4.11.20

SELIMUT KONFORMITAS DALAM PERKEMBANGAN REMAJA

Andi Purnawan / 19310410002

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA.

         
             

              (Sumber Gambar: konsultankti.wordpress.com)

Remaja merupakan masa di mana seseorang mencari jati diri dan ingin selalu memperoleh penerimaan di lingkungannya. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang burupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat (Hurlock, 2006). Salah satu tugas perkembangan remaja yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya serta mencapai peran sosial baik sebagai pria maupun wanita. Berkaitan dengan hubungan sosial, remaja harus menyesuaikan diri dengan orang di luar lingkungan keluarga, seperti kelompok teman sebaya (peer group). Kuatnya pengaruh kelompok sebaya terjadi karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebaya sebagai kelompok. Kelompok teman sebaya memiliki aturan dan norma sosial tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja sebagai anggota kelompoknya.

Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial dalam psikologi sosial dikenal sebagai konformitas. konformitas adalah perubahan persepsi, opini dan perilaku individu berdasarkan informasi yang diberikan kelompok sehingga konsisten dengan norma kelompok dan dilakukan sebagai bentuk penyesuaian terhadap aturan kelompok karena adanya tekanan baik yang nyata maupun yang hanya dibayangkan dengan tujuan agar dapat diterima menjadi bagian dari kelompok tersebut (Suminar & Meiyuntari, 2015). Adanya konformitas dapat dilihat dari perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja.

Kelompok sosial remaja dalam hal ini adalah teman sebaya merupakan suatu kelompok yang terdiri dari remaja yang mempunyai usia, sifat, dan tingkah laku yang sama dan ciri-ciri utamanya adalah timbul persahabatan (Hurlock, 2006). Konsep konformitas seringkali digeneralisasikan untuk masa remaja Hal tersebut dapat dimengerti mengingat pada masa remaja proses pemantapan diri sedang berlangsung sehingga remaja akan lebih rentan terhadap pengaruh perubahan dan tekanan yang ada di sekitarnya. Remaja yang mempunyai tingkat konformitas tinggi akan lebih banyak tergantung pada aturan dan norma yang berlaku dalam kelompoknya, sehingga remaja cenderung mengatribusikan setiap aktivitasnya sebagai usaha kelompok, bukan usahanya sendiri. Apabila kelompok tersebut dirasa menguntungkan maka remaja akan berbuat sesuai dengan tuntutan (pemimpin-pemimpin) kelompoknya.  

Dasar utama dari konformitas adalah ketika individu melakukan aktivitas di mana terdapat dorongan yang kuat untuk melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun tindakan tersebut merupakan cara-cara yang menyimpang. Kebutuhan untuk diterima dalam kelompok sebaya menyebabkan remaja melakukan perubahan dalam sikap dan perilaku sesuai dengan perilaku anggota kelompok teman sebaya. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obat terlarang atau merokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan akibatnya bagi diri mereka sendiri. Hal tersebut tidak mengherankan, karena terkadang remaja begitu ingin diterima sehingga akan melakukan apapun sesuai penilaian dan persetujuan dari kelompok teman sebaya agar diterima dan diakui keberadaannya dalam kelompok.

Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif dan negatif. konformitas remaja yang positif yaitu seperti keterlibatan remaja dengan kumpulan atau sebuah organisasi yang mengumpulkan uang untuk kegiatan kemanusiaan, menghabiskan waktu dengan anggota dari perkumpulan dan dengan mengajak juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang positif; sedangkan konformitas remaja yang negatif yaitu seperti menggunakan bahasa yang asal-asalan, mencuri, coret mencoret, dan mempermainkan orang tua dan guru. Hubungan dengan teman sebaya yang ditujukan dengan interaksi yang terus terjalin dengan teman sebaya membuat remaja mempersepsi dirinya berdasarkan cerminan dari penilaian teman sebaya.

Besarnya pengaruh komformitas teman sebaya yang bersifat negatif dalam pencarian identitas diri, dapat menimbulkan kegagalan sehingga menimbulkan perilaku yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sosial atau masyarakat. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal (Hidayati, 2016). Perilaku nakal ini bermacam-macam, seperti merokok, berbohong, membolos dari sekolah, menghabiskan uang sekolah, mencuri uang orang tua, hingga pada tahap kenakalan remaja yang yang bersifat kriminal seperti tawuran, penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan serta seks bebas.

Pada akhirnya, konsep diri sangat mempunyai peranan penting untuk menyeimbangkan prilaku remaja dengan tata cara perilaku pergaulannya dengan teman sebayanya. Remaja juga tidak terjebak pada prilaku konformitas yang dapat menyebabkan kerugian pada dirinya. Adanya kecerdasan sosial dan emosional  tentu sangat penting untuk remaja agar bisa menyikapi lingkungan sekitar yang mempengaruhinya. Tidak lupa, mengingat rentang perkembangan seorang remaja tentu perlu adanya bimbingan agar remaja dapat berkembang dan tumbuh secara optimal sehingga dapat mengetahui bakat dan minatnya yang bisa memunculkan prestasi-prestasi serta tidak selalu ikut-ikutan dengan teman sebayanya dan dengan seperti itu tentu penghargaan diri seorang remaja tetap ada bahkan meningkat.

 

Referensi:

Hidayati, N. W. (2016). Hubungan harga diri dan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia. 1 (2), 31-36.

Hurlock, E. (2006). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Suminar, E., & Meiyuntari, T. (2015). Konsep diri, konformitas dan perilaku konsumtif pada remaja. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia. 4 (02), 145-152.


0 komentar:

Posting Komentar