14.6.20

STRESS KERJA PADA TENTARA NASIONAL INDONESIA: JADILAH PRAJURIT YANG PROFESIONAL!


UJIAN AKHIR PSIKOLOGI INDUSTRI & ORGANISASI
(Semester Genap 2019/2020)


KHARISMA AYU MUTIARA DEWI

19310410070
Arundati Shinta (NIK. 1.60 / DY / UP45)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Tentara Nasional Indonesia atau disingkat TNI merupakan bagian dari masyarakat umum yang dipersiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas pembelaan negara dan bangsa, serta memelihara pertahanan dan keamanan Nasional. Dalam menjalankan tugasnya, seorang prajurit TNI sudah dilatih secara fisik. Selain fisik yang kuat, TNI juga harus memiliki kecerdasan, dan selalu menjaga kesehatan/Mental. Tidak asing lagi buat kita tentang pengiriman pasukan TNI ke perbatasan RI atau daerah pelosok yang rentan dalam pertahanan dan keamanan Indonesia. Selain berperan sebagai alat Negara dalam bidang pertahanan saat menjalankan tugasnya, TNI juga ditugaskan di daerah pelosok untuk menggantikan aparat-aparat sipil

Prajurit Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonif Raider 303/Setia Sampai Mati (SSM) Kostrad, yang bertugas di wilayah perbatasan RI-Malaysia, tepatnya di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, mengajar di TK Tunas Bangsa
Seperti, kita banyak menjumpai Tentara yang menjadi tenaga pengajar di sekolah-sekolah pedalaman Papua atau wilayah yang pedalaman lainya yang belum terdapat tenaga pengajar. Dalam menjalankan tugasnya yaitu menjaga pertahanan Indonesia, pastinya tidaklah mudah. Banyak gangguan yang membuat pertahanan dan keamanan negara goyah. Seperti adanya KKB  (Kelompok Kriminal Bersenjata) di Papua yang membuat banyaknya pikiran di dalam dirinya. Apalagi ditambah dengan rasa rindu terhadap keluarga yang jauh dari mereka. Tugas TNI sangatlah berat. Belum lagi jika terjadi suatu masalah dalam lingkungan kerja maupun dalam lingkungan keluarga.

Selama berdinas banyak hal yang berpengaruh pada kondisi psikologis tentara, sebab lingkungan militer memiliki stressor yang unik (Dolan & Ender, 2008). Walaupun pada awalnya telah dilakukan pemeriksaan sebelum diterima menjadi prajurit, stres tetap dapat terjadi pada prajurit yang berdinas. Jika prajurit dalam menjalankan tugasnya mengalami stres maka, akan terjadinya Burnout pada prajurit. Burnout ini adalah suatu sindrom kelelahan emosional , fisik, dan mental ditunjang oleh perasaan rendahnya self esteem, dan self efficacy, disebabkan penderitaan stres yang intens dan berkepanjangan (Baron dan Greenberg, 1990).  Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia. Kupriyanov dan Zhdanov (2014) menyata-kan bahwa stres yang ada saat ini adalah sebuah atribut kehidupan modren. Stres kerja dikategorikan apabila seseorang mengalami stres melibatkan pihak organisasi tempat orang yang bersangkutan bekerja (Rice, 1992), Setiap aspek dari lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh tenaga kerja, tergantung dari persepsi tenaga kerja terhadap lingkungannya, apabila ia merasakan adanya stres ataukah tidak.
Stress kerja pada prajurit TNI dapat berakibat pada fisik yaitu munculnya gangguan leher yang tegang, berubahnya selera makan, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan dan penyakit lainya. Emosional pun berubah yaitu memiliki persaan yang tidak nyaman sehingga mudah tersinggung dan terlalu sensitif. Secara Intelektual yaitu mengalami kekacauan pikiran sehingga sulit untuk berkosentrasi, sulit untuk mengambil keputusan dan daya ingat yang menurun. Dan secara Interpersonal yakni memiliki sifat acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain yang menurun, dan mudah mengingkari janji pada orang lain.


Marinir AS, Pvt. Theodore J. Miller, menunjukkan " tatapan seribu yard ", tatapan yang tidak fokus, sedih dan lelah yang sering merupakan manifestasi dari shell shock
Lalu apakah berpengaruh pada kinerja seorang prajurit TNI? Menurut Robbins (2001) salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah stress kerja. Stres yang berlebihan dan tidak bisa dikontrol akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap kinerja pegawai tetapi stres yang bisa di kontrol bahkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Jadi ini tergantung dengan kepribadiannya, jika seseorang dapat mengatasi stressnya maka tidak terjadinya Burnout atau perasaan yang meledak ledak. Seperti marah, kesal, atau yang bersifat negatif yang sangat berpengaruh pada kinerja prajurit.
Untuk itu seorang prajurit TNI yang mengalami gejala tersebut, haruslah melakukan penurunan tingkat stres. Seperti pemberian terapi Yoga Tawa yang mampu menurunkan tingkat stres Penerapan terapi yoga tawa merupakan penanganan stres kerja secara individual (personal wellness programs), yang bersumber pada teknik emotion-focused coping. Emotion-focused coping adalah strategi yang bertujuan untuk mengendalikan respons emosi terhadap situasi menekan melalui perilaku dan mengubah kognisi. Individu cenderung menggunakan strategi ini pada saat individu tersebut meyakini bahwa tidak ada yang dapat diperbuat untuk mengubah situasi (Chamberlain & Lyons, 2006). Emotionfocused coping dilakukan dengan mengendalikan berbagai reaksi baik jasmaniah, emosional, maupun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri.
Terapi yoga tawa diberikan dengan cara mengajak subjek untuk melakukan aktivitas tertawa dengan melibatkan perilaku dan gerakan tubuh yaitu dengan melakukan berbagai macam latihan teknik tawa untuk memunculkan perilaku tertawa yang alami. Individu akan berlatih melakukan gerakan motorik dan suara tertawa, yang akhirnya berakhir pada kondisi fisiologis (meningkatnya sistem saraf parasimpatetis dan menurunnya sistem saraf simpatetis). Beberapa penelitian terhadap terapi yoga tawa menunjukkan, bahwa terapi yoga tawa memiliki dampak psikologis dan fisiologis, terkait stres, efikasi diri, dan tekanan darah (Beckman, Regier & Young, 2007; Chaya, Kataria & Nagendra, 2008; Christina, 2006).
Selain itu perlunya dukungan dari rekan kerja  dengan menjaga tali persaudaraan antar teman agar dapat membentuk team yang solid yang dapat selalu memberikan dukungan antar teman. Menurut Baroon dan Byrne (2003, h. 189), dukungan sosial seseorang akan ada dalam keadaan fisik yang lebih baik dan stres yang yang dialaminya akan berkurang. Yang paling penting adalah faktor dari keluarga yaitu bagi prajurit TNI yang masih sedang bertugas jauh tanpa ditemani oleh keluarga perlu untuk bekerja secara profesional sebagai prajurit TNI, tetap menjaga komunikasi secara intens dengan keluarga yang ditinggalkan.  Ini yang akan menekan stres dan meningkatkan kinerja prajurit seperti nilai prestasi (Achievement),nilai status (Status), otonomi (Autonomy), keamanan (Safety), asas mengutamakan orang lain (Altruism), dan yang terendah ialah nilai kenyamanan (Comfort).

“TNI adalah soko guru dari negaranya. Ia tegak dengan negaranya, dan ia hancur dengan negaranya pula. Suatu tentara yang memiliki kepercayaan diri sendiri yang kokoh, yang tidak tergoyahkan, yang sanggup untuk menjamin keamanan dan keselamatan negara dan bangsanya. ... Perjuangan yang menuntut keadilan dan kesucian” (Jenderal TNI Joko Santoso 2006:102).

DAFTAR PUSTAKA
Rosyid, H.F. (1996). Burnout: PENGHAMBAT PRODUKTIFITAS YANG PERLU DICERMATI. Buletin Psikologi. Tahun IV, No. 1.
Jayanti, F.A., Suharsono, Y. & Ingarianti, T.M. (2015). NILAI KERJA PADA ANGGOTA TNI-AD BERDASARKAN TAHAPAN KARIR. Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 1, Hal: 79 – 93
Chalim, M.A. & Farhan, F. (2015). PERANAN DAN KEDUDUKAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI) DI DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG KEAMANAN NASIONAL DI TINJAU DARI PERSPEKTIF POLITIK HUKUM DI INDONESIA. Jurnal Pembaharuan Hukum Vol. II No. 1
Ma’arif, S. (2014). Prajurit Profesional-Patriot: Menuju TNI Profesional pada Era Reformasi. Jurnal Sosiologi MASYARAKAT, Vol. 19, No. 2: 257-286
Prasetyo, A. R. et al. (2016). PENURUNAN TINGKAT STRES KERJA PADA PENERBANG MILITER MELALUI PENERAPAN TERAPI YOGA TAWA. Jurnal Psikologi Undip Vol.15 No.1: 11-20
Christian, F. & Ireuw, C. (2019). PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA PRAJURIT TNIBIDANG TERITORIAL KODAM XVII/ CENDRAWASIH (STUDI KASUS PADA PRAJURIT TNI YANG BERPANGKAT BINTARA DAN TAMTAMA). Jurnal Manajemen dan Organisasi Review (MANOR). Vol. 1 No. 2.
Daniaputri, N. & Abidin, Z. RELATIONSHIP BETWEEN WORKING PARTNERS SUPPORT WITH JOB STRESS TAMTAMA-BINTARA TNI ANGKATAN DARAT AIRCRAFT MAINTENANCE DETACHMENT BASIS OF AIR AHMAD YANI SEMARANG. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Gaol, N. T. L. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin Psikologi. Vol. 24, No. 1: 1 – 11. DOI: 10.22146/bpsi.11224
Referensi Gambar

0 komentar:

Posting Komentar