stress yang tidak terkendali itu akan merusak keharmonisan keluarga. Jika ini yang terjadi baik secara langsung dan tidak langsung akan berdampak kepada banyaknya urusan korporasi yang terbengkalai. Mengganggu proses dalam pekerjaan tentu akan mengganggu hasil yang diharapkan, Kondisi stres  ini berdampak pada gejala fisik seperti kelelahan dan gejala afektif seperti perasaan yang terganggu.

             Keharmonisan keluarga adalah ukuran dari persepsi standar dari pola perilaku keluarga yang mencerminkan sinkronisasi dan integrasi di antara anggota keluarga yang juga diindikasikan melalui anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat penghuninya istirahat dari suatu kepenatan aktivitas sehingga keluarga haruslah menyenangkan sehingga tidak mempengaruhi dalam pekerjaan.

 

Daftar pustaka

Kompas.comhttps://ekonomi.kompas.com/read/2015/02/16/070700526/Stres.%20Karyawan.dan.Perusahaan.

https://www.neliti.com/id/publications/246399/pengaruh-stres-kerja-dan-dukungan-sosial-terhadap-konflik-kerja-keluarga-pegawai



0 komentar:

Posting Komentar