TONTONAN JADI TUNTUNAN
( PADA ANAK )
Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial 1 Semester
Genap 2019/2020
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.
Ahmad Prasetiyo / 19310410029
Di
era globalisasi perkembangan teknologi yang begitu cepat saat ini. Banyak
sekali konten-konten tontonan yang dapat kita akses. Hanya bermodalkan smartphone dan kuota, kita dapat
mengakses berbagai konten-konten tontonan melalui aplikasi atau media sosial dengan
sangat mudah dan cepat. Banyak sekali aplikasi dan media sosial yang menjadi
jembatan dalam menyajikan konten-konten tontonan tersebut.
Dalam
smartphone yang kita punya, pasti
tidak terlepas dari suatu aplikasi yang selalu kita gunakan. Contohnya saja
aplikasi media sosial yaitu Whatsapp,
Line, BBM, Instagram, dan masih banyak aplikasi media sosial lainnya.
Dengan aplikasi tersebut kita dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi
dan juga melihat berbagai konten-konten yang ada dan selalu viral setiap
harinya. Bermodalkan smartphone dan
kuota/wifi kita sudah bisa mengakses
berbagai informasi dan konten-konten dalam sebuah aplikasi.
Menurut kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI) konten adalah informasi yang tersedia melalui media atau
produk elektronik. Penyampaian konten dapat dilakukan melalui berbagai medium
baik secara langsung maupun tidak langsung seperti internet, televisi, CD
audio, bahkan sekarang sudah melalui telepon genggam (handphone). Konten atau
materi pelajaran merupakan komponen yang amat penting dalam pelaksanaan
pembelajaran. Konten menyangkut jawaban terhadap pertanyaan, “apa yang
diajarkan?”. Sering kali konten yang digunakan tidak diperhatikan. Banyak orang
memberikan perhatian terhadap metode, media, bahkan strategi yang digunakan
dalam proses belajar mengajar, namun kurang memperhatikan isi yang disampaikan.
Bisa dikatakan bahwa
konten merupakan elemen penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Konten berperan
sebagai media inti dari kegiatan proses belajar mengajar. Konten yang baik
mampu mengkombinasikan pengetahuan explicit dan tacit dalam proses pembelajaran
sebaik dari pembelajaran konvensional. Pengetahuan explicit merupakan
pengetahuan yang dapat diringkat dalam bentuk dokumentasi sehingga mudah
dipahami dan disebarluaskan (Chimay J. Anumba 2005). Pengetahuan tacit
merupakan pengetahuan yang terdapat di dalam otak atau pikiran kita sesuai
pengalaman pribadi dan sangat sulit untuk dikomunikasikan dengan orang lain
yang belum pernah mengalami pengetahuan itu sebelumnya (Chimay J. Anumba 2005).
Menurut Poerwadarminta
pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang,benda,dan
sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan (gaib dan sebagainya). Selain
itu, menurut H. Hafied Cangara pengaruh adalah salah satu element dalam
komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui besar tidaknya komunikasi yang
kita inginkan (Syarief, 2015). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk
watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
"Bukan
gadget yang menimbulkan dampak negatif, tetapi konten," kata Dominikus (
dalam, merdeka.com ). Menurut dia, banyak anak menggunakan ponsel pintar atau
komputer tablet untuk mengakses internet sehingga orang tua harus mencegah
mereka agar tidak mengakses situs yang tidak sesuai. Bila menggunakan perangkat
iOS, orang tua sebaiknya mengunci aplikasi tertentu, misalnya video game, agar
anak hanya dapat mengakses aplikasi tersebut saat menggunakan perangkat.
Sementara
itu, bila menggunakan Android, orang tua dapat mengatur saringan konten di Play
Store agar anak tidak dapat mengunduh aplikasi yang tidak sesuai dengan
usianya. Bila menggunakan komputer, orang tua juga sebaiknya mengatur
situs-situs yang boleh diakses anak dan memonitor aktivitas anak di jejaring
sosial dengan memanfaatkan aplikasi tertentu, misalnya www.socialshield.com.
"Internet dengan kontrol sehingga jadi sesuatu yang positif," kata
dia.
Ia
mengatakan gadget dan internet memiliki dampak positif bila dimanfaatkan dengan
baik, seperti membuat anak terbiasa dengan perangkat komputer, menstimulasi
imajinasi, kemampuan berbahasa bila memainkan permainan berbahasa asing dan
meningkatkan semangat untuk menang. Bila digunakan tidak tepat, gadget dan
internet akan membuat kemampuan bersosialisasi menurun, bullying di dunia maya
hingga gangguan kesehatan.
Sebagai
orangtua kita harus bijak menggunakan smartphone yang kita miliki. Apa yang kita
lakukan setiap hari pasti akan di tiru oleh sang buah hati. Berlaku juga dalam
menggunakan smartphone yang kita miliki. Kita sebagai orangtua harus cerdik dan
cermat dalam memilah dan menonton sebuah konten. Hal ini bertujuan untuk
mengajarkan si buah hati agar selalu menonton sebuah konten yang baik. Konten
yang baik bercirikan konten yang dapat memberikan pesan moral, wajar, masuk
akal dan dapat menjadi pembelajaran si anak dalam kehidupan sehari-hari.
Kita sebagai orangtua sudah
seharusnya mengawasi dan memperhatikan perilaku dan gaya si buah hati
sehari-hari. Bisa jadi perilaku dan gaya si buah hati kita, meniru gaya dan
perilaku tontonan yang mereka tonton sehari-hari. Mengajarkan si buah hati
untuk selalu berhati-hati dalam melihat konten yang mereka lihat. Jangan sampai
anak kita menjadi pencandu konten-konten yang buruk.
Perkembangan
Psikologis pada manusia terjadi ketika manusia lahir sampai meninggal.
Perkembangan Psikologis ini manusia tidak dapat merasakan perkembangan dalam
dirinya, seperti perkembangan berfikir sehingga anak dapat melakukan sesuatu,
emosi, pisik, dan lainnya. Pada masa usia dini anak harus mendapatkan perhatian
yang lebih atau pengawasan orang tua dalam perkembangan pikiran, fisik, emosi
dan lainnya. Perkembangan psikologi merupakan perubahan anak secara bertahap
mulai dari perkembangan fisik,kognitif,dan sosioemosional ( dalam, kompas.com ).
Saya Ahmad Prasetiyo Mahasiswa
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Puji syukur saya dapat
berkesempatan untuk melakukan suatu penelitian sosial yang mengangkat tema ‘’Tontonan
Jadi Tuntunan’’ dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara
menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Pada
hari Jum’at 12 Juni 2020 saya mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai salah
satu guru paud di wilayah saya yaitu di wilayah Kecamatan Mantrijeron
Yogyakarta. Beliau berinisial Ibu Er. Ia berjenis kelamin perempuan.
Pekerjannya sebgai Pendidik Pos Paud di salah satu wilayah Mantrijeron
Yogyakarta. Statusnya adalah menikah.
Dikarenakan
saat ini masih terjadi dan maraknya wabah Virus Covid-19. Maka dari itu saya
mewawancarai beliau menggunakan media sosial ( WhatsApp ). Saya awali dengan menyapa Ibu Er dan memperkenalkan diri
saya. Sambutan baik yang beliau berikan membuat saya percaya diri untuk
mendapatkan informasi jelas tentang penelitian sosial yang saya lakukan mengenai
konten atau tontonan yang dapat dijadikan sebagai tuntunan bagi si anak dalam
bersikap sehari-hari. Dengan gaya bicara chat
saya yang santai membuat beliau tidak tegang ketika saya bertanya-tanya. Tidak
sedikit pula saya selalu menambahkan humor dalam percakapan kami.
Ibu
Er mulai merespon dan menjawab wawancara saya dengan penuh rasa senang. Saya
bertanya mengenai hal-hal apa saja yang berkaitan dengan penelitian sosial yang
saya lakukan. Oleh karena, itu saya meminta pendapat beliau tentang tontonan
yang bisa menjadi tuntunan bagi si anak. Di karenakan beliau adalah guru paud,
saya merasa bahwa beliau sangat mengerti akan hal tontonan yang bisa dijadikan
tuntunan bagi si anak dalam bersikap sehari-hari.
Pertama
saya bertanya mengenai seseringkah dan tontonan yang seperti apa yang biasa Ibu
Er berikan kepada si anak. Ibu Er menjawab bahwa iya sering memberikan atau
menyajikan materi setiap beliau mengajar dengan sebuah konten atau tontonan.
Beliau sering memberikan konten atau tontonan seperti konten ensiklopedia,
kartun islam, dan kartun edukasi. Selanjutnya saya bertanya mengenai tontonan
yang beliau berikan apakah bisa menjadi tuntunan bagi si anak dalam bersikap
sehari-hari. Ibu Er kemudian menjawab bahwa selama ini anak-anak bisa mencontoh
perilaku atau gaya dari konten baik yang Ibu Er sering berikan.
Lalu
saya lanjutkan dengan bertanya kembali mengenai perihal manfaat dalam
memberikan konten tersebut. Ibu Er kemudian menjawab bahwa semenjak beliau
memberikan konten baik kepada anak-anak. Anak-anak menjadi tau dan selalu
mencontoh kebaikan yang mereka lihat dari konten-konten baik yang selalu Ibu Er
berikan. Setelah beliau menjawab, saya mencoba bertanya lagi mengenai kapan
biasanya Ibu Er memberikan tontonan kepada anak-anak. Ibu Er kemudian menjawab
bahwa beliau memberikan konten-konten baik tersebut seminggu sekali.
Untuk
pertanyaan terakhir, saya bertanya mengenai cara Ibu Er memberikan konten-konten
baik kepada anak dan bagaimana tanggapan anak-anak tersebut. Ibu Er kemudian
menjawab bahwa kalau anak-anak paud tersebut sedang menonton. Anak-anak pasti
disuruh diam sama Ibu Er, dan Ibu Er selalu menyuruh anak-anak untuk
memperhatikan konten baik yang Ibu Er sering berikan. Mereka sangat asyik dalam
menonton konten baik yang Ibu Er berikan. Setelah menonton, anak-anak diajak
oleh Ibu Er untuk berdiskusi tentang isi tontonan dan biasanya anak-anak bisa
menjelaskan dengan narasi versi mereka masing-masing. Anak sangat antusias
dengan pembelajaran menggunakan konten atau tontonan yang Ibu Er berikan.
Orangtua
sebagai pengawas anak-anak seharusnya mampu untuk memilah tontonan yang baik
untuk anak. Anak harus selalu diperhatikan dan diawasi dalam menonton sebuah
konten. Anak harus selalu diberitahu dengan cara pendekatan dan penuh kasih
sayang, bukan dengan cara membentak. Anak akan lebih mengerti jika mereka
diberitahu dengan cara pendekatan dan kasih sayang. Semakin sering orangtua memberitahu
kepada anak mengenai perbedaan konten-konten tontonan yang baik dan yang buruk,
maka anak akan lebih paham dan mengerti. Mereka akan cepat merespon dan dapat
memilah dengan sendirinya konten-konten yang mereka tonton. Mereka akan mudah
untuk memilah tontonan yang baik dan yang buruk.
Daftar
Pustaka :
1.
Chimay
J. Anumba, Charles O.Egbu and Patricia M.Carrillo. 2005. Knowledge Management in Construction. Blackwell Publishing Ltd.
2.
Syarif,
Mohamad. (2015). Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Rajagrafindo Persada
3.
https://www.merdeka.com/teknologi/bukan-gadget-yang-bawa-dampak-negatif-tapi-konten.html ( diakses pada Juni 2020 )
4.
https://www.kompasiana.com/resi28/5d873a180d82302af21ecec2/perkembangan-psikologi-dan-perubahan-pada-anak ( diakses pada Juni 2020 )
5. Moh. Nazir. 1988. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Semangat terus buat artikel nya kak
BalasHapusSelalu semangat kakakkk, terima kasih
HapusArtikelnya cukup bagus, saya mau tanya kak di era inis peran gadget penting bagi semua orang khususnya milenial bagaimanakah cara yang efektif untuk dapat membagi waktu mohon di jawab kak memet.
BalasHapusBaik terima kasih atas pertanyaannya kak. Menurut saya bagaimana cara yang efektif untuk dapat membagi waktu dalam menggunakan gadget itu di prioritaskan pada kebutuhan penting saja kakk. Contohnya gadget itu kita pergunakan di waktu pagi hari untuk mengerjakan tugas sekolah, tidak lupa juga kita harus membatasi waktunya maksimal 1 jam saja, agar mata kita tidak mudah lelah. Dengan adanya pembatasan waktu dan di pergunakan sesuai prioritas dengan begitu menurut saya akan efektif dalam menggunakan gadget
HapusArtikelnya bagus kak,saya ingin bertanya kak di masa sekarang ini gadget merupakan kebutuhan bagi beberapa orang kota tahu bahwa gadget juga memiliki dampak positif dan juga negatif, dan apakah gadget itu bisa merusak psikologis seseorang kak?
BalasHapusTerima atas pertanyaannya kakk. Menurut saya gadget bisa memengaruhi psikologis seseorang, gadget merupakan salah satu kebutuhan yang bisa dikatakan kebutuhan pokok saat ini untuk dpt memperoleh informasi. Namun dampak dari gadget sendiri kita pasti sdh mengetahuinya. Nah dampak negatif dari gadget ini salah satunya adalah kecanduan, dgn adanya kecanduan ini seseorang akan bisa kemungkinan besar psikologis mereka akan terganggu. Mereka sdh terlalu nyaman dgn gadget nya sehingga mengabaikan lingkungan sekitar
HapusDiperluas Lagi Penjelasannya Dan Diperinci Kepada Siapa Dituju Artikelnya..
BalasHapusSemngat Dan Sukses Selalu Bro..
Terima kasih Kakk
HapusArtikelnya bagus . Bagaimana kalau tontonan yang dipertontonkan lebih spesifik pada pembelajaran online mungkin lebih baik lagi semangat pras
BalasHapusTerima kasih Kakkk
Hapusterimakasih sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih kakk
HapusSaya ingin bertanya kak,bagaimana cara yang efektif untuk anak yang terlanjur kecanduan bermain gadget?, tolong di jawab ya kak
BalasHapusTerima kasih atas pertanyaannya kakk. Menurut saya cara efektifnya adl dgn memberikan nasihat2 yang baik kepd anak. Anak harus bisa kita Takutkan dgn gadget yaitu dgn cara memberikan nasihat mengenai dampak negatif dari gadget tersebut. Peran orang tua juga sangat di butuhkan, dgn mengawasi serta mengkontrol penggunaan gadget pada si anak
HapusApa behavior pada pengaruh tontonan anak sehari-hari dalam hal positif dan negatif?
BalasHapusTerima kasih atas pertanyaannya kakk. Kalau utk hal positif anak akan mudah bergaul, beradaptasi, dan menanamkan kebaikan di lingkungan sekitar. Utk hal negatif anak bisa saja meniru gaya alay atau suatu gaya yang tidak etis / pantas di lingkungan sekitarnya contohnya berkata kotor atau kasar
HapusKurangnya penerapan teori behavior pada edukasi anak, masih kurang kuat
BalasHapus