Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor
yang sangat berperan dalam suatu organisasi dalam memberikan pelayanan kepada
publik (Baedhowi, dalam Yullyanti, 2009). Salah satu aktivitas dalam pengelolaan
SDM adalah rekrutmen dan seleksi. Menurut Handoko (2008:69), “Rekrutmen
merupakan proses pencarian dan “pemikatan” para calon pekerja (pelamar) yang
mampu untuk melamar sebagai pekerja”. Untuk mendapatkan calon pekerja yang
berkualitas, maka perusahaan harus dapat melakukan proses rekrutmen yang baik.
Dalam perekrutan karyawan disebuah perusahaan biasanya selalu dilakukan
wawancara dan psikotes. Sehingga dengan diadakannya test wawancara dan psikotes
diharap bisa mendapatkan karyawan yang diinginkan.
Wawancara adalah situasi berhadap-hadapan
antara pewawancara dan responden yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang
diharapkan, dan bertujuan mendapatkan data tentang responden dengan minimum
bias dan maksimum efisiensi (Singh, 2002). Sedangkan psikotes adalah kegiatan
pemerikasaan psikologi yang menggunakan alat tes psikologi tertentu sebagai
alat ukur (dalam bentuk soal-soal tes) yang diciptakan oleh para ahli
psikologi. Test ini bertujuan mengukur kondisi-kondisi seseorang yang barkaitan
dengan kemampuan intelektual, emosi, minat, bakat, dan kepribadian. (GIBASA
Team, 2009:3).
Psikotes dan wawancara sering dianggap
sebagai tahap seleksi yang sangat sulit. Ditambah dengan era industri 4.0 dan
kondisi pandemi seperti sekarang yang menjadikan proses psikotes dan wawancara
dilakukan secara daring. Maka dari itu Universitas Proklamasi 45 dan biro
psikologi Universitas Proklamasi 45 bekerja sama dengan Mitra Optima Talenta
mengadakan seminar yang dilaksanakan pada hari Senin, 12 Oktober 2020 melalui aplikasi
zoom. bertujuan untuk membantu para
calon pelamar dalam menghadapi psikotes dan wawancara yang dilakukan secara
daring. Seminar yang berjudul “Cara Jitu Menghadapi Psikotes dan Wawancara
Online” ini menghadirkan dua narasumber yaitu Venny Hidayat, M. Psi., Psikolog
dan Dewi Handayani Harahap, M. Psi., Psikolog. Seminar ini dihadiri sekitar 65
peserta dari kalangan guru, mahasiswa sampai pelajar.
Venny Hidayat, M. Psi., Psikolog atau
biasa disapa ibu Venny ini merupakan direktur Mitra Optima Talenta Yogyakarta
dan juga merupakan asesor kompeten BNSP. Dalam seminar kali ini, beliau
menyampaikan bahwa yang harus dipelajari saat akan menghadapi psikotes yaitu
percaya terhadap kemampuan diri sendiri, memahami instruksi, fokus mengerjakan
sesuai arahan, memiliki sikap kerja dan konsistensi. Sedangkan inti dari
keberhasilan wawancara yaitu ekspresi wajah, sikap tubuh, antusiasme saat
menjawab atau menjelaskan, keahlian, kesopanan, tanggapannya terhadap
lingkungan sosial dan selalu mengekspresikan “Magic Words” (salam, terimakasih,
maaf, tolong, permisi dan pujian).
Dewi Handayani Harahap, M. Psi., Psikolog yang
merupakan dosen fakultas psikologi Universitas Proklamasi 45 juga membenarkan
hal yang serupa. Ia juga menambahkan bahwa saat akan melamar sebuah pekerjaan
ada beberapa hal yang harus direnungkan. Beberapa diantaranya yaitu bakat,
gairah/passion, kebutuhan dan nurani.
Banyak sekali mitos-mitos yang beredar
seputar psikotes dan wawancara. Contohnya banyak orang beranggapan bahwa
psikotes merupakan tahapan yang paling sulit. Kata sulit tersebut sebenarnya
relatif. Bagaimana cara orang berpikir terhadap kata sulit tersebut. Lalu saat
wawancara, penampilan sering dianggap bagian penting. Namun nyatanya,
penampilan memang harus diperhatikan tapi bukan merupakan aspek yang sangat
penting.
Lalu bagaimana jika kita sudah melakukan
hal-hal diatas namun tetap gagal? Menurut Dewi Handayani Harahap, M. Psi.,
Psikolog yang biasa disapa ibu Dewi, suatu kegagalan itu tidak ada. Tetapi yang
ada hanyalah umpan balik atau feedback
untuk diri kita. Hal yang harus kita lakukan yaitu mengenali penyebab kegagalan
tersebut. Hasilnya digunakan untuk mengubah persepsi kita dan membuat sebuah
strategi. Sehingga saat kita akan memulai kembali, kita sudah mempersiapkannya
dengan matang.
Keberhasilan sebuah wawancara dan psikotes
itu tergantung kepada diri kita masing-masing, termasuk siap kita dalam
menghadapi wawancara dan psikotes. Dengan terus berusaha memperbaiki diri, hal
tersebut akan membangun rasa percaya diri. Seperti sebuah pepatah, guru terbaik
dalam kehidupan adalah pengalaman.
Daftar Pustaka
Kurnia, dkk. (2018). Proses Rekrutmen dan Seleksi Pekerja K3L
UNPAD. Jurnal Pekerjaan Sosial, 1(2), 109.
Lukman, H. N.
(2013). Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit. Aspirasi,
4(2), 167.
Satryawati, dkk. (2012). Peranan Tes Psikologi Terhadap Penempatan
Pegawai Pada Politeknik Negeri Samarinda. Jurnal Eksis, 8(2), 2226.
0 komentar:
Posting Komentar