12.6.20

TONTONAN JADI TUNTUNAN


TONTONAN JADI TUNTUNAN
( PADA ANAK )
Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial 1 Semester Genap  2019/2020
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

  

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.
Ahmad Prasetiyo / 19310410029

Di era globalisasi perkembangan teknologi yang begitu cepat saat ini. Banyak sekali konten-konten tontonan yang dapat kita akses. Hanya bermodalkan smartphone dan kuota, kita dapat mengakses berbagai konten-konten tontonan melalui aplikasi atau media sosial dengan sangat mudah dan cepat. Banyak sekali aplikasi dan media sosial yang menjadi jembatan dalam menyajikan konten-konten tontonan tersebut.

Dalam smartphone yang kita punya, pasti tidak terlepas dari suatu aplikasi yang selalu kita gunakan. Contohnya saja aplikasi media sosial yaitu Whatsapp, Line, BBM, Instagram, dan masih banyak aplikasi media sosial lainnya. Dengan aplikasi tersebut kita dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi dan juga melihat berbagai konten-konten yang ada dan selalu viral setiap harinya. Bermodalkan smartphone dan kuota/wifi kita sudah bisa mengakses berbagai informasi dan konten-konten dalam sebuah aplikasi.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) konten adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik. Penyampaian konten dapat dilakukan melalui berbagai medium baik secara langsung maupun tidak langsung seperti internet, televisi, CD audio, bahkan sekarang sudah melalui telepon genggam (handphone). Konten atau materi pelajaran merupakan komponen yang amat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Konten menyangkut jawaban terhadap pertanyaan, “apa yang diajarkan?”. Sering kali konten yang digunakan tidak diperhatikan. Banyak orang memberikan perhatian terhadap metode, media, bahkan strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar, namun kurang memperhatikan isi yang disampaikan.

Bisa dikatakan bahwa konten merupakan elemen penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Konten berperan sebagai media inti dari kegiatan proses belajar mengajar. Konten yang baik mampu mengkombinasikan pengetahuan explicit dan tacit dalam proses pembelajaran sebaik dari pembelajaran konvensional. Pengetahuan explicit merupakan pengetahuan yang dapat diringkat dalam bentuk dokumentasi sehingga mudah dipahami dan disebarluaskan (Chimay J. Anumba 2005). Pengetahuan tacit merupakan pengetahuan yang terdapat di dalam otak atau pikiran kita sesuai pengalaman pribadi dan sangat sulit untuk dikomunikasikan dengan orang lain yang belum pernah mengalami pengetahuan itu sebelumnya (Chimay J. Anumba 2005).

Menurut Poerwadarminta pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang,benda,dan sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan (gaib dan sebagainya). Selain itu, menurut H. Hafied Cangara pengaruh adalah salah satu element dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui besar tidaknya komunikasi yang kita inginkan (Syarief, 2015). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

"Bukan gadget yang menimbulkan dampak negatif, tetapi konten," kata Dominikus ( dalam, merdeka.com ). Menurut dia, banyak anak menggunakan ponsel pintar atau komputer tablet untuk mengakses internet sehingga orang tua harus mencegah mereka agar tidak mengakses situs yang tidak sesuai. Bila menggunakan perangkat iOS, orang tua sebaiknya mengunci aplikasi tertentu, misalnya video game, agar anak hanya dapat mengakses aplikasi tersebut saat menggunakan perangkat.

Sementara itu, bila menggunakan Android, orang tua dapat mengatur saringan konten di Play Store agar anak tidak dapat mengunduh aplikasi yang tidak sesuai dengan usianya. Bila menggunakan komputer, orang tua juga sebaiknya mengatur situs-situs yang boleh diakses anak dan memonitor aktivitas anak di jejaring sosial dengan memanfaatkan aplikasi tertentu, misalnya www.socialshield.com. "Internet dengan kontrol sehingga jadi sesuatu yang positif," kata dia.

Ia mengatakan gadget dan internet memiliki dampak positif bila dimanfaatkan dengan baik, seperti membuat anak terbiasa dengan perangkat komputer, menstimulasi imajinasi, kemampuan berbahasa bila memainkan permainan berbahasa asing dan meningkatkan semangat untuk menang. Bila digunakan tidak tepat, gadget dan internet akan membuat kemampuan bersosialisasi menurun, bullying di dunia maya hingga gangguan kesehatan.



Sebagai orangtua kita harus bijak menggunakan smartphone yang kita miliki. Apa yang kita lakukan setiap hari pasti akan di tiru oleh sang buah hati. Berlaku juga dalam menggunakan smartphone yang kita miliki. Kita sebagai orangtua harus cerdik dan cermat dalam memilah dan menonton sebuah konten. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan si buah hati agar selalu menonton sebuah konten yang baik. Konten yang baik bercirikan konten yang dapat memberikan pesan moral, wajar, masuk akal dan dapat menjadi pembelajaran si anak dalam kehidupan sehari-hari.

            Kita sebagai orangtua sudah seharusnya mengawasi dan memperhatikan perilaku dan gaya si buah hati sehari-hari. Bisa jadi perilaku dan gaya si buah hati kita, meniru gaya dan perilaku tontonan yang mereka tonton sehari-hari. Mengajarkan si buah hati untuk selalu berhati-hati dalam melihat konten yang mereka lihat. Jangan sampai anak kita menjadi pencandu konten-konten yang buruk.

Perkembangan Psikologis pada manusia terjadi ketika manusia lahir sampai meninggal. Perkembangan Psikologis ini manusia tidak dapat merasakan perkembangan dalam dirinya, seperti perkembangan berfikir sehingga anak dapat melakukan sesuatu, emosi, pisik, dan lainnya. Pada masa usia dini anak harus mendapatkan perhatian yang lebih atau pengawasan orang tua dalam perkembangan pikiran, fisik, emosi dan lainnya. Perkembangan psikologi merupakan perubahan anak secara bertahap mulai dari perkembangan fisik,kognitif,dan sosioemosional ( dalam, kompas.com ).

Saya Ahmad Prasetiyo Mahasiswa Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Puji syukur saya dapat berkesempatan untuk melakukan suatu penelitian sosial yang mengangkat tema ‘’Tontonan Jadi Tuntunan’’ dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).


Pada hari Jum’at 12 Juni 2020 saya mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai salah satu guru paud di wilayah saya yaitu di wilayah Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta. Beliau berinisial Ibu Er. Ia berjenis kelamin perempuan. Pekerjannya sebgai Pendidik Pos Paud di salah satu wilayah Mantrijeron Yogyakarta. Statusnya adalah menikah.

Dikarenakan saat ini masih terjadi dan maraknya wabah Virus Covid-19. Maka dari itu saya mewawancarai beliau menggunakan media sosial ( WhatsApp ). Saya awali dengan menyapa Ibu Er dan memperkenalkan diri saya. Sambutan baik yang beliau berikan membuat saya percaya diri untuk mendapatkan informasi jelas tentang penelitian sosial yang saya lakukan mengenai konten atau tontonan yang dapat dijadikan sebagai tuntunan bagi si anak dalam bersikap sehari-hari. Dengan gaya bicara chat saya yang santai membuat beliau tidak tegang ketika saya bertanya-tanya. Tidak sedikit pula saya selalu menambahkan humor dalam percakapan kami.

Ibu Er mulai merespon dan menjawab wawancara saya dengan penuh rasa senang. Saya bertanya mengenai hal-hal apa saja yang berkaitan dengan penelitian sosial yang saya lakukan. Oleh karena, itu saya meminta pendapat beliau tentang tontonan yang bisa menjadi tuntunan bagi si anak. Di karenakan beliau adalah guru paud, saya merasa bahwa beliau sangat mengerti akan hal tontonan yang bisa dijadikan tuntunan bagi si anak dalam bersikap sehari-hari.


Pertama saya bertanya mengenai seseringkah dan tontonan yang seperti apa yang biasa Ibu Er berikan kepada si anak. Ibu Er menjawab bahwa iya sering memberikan atau menyajikan materi setiap beliau mengajar dengan sebuah konten atau tontonan. Beliau sering memberikan konten atau tontonan seperti konten ensiklopedia, kartun islam, dan kartun edukasi. Selanjutnya saya bertanya mengenai tontonan yang beliau berikan apakah bisa menjadi tuntunan bagi si anak dalam bersikap sehari-hari. Ibu Er kemudian menjawab bahwa selama ini anak-anak bisa mencontoh perilaku atau gaya dari konten baik yang Ibu Er sering berikan.

Lalu saya lanjutkan dengan bertanya kembali mengenai perihal manfaat dalam memberikan konten tersebut. Ibu Er kemudian menjawab bahwa semenjak beliau memberikan konten baik kepada anak-anak. Anak-anak menjadi tau dan selalu mencontoh kebaikan yang mereka lihat dari konten-konten baik yang selalu Ibu Er berikan. Setelah beliau menjawab, saya mencoba bertanya lagi mengenai kapan biasanya Ibu Er memberikan tontonan kepada anak-anak. Ibu Er kemudian menjawab bahwa beliau memberikan konten-konten baik tersebut seminggu sekali.

Untuk pertanyaan terakhir, saya bertanya mengenai cara Ibu Er memberikan konten-konten baik kepada anak dan bagaimana tanggapan anak-anak tersebut. Ibu Er kemudian menjawab bahwa kalau anak-anak paud tersebut sedang menonton. Anak-anak pasti disuruh diam sama Ibu Er, dan Ibu Er selalu menyuruh anak-anak untuk memperhatikan konten baik yang Ibu Er sering berikan. Mereka sangat asyik dalam menonton konten baik yang Ibu Er berikan. Setelah menonton, anak-anak diajak oleh Ibu Er untuk berdiskusi tentang isi tontonan dan biasanya anak-anak bisa menjelaskan dengan narasi versi mereka masing-masing. Anak sangat antusias dengan pembelajaran menggunakan konten atau tontonan yang Ibu Er berikan.

Orangtua sebagai pengawas anak-anak seharusnya mampu untuk memilah tontonan yang baik untuk anak. Anak harus selalu diperhatikan dan diawasi dalam menonton sebuah konten. Anak harus selalu diberitahu dengan cara pendekatan dan penuh kasih sayang, bukan dengan cara membentak. Anak akan lebih mengerti jika mereka diberitahu dengan cara pendekatan dan kasih sayang. Semakin sering orangtua memberitahu kepada anak mengenai perbedaan konten-konten tontonan yang baik dan yang buruk, maka anak akan lebih paham dan mengerti. Mereka akan cepat merespon dan dapat memilah dengan sendirinya konten-konten yang mereka tonton. Mereka akan mudah untuk memilah tontonan yang baik dan yang buruk.



Daftar Pustaka :
1.    Chimay J. Anumba, Charles O.Egbu and Patricia M.Carrillo. 2005. Knowledge Management in Construction. Blackwell Publishing Ltd.
2.    Syarif, Mohamad. (2015). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada
5.    Moh. Nazir. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.






17 komentar:

  1. Semangat terus buat artikel nya kak

    BalasHapus
  2. Artikelnya cukup bagus, saya mau tanya kak di era inis peran gadget penting bagi semua orang khususnya milenial bagaimanakah cara yang efektif untuk dapat membagi waktu mohon di jawab kak memet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baik terima kasih atas pertanyaannya kak. Menurut saya bagaimana cara yang efektif untuk dapat membagi waktu dalam menggunakan gadget itu di prioritaskan pada kebutuhan penting saja kakk. Contohnya gadget itu kita pergunakan di waktu pagi hari untuk mengerjakan tugas sekolah, tidak lupa juga kita harus membatasi waktunya maksimal 1 jam saja, agar mata kita tidak mudah lelah. Dengan adanya pembatasan waktu dan di pergunakan sesuai prioritas dengan begitu menurut saya akan efektif dalam menggunakan gadget

      Hapus
  3. Artikelnya bagus kak,saya ingin bertanya kak di masa sekarang ini gadget merupakan kebutuhan bagi beberapa orang kota tahu bahwa gadget juga memiliki dampak positif dan juga negatif, dan apakah gadget itu bisa merusak psikologis seseorang kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima atas pertanyaannya kakk. Menurut saya gadget bisa memengaruhi psikologis seseorang, gadget merupakan salah satu kebutuhan yang bisa dikatakan kebutuhan pokok saat ini untuk dpt memperoleh informasi. Namun dampak dari gadget sendiri kita pasti sdh mengetahuinya. Nah dampak negatif dari gadget ini salah satunya adalah kecanduan, dgn adanya kecanduan ini seseorang akan bisa kemungkinan besar psikologis mereka akan terganggu. Mereka sdh terlalu nyaman dgn gadget nya sehingga mengabaikan lingkungan sekitar

      Hapus
  4. Diperluas Lagi Penjelasannya Dan Diperinci Kepada Siapa Dituju Artikelnya..

    Semngat Dan Sukses Selalu Bro..

    BalasHapus
  5. Artikelnya bagus . Bagaimana kalau tontonan yang dipertontonkan lebih spesifik pada pembelajaran online mungkin lebih baik lagi semangat pras

    BalasHapus
  6. terimakasih sangat bermanfaat

    BalasHapus
  7. Saya ingin bertanya kak,bagaimana cara yang efektif untuk anak yang terlanjur kecanduan bermain gadget?, tolong di jawab ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaannya kakk. Menurut saya cara efektifnya adl dgn memberikan nasihat2 yang baik kepd anak. Anak harus bisa kita Takutkan dgn gadget yaitu dgn cara memberikan nasihat mengenai dampak negatif dari gadget tersebut. Peran orang tua juga sangat di butuhkan, dgn mengawasi serta mengkontrol penggunaan gadget pada si anak

      Hapus
  8. Apa behavior pada pengaruh tontonan anak sehari-hari dalam hal positif dan negatif?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaannya kakk. Kalau utk hal positif anak akan mudah bergaul, beradaptasi, dan menanamkan kebaikan di lingkungan sekitar. Utk hal negatif anak bisa saja meniru gaya alay atau suatu gaya yang tidak etis / pantas di lingkungan sekitarnya contohnya berkata kotor atau kasar

      Hapus
  9. Kurangnya penerapan teori behavior pada edukasi anak, masih kurang kuat

    BalasHapus