14.8.20

Webinar: Ketahanan Keluarga pada New Normal

 

Oleh: Imelta Indriyani Alfiah

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

           Proses kehidupan sebuah keluarga tidak luput dari suatu masalah, untuk menghadapi masalah tersebut dibutuhkan ketangguhan (ketahanan) dalam keluarga. Ketahanan keluarga ialah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara dapat mengelola masalah yang dihadapi dalam keluarga (Sunarti, 2001). Tidak dipungkiri, kondisi pandemi Covid- 19 saat ini telah menciptakan banyak perubahan. Dari sisi perekonomian, pembelajaran, gaya hidup, bahkan tanpa disadari juga dalam hubungan keluarga. Karena selama masa pandemi ini, lebih banyak waktu yang kita habiskan untuk di rumah saja bersama keluarga.

            Dalam Webinar “Ketahanan Keluarga pada New Normal ini dibahas dengan cukup rinci tentang tujuan pembentukan karakter individu dalam keluarga yang mampu beradaptasi pada era new normal. Webinar ini diselenggarakan oleh Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta bekerjasama dengan Biro Psikologi UP45, Universitas Ahmad Dahlan dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Pemberdayaan Anak (DPMPPA) Kota Yogyakarta. Webinar yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Agustus 2020 ini dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) dan diikuti oleh 65-70 orang peserta dari berbagai kalangan. Webinar ini menghadirkan dua orang narasumber, yaitu Bapak Ir. Edy Muhammad dan Bapak Amien Wahyudi, M.Pd. Dalam webinar ini hadir pula  Ibu Amin Nurohmah, S.Pd, M.Sc. selaku Associate Biro Psikologi UP45 yang berperan sebagai moderator.

            Bapak Ir. Edy Muhammad adalah Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Pemberdayaan Anak (DPMPPA) Kota Yogyakarta. Dalam materinya, beliau paparkan tentang karakteristik keluarga. Menurut beliau, hubungan antar anggota keluarga merupakan representasi upaya pemeliharaan pola-pola kebudayaan bersama yang diperoleh dari kebudayaan umum di komunitas. Beliau juga menuturkan tentang delapan fungsi keluarga, diantaranya cinta kasih, sosial budaya, pembinaan lingkungan, ekonomi, keagamaan, sosialisasi dan pendidikan, reproduksi, dan perlindungan. Merujuk pada hal-hal tersebut, keluarga dikatakan memiliki ketahanan keluarga yang tinggi apabila memenuhi beberapa aspek, yaitu ketahanan fisik, ketahanan sosial, dan ketahanan psikologis. Ketahanan fisik meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Ketahanan sosial berorientasi pada nilai agama, komunikasi yang efektif, dan komitmen keluarga tinggi. Ketahanan psikologis yakni kemampuan penanggulangan masalah nonfisik, pengendalian emosi secara positif, konsep diri positif, dan kepedulian suami terhadap istri.

            Keberadaan DPMPPA diharapkan mampu menjadi tim penanganan keluarga yang efektif. Dalam hal ini, dilakukan pengelolaan informasi serta layanan pengaduan dan konsultasi gratis apabila membutuhkan layanan keluarga. Guna mewujudkan hal tersebut, fokus kebijakan pemerintah kota Yogyakarta dalam adaptasi kebiasaan baru (New Normal) mengembangkan konsep 5K Gandeng Gendong sebagai solusi bagi pengurangan ketimpangan pendapatan dan pengurangan angka kemiskinan. Hal tersebut diantaranya:

1.      Komunitas : Konsolidasi inter dan antar komunitas bagi pelaksanaan program sosialisasi.

2.      Korporat : Penggunaan dan pengembangan produk lokal, promosi, fasilitas.

3.      PemKot : Perumusan kebijakan, perencanaan, monitoring pelaksanaan program.

4.      Kampus : Dukungan bagi penguatan SDM, pelaku UKM, Research and Development.

5.      Kampung : Sebagai basis pelaksanaan dalam pengembangan program.

Keluarga merupakan pilar-pilar penyangga eksistensi bangsa. Kekuatan bangsa dan negara terletak pada ketahanan masing-masing keluarga. Keluarga adalah cerminan kekuatan masyarakat, bangsa dan negara.

Hal ini juga didukung oleh materi Bapak Amien Wahyudi, M.Pd, yang merupakan Dosen Bimbingan Konseling di Universitas Ahmad Dahlan. Dalam materi yang disampaikan, beliau lebih fokus kepada tantangan meneguhkan dan mencapai tujuan individu hidup yang baik. Tujuan yang dimaksud diantaranya,  rumus kebersyukuran, rumus pemaafan, komunikasi yang positif dan penerapan nilai-nilai keagamaan dalam keluarga. Disampaikan, bahwa aspek utama pandemi yang menimbulkan stress pada individu yaitu adanya pembatasan sosial, kekurangan kebutuhan dasar, ancaman infeksi, dan perlunya penyesuaian perilaku (Hakim, 2020). Dalam kondisi kerentanan psikologis, dukungan sosial memiliki peran besar bagi individu agar kesehatan fisik dan mental terjaga, sehingga individu kembali berdaya (Umberson & Montez, 2011).

Webinar ini terasa sangat lengkap dan menyasar dengan kondisi saat ini. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peranan penting bagi setiap individu. Keluarga merupakan benteng pertahanan utama bagi anggotanya baik masalah eksternal maupun internal. Hadirnya keluarga sebagai bentuk ketahanan masyarakat. Keluarga merupakan eksistensi dari ketahanan masyarakat dan bangsa. Ketika persoalan keluarga dapat diselesaikan maka persoalan masyarakat tidak lagi menjadi beban.

Panitia Webinar “Ketahanan Keluarga pada New Normal”:

1.      Imelta Indriyani Alfiah           (19310410062)

2.      Alia Nanda Rumekti               (19310410066)

3.      Novia Zahra Zakiah                (19310410025)

4.      Trias Sabila Rahmah               (19310410036) 

5.      Mayli Qisti Rofiq                    (19310410095)

6.      Rio Wahyu Nugroho               (173104101166)

7.      Nico Hari Al 'Arafi                 (173104101165)

8.   Manik Muthmain                    (143104101077)

 

Daftar Pustaka:

Hakim, M. 2020. Profiling Risiko Covid-19 di Indonesia. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret.

Sunarti, E. 2001. Studi Ketahanan Keluarga dan Ukurannya Telaah Kasus Pengaruhnya Terhadap kualitas Kehamilan. Famili Streght. 1-1.

Umberson, D., & Montez, J. 2011. Social Relationships and Health: A Flashpoint for Health Policy. Journal of Health Social Behavior, 54-56. doi:10.1177/0022146510383501.

0 komentar:

Posting Komentar