21.10.20

Fenomenologi dari Carl R. Rogers

Fenomenologi dari Carl R. Rogers


 Lidya Aritonang

19310410033

FX Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A.

  

     Rogers dilahirkan pada tanggal 8 Januari, 1902, di Oakpark, Illinois, pinggiran kota Chicago. Ayahnya, Walter A. Rogers, seorang pekerja teknik sipil dan ibunya, Julia M. Cushing,seorang ibu rumah tangga dan seorang Kristen Pentakostal yang setia. Carl adalah anak keempat dari enam bersaudara.

    Rogers merupakan seorang yang cerdas dan dapat membaca dengan baik sebelum menginjak TK. Dengan pendidikannya yang sangat ketat secara religius serta lingkungannya sebagai anak altar di rumah pendeat Jimpley, ia menjadi orang yang terisolasi, independen, disiplin, dan mendapatkan pengetahuan serta apresiasi dari metode ilmiah di dunia praktis.

     Carl Rogers, yang merupakan psikoterapis yang dalam sesi terapi nya melibatkan peneliti menggunakan tape recorder di tahun 1940an. Dengan metode tersebut, orang-orang mulai belajar mengenai hakikat dari psikoterapi serta proses beroperasinya. Model terapi ini lah yang kemudian dikembangkan oleh Rogers dan dikenal dengan client centered.

    Carl Rogers sendiri merupakan salah satu tokoh dalam bidang psikologi humanistik, yang mana memiliki pandangan jika setiap orang memiliki tanggung jawab atas hidup dan kedewasaannya sendiri. Carl Rogers berpendapat bahwa semua orang bebas dalam melatih serta mengatur diri nya sendiri. Namun tentunya setiap orang harus bertanggung jawab atas pengontrolan diri dari atas segala sesuatu yang mereka lakukan. Teori yang dikemukakan Carl Rogers ini memang banyak digunakan dalam bidang konseling & terapis.

1. Struktur Kepribadian

    Dalam teorinya, Rogers lebih mementingkan dinamika dibandingkan dengan struktur kepribadian. Dari awal, Rogers lebih memfokuskan diri pada cara bagaimana kepribadian dapat berubah dan berkembang. Beliau tidak menekankan pada aspek struktur kepribadian. Namun meskipun begitu, terdapat 19 rumusannya menjelaskan mengenai hakikat kepribadian yang diperoleh 3 konstruk yang mana menjadi dasar penting dalam teori Self

    Konsep pokok teori kepribadian yang dikemukakan oleh Rogers ini adalah self, yang mana menjadi struktur kepribadian itu sendiri. Self terbagi menjadi dua, yaitu Real Self serta Ideal Self. Real self adalah kondisi individu saat ini, sedangkan ideal self adalah kondisi individu yang mana ingin dilihat dan dicapai oleh individu itu sendiri. 

2. Dinamika Kepribadian

    Rogers merumuskan dasar teori dinamika kepribadian ini pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan daya yang mendorong potensi individu serta pengembangan diri, yang mana sifatnya adalah bawaan dan menjadi ciri dari seluruh manusia. Aktualisasi diri disini lah yang mendorong manusia hingga ke tahap pengembangan yang optimal serta menghasilkan ciri unik manusia misalnya saja seperti inovasi, kreatifitas, dan lainnya.

3. Perkembangan Kepribadian

    Carl Rogers tidak membahas mengenai teori pertumbuhan dan perkembangan, serta tidak pula melakukan riset dalam jangka panjang mengenai hubungan anak dan orang tua. Namun dirinya meyakini jika ada kekuatan yang tumbuh dalam diri setiap orang yang mana secara alami akan mendorong proses organisme menjadi lebih kompleks, otonom, ekspansi, sosial, serta secara keseluruhan semakin mengaktualisasi diri.

4.Bentuk-bentuk motifasi orang yang sehat.

    Menurut Rogers, manusia memiliki suatu kencenderungn sejak lahir, yaitu aktualisasi. Tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terlepas dari aspek ini. Dalam tingkat terendahnya, adalah mengenai kebutuhan fisiologis dasar yang kemudian membantu manusia mempertahankan kelangsugannya. Namun, kecenderungan aktualisasi ini lebih dari itu, yaitu memudahkan serta meningkatkan pematangan dan pertumbuhan manusia itu sendiri. Proses maturisasi/pematangan tidak terjadi dengan sendirinya berdasarkan “blue-print”, melainkan membutuhkan banyak usaha. Oleh karena itu dibutuhkan suatu tenaga pendorong yang memungkinkan manusia melakukan usaha-usaha pematangan diri, dan tenaga pendorong itu adalah aktualisasi. Saat seseorang lebih besar, tingkat perkembangan berubah dari fisiologis menjadi psikologis. Saat itulah mulai berkembang proses aktualisasi diri yakni proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi psikologisnya yang unik. 

PERKEMBANGAN ‘DIRI’

    Dalam masa kecil, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang di lihat, di dengar, diraba, dan di ciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian diri” (self concept). Perkembangan konsep diri ini sangat dipengaruhi cinta dan kasih yang diterima dalam masa perkembangan, yang disebut Rogers sebagai positive regard. Untuk mengembangkan kepribadian yang sehat, anak memerlukan positive regard.

    Ibu hendaknya memberikan cinta kasihnya tanpa bersyarat. Artinya ibu tidak menuntut anak melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk mendapatkan cinta kasih. Ini akan menghindarkan anak mengembangkan conditional positive regard (cinta kasih bersyarat). Karena anak mengembangkan condotional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Kepribadian yang dikembangkan oleh anak itu bukan konsep dirinya sendiri melainkan konsep kepribadian yang diinginkan oleh orang tuanya. Hal ini menjadikan anak mengorbankan aktualisasi diri demi mendapatkan positive regard. Walaupun demikian, bukan berarti ibu harus membenarkan setiap tingkah anak. Ibu juga perlu memberikan pendidikan jika tingkah anak tersebut salah atau membahayakannya. Namun peringatan tersebut hendaknya dilakukan tanpa membuat anak merasa bahwa ia harus melakukan perbuatan-perbuatan tertentu demi mendapat kasih sayang ibu.

  Pribadi yang sehat tumbuh dalam kondisi sebaliknya. Salah satu cirinya adalah penerimaan unconditional positive regards (penghargaan positif tanpa syarat) pada masa kecilnya. Unconditional positive regard akan menjadikan anak tidak mengembangkan syarat-syarat penghargaan. Ia akan melakukan aktualisasi diri untuk mengembangkan seluruh potensinya. Setelah segera setelah aktualisasi diri berlangsung, orang dapat maju ke tujuan terakhir yaitu menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya.

ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA

    Tiga konsep dasar tentang Kepribadian sehat alat Rogers, ada tiga: yang pertama,  bahwa kepribadian yang sehat bukanlah sebuah keadaan dari ada, tetapi merupakan suatu proses, suatu arah bukan suatu tujuan. Yang kedua, bahwa aktualisasi diri adalah sebuah proses yang sukar dan kadang menyakitkan. Yang ketiga adalah bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya adala benar-benar diri mereka sendiri.

Adapaun 5 sifat orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Rogers :

1.    Keterbukaan pada Pengalaman
Kepribadian bersifat fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan untuk persepsi dan ungkapan baru. Orang yang berfungsi sepenuhnya mengalami lebih banyak emosi dibanding orang-orang yang bersifat defensif.
2.    Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, akan hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman baru dapat dirasakan sebagai sesuatu yang segar dan fresh, dan seseorang tidak perlu mengontrol pengalamannya tetapi dapat mengalir dengan tenang di dalamnya.
3.    Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Orang yang bisa berfungsi sepenuhnya dapat melakukan sesuatu yang menurut dirinya benar, dan itu berdasarkan kepada analisis yang rasional. Organismenya secara keseluruhan, baik sadar dan tak sadar, faktor emosional maupun intelektual, akan menyerap semua informasi yang diterima. Hal ini menjadikannya dalam membuat keputusan dapat mempercayai organismenya sendiri, intuisinya, impuls-impuls yang timbul seketika. Dalam perilaku tersebut, terdapat banyak spontanitas dan kebebasan, tetapi tidak sama dengan bertindak terburu-buru atau sama sekali tidak memperhatikan konsekuensi atas tindakan.
4.    Peraaaan Bebas
    Orang yang sehat dapat dengan bebas memilih tanpa adanya paksaan atau rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkualitas secara pribadi mengenai kehidupan, dan percaya bahwa masa depan bergantung pada dirinya, tidak diatur oleh perilaku, keadaan, maupun peristiwa masa lalu. Karena merasa bebas dan berkuasa, ia menjadi mampu melihat banyaknya pilihan dalam kehidupan dan mampu melakukan pilihan-pilihan tersebut sesuai kehendaknya.
5.    Kreativitas
    Orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif dan spontan tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian diri yang pasif terhadap tekanan sosial dan kultural. Karena mereka tidak bersikap defensif, mereka tidak peduli pada kemungkinan perilaku mereka diterima oleh orang lain ataupun tidak. Namun, mereka dapat benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan dari situasi khusus apabila konformitas yang ada akan membantu memenuhi kebutuhan mereka dan memungkinkan mereka mengembangkan diri hingga ke tingkatan paling penuh.

REFERENSI
Schutz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius

0 komentar:

Posting Komentar