TUGAS ESSAY PSIKOLOGI INOVASI
Nama:Heny
Suprapti
Dosen Pengampu: Dr.Arundanti Shinta,M.A
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
PENGELOLAAN
WAKTU PADA PEREMPUAN BEKERJA, MENUNTUT ILMU, DAN MENDIDIK ANAK
Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam
mencapai tujuan hidup. Individu yang berkualitas dapat tercapai dengan
melakukan pendidikan yang terencana dengan baik. Terciptanya
sumber daya manusia yang berkualitas tergantung pada mutu pendidikan. Kesadaran
pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan menggunakan pendidikan telah banyak
dilakukan, tetapi kenyataannya hal tersebut belum cukup dalam meningkatkan
kualitas pendidikan (Depdiknas, 2001). Adapun pengertian pendidikan sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003,
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat (Depdiknas, 2003).
Perempuan memiliki peran dan fungsi yang sangat
strategis dalam keluarga dan masyarakat. Sayangnya, banyak yang tidak bisa
memainkan peran dan fungsinya tersebut akibat dari rendahnya tingkat pendidikan
(Khayati, 2008). Pendidikan bagi perempuan merupakan hal yang sangat penting,
sebab perempuan yang terdidik merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Oleh
karena itu, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya
harus didapatkan oleh seluruh masyarakat termasuk perempuan agar diperoleh individu
yang unggul dan berkualitas. Tuntutan pendidikan tersebut, terus berlaku pada
setiap tingkatan kehidupan, tua maupun muda, remaja maupun ibu rumah tangga.
Hal inilah yang mendasari banyaknya para orang tua dan ibu rumah tangga untuk
terus melanjutkan pendidikannya meskipun memiliki tanggungjawab lain yaitu
mengurusi rumah dan juga bekerja di berbagai sektor.
Ketiga peran yang dijalankan para ibu rumah
tangga tersebut memunculkan banyak tantangan dan persoalan. Persoalan isu
gender yang mengatakan bahwa peran wanita dan ibu rumah tangga hanya sebatas
“kasur, sumur, dan dapur” menjadi tantangan tersendiri bagi para ibu rumah
tangga. Permasalahan lain yang muncul ketika ibu rumah tangga mengambil ketiga
peran tersebut adalah kesulitan dalam pengelolaan waktu. Idealnya, ibu rumah
tangga membutuhkan waktu dan tenaga yang besar dalam mengatur keluarganya,
namun pada kenyataannya, tuntutan pekerjaan dan tugas belajar juga membutuhkan
waktu dan konsentrasi yang tinggi. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat
memberikan gangguan dalam kehidupan ibu rumah tangga sehingga tidak dapat
menjalankan perannya dengan baik. Hal inilah yang mendorong para ibu rumah
tangga untuk menjadi pribadi tangguh dan resilience dalam menghadapi perannya
tersebut.
Pembahasan
Resiliensi dapat diartikan sebagai adaptasi
yang baik dibawah keadaan khusus (Snyder & Lopez, 2002). Menurut Campbell‐Sills
dan Steins (2007) resiliensi merupakan adaptasi yang positif dalam menghadapi
stres dan trauma. Resiliensi adalah pola pikir yang memungkinkan individu untuk
mencari pengalaman baru dan untuk melihat kehidupannya sebagai suatu pekerjaan
yang mengalami kemajuan. Resilensi juga merupakan kapasitas seseorang untuk
tetap berusaha pada kondisi baik dan memiliki solusi yang produktif ketika
berhadapan dengan kesulitan ataupun trauma, yang memungkinkan adanya stress di
kehidupannya (Reivich & Shatte, 2002). Resilensi juga dipandang sebagai
ukuran keberhasilan kemampuan coping stress (Connor & Davidson, 2003).
Berdasarkan pemaparan beberapa tokoh mengenai resiliensi, maka dapat
disimpulkan bahwa resiliensi merupakan suatu usaha dari individu sehingga mampu
beradaptasi dengan baik terhadap keadaan yang menekan, sehingga mampu untuk
pulih dan berfungsi optimal dan mampu melalui kesulitan.
Persoalan yang dihadapi ibu rumah tangga dalam
membagi waktu antara bekerja, belajar dan mendidik anak; pada awalnya merupakan
permasalahan yang sangat sulit dihadapi. Hal ini dikarenakan, ibu rumah tangga
belum mampu beradaptasi dengan ketiga tugasnya tersebut. Namun, ibu rumah
tangga dapat menjadi pribadi yang resilien jika mampu bertahan dan menemukan
jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya. Ibu rumah tangga yang resilien
tidak muncul dengan cepat dan sendirinya, akan tetapi telah melalui
proses-proses tertentu. Menurut O’Leary dan Ickovics (1995), terdapat empat
tahapan yang dialami oleh individu yang dapat mengarahkan pada kondisi resilien
yaitu:
1.
Mengalah
Yaitu kondisi yang menurun dimana individu mengalah atau menyerah
setelah menghadapi suatu ancaman atau keadaan yang menekan. Level ini merupakan
kondisi ketika individu menemukan atau mengalami kemalangan yang terlalu berat
bagi mereka. Outcome dari individu yang berada pada level ini berpotensi
mengalami depresi, narkoba dan pada tataran ekstrem bisa sampai bunuh diri.
2.
Bertahan (Survival)
Pada tahapan ini individu tidak dapat meraih atau mengembalikan fungsi
psikologis dan emosi positif setelah dari kondisi yang menekan. Efek dari
pengalaman yang menekan membuat individu gagal untuk kembali berfungsi secara
wajar.
3.
Pemulihan
(Recovery)
Yaitu kondisi ketika individu mampu pulih kembali pada fungsi psikologis
dan emosi secara wajar dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang menekan,
walaupun masih menyisihkan efek dari perasaan negatif yang dialaminya. Dengan
begitu, individu dapat kembali beraktivitas untuk menjalani kehidupan
sehari-harinya, mereka juga mampu menunjukkan diri mereka sebagai individu yang
resilien.
4.
Berkembang
Pesat (Thriving)
Pada
tahapan ini, individu tidak hanya mampu kembali pada tahapan fungsi sebelumnya,
namun mereka mampu melampaui level ini pada beberapa respek. Pengalaman yang
dialami individu menjadikan mereka mampu menghadapi dan mengatasi kondisi yang
menekan, bahkan menantang hidup untuk membuat individu menjadi lebih baik.
Ibu rumah tangga dalam menghadapi tuntutan
pekerjaan dan pendidikan, membutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungan.
Hal ini dikarenakan kedua faktor tersebut sangat lekat dengan kehidupan ibu
rumah tangga. Suami selaku partner dalam rumah tangga, harus terus memberikan
dukungan, tidak hanya dukungan fisik, namun juga dukungan psikis. Hal tersebut
sangatlah dibutuhkan para ibu rumah tangga agar dapat menjalankan perannya
sebagai ibu rumah tangga, pekerja, dan sekaligus pelajar dangan baik.
Di samping dukungan dari keluarga dan
lingkungan, terdapat beberapa karakteristik yang mampu membuat ibu rumah tangga
mampu beradaptasi dengan baik saat menghadapi masalah, mengatasi berbagai
hambatan, serta mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal (Wolin
dan Wolin, 1999):
a.
Insight,
yaitu kemampuan mental untuk bertanya pada diri sendiri dan menjawab dengan
jujur. Hal ini untuk membantu individu untuk dapat memahami diri sendiri dan
orang lain, serta dapat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi.
b.
Kemandirian,
yaitu kemampuan untuk mengambil jarak secara emosional maupun fisik dari sumber
masalah dalam hidup seseorang. Kemandirian melibatkan kemampuan untuk menjaga
keseimbangan antara jujur pada diri sendiri dan peduli pada orang lain.
c.
Hubungan, Seorang
yang resilien dapat mengembangkan hubungan yang jujur, saling mendukung dan
berkualitas bagi kehidupan, atau memiliki role model yang sehat.
d.
Inisiatif,
yaitu melibatkan keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab atas kehidupan
sendiri atau masalah yang dihadapi. Individu yang resilien bersikap proaktif
bukan reaktif bertanggung jawab dalam pemecahan masalah, selalu berusaha
memperbaiki diri ataupun situasi yang dapat diubah serta meningkatkan kemampuan
untuk menghadapi hal-hal yang tidak dapat diubah.
e.
Kreativitas,
melibatkan kemampuan memikirkan berbagai pilihan, konsekuensi dan alternative
dalam menghadapi tantangan hidup. Individu yang resilien tidak terlibat dalam
perilaku negatif sebab ia mampu mempertimbangkan konsekuensi dari setiap
perilaku dan membuat keputusan yang benar. Kreativitas juga melibatkan daya
imajinasi yang dugunakan untuk mengekspresikan diri dalam seni, serta membuat
seseorang mampu menghibur dirinya sendiri saat menghadapi kesulitan.
f.
Humor,
yaitu kemampuan untuk melihat sisi terang dari kehidupan, menertawakan diri
sendiri dan menemukan kebahagiaan dalam situasi apapun. Individu yang resilien menggunakan
rasa humornya untuk memandang tantangan hidup dengan cara yang baru dan lebih
ringan.
g.
Moralitas
atau orientasi pada nilai-nilai ditandai dengan keinginan untuk hidup secara
baik dan produktif. Individu yang resilien dapat mengevaluasi berbagai hal dan
membuat keputusan yang tepat tanpa rasa takut akan pendapat orang lain. Mereka
juga dapat mengatasi kepentingan diri sendiri dalam membantu orang lain yang
membutuhkan.
Penutup
Tuntutan kehidupan mendorong para wanita untuk memiliki banyak peran,
yaitu sebagai ibu rumah tangga, pekerja dan juga pelajar. Ketiga peran tersebut
dapat memberikan beban yang berat bagi ibu rumah tangga jika tidak memiliki
resiliensi yang baik. Keluarga dan lingkungan dapat menjadi faktor penting bagi
para ibu rumah tangga untuk dapat resilien dalam menjalankan perannya. Oleh
karena itu, dukungan keluarga dan lingkungan menjadi faktor penting pada
resiliensi ibu rumah tangga.
Referensi
Campbell‐Sills,
L., & Stein, M. B. (2007). Psychometric Analysis and Refinement of the
Connor–Davidson Resilience Scale (CD‐RISC): Validation of a 10‐item Measure of
Resilience. Journal of Traumatic Stress: Official Publication of The
International Society for Traumatic Stress Studies. 20 (6), 1019-1028.
Connor,
K. M., & Davidson, J. R. (2003). Development of a new resilience scale: The
Connor‐Davidson resilience scale (CD‐RISC). Depression and Anxiety Journal. 18 (2), 76-82.
Depdiknas. (2001). Partisipasi
Masyarakat. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No. 20 tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Khayati,
E. Z. (2008). Pendidikan dan independensi perempuan. Musawa Jurnal
Studi Gender dan Islam. 6 (1), 19-35.
O'Leary, V. E.,
& Ickovics, J. R. (1995). Resilience and thriving in response to challenge:
an opportunity for a paradigm shift in women's health. Women's Health Journal. 1 (2), 121-142.
Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The
Resilience Factor: 7 Keys to Finding your Inner Strength and Overcoming Life's
Hurdles. New York: Broadway Books.
Snyder, C.R & Shane J. Lopez. (2002). Handbook of
Positive Psychology. New York: Oxford University Press Inc.
Wolin,
S. J., & Wolin, S. (2010). The resilient self: How survivors of
troubled families rise above adversity. New York: Villard Books.
0 komentar:
Posting Komentar