14.6.20

STOP BULLYING : EFEK BYSTANDER TERHADAP INTENSITAS TERJADINYA BULLYING

Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial I (Semester Genap 2019/2020)
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Dosen Pengampu : Dr Arundati Shinta, MA
Nisa Armila Gunawan (19310410076)

Salah satu perilaku siswa yang banyak diperbincangkan adalah perilaku bullying sebagai bentuk penindasan terhadap korban yang lemah dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai secara berulang. Andi, dkk (2015) mengemukakan bullying sebagai bentuk penindasan terhadap korban yang lemah dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai secara berulang. Andi, dkk (2015) mengemukakan bahwa bullying berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang meng-ganggu orang lain yang lebih lemah. Beberapa istilah dalam Bahasa Indonesia yang sering dipakai untuk menggambar-kan fenomena bullying di antaranya adalah
penindasan, ‘penggencetan’, ‘perpeloncoan’, ‘pemalakan’, pengucilan, dan intimidasi.

Kasus bullying yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia semakin memprihatinkan. Hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014 menyebutkan, hampir di setiap sekolah di Indonesia ada kasus bullying, meskipun hanya berupa bullying verbal dan psikologis/mental. Melihat kompleksnya kasus-kasus bullying yang ada, Susanto selaku Ketua Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter menilai bahwa Indonesia sudah masuk kategori “darurat bullying di sekolah", oleh karena itu perlu segera dilakukan intervensi (Beritasatu.com., 2015).

Perilaku bullying bisa menjadi semakin meningkat karena kehadiran orang lain yang menyaksikan dan berada di lokasi saat peristiwa terjadi. Kehadiran orang lain saat terjadi peristiwa bullying dikenal dengan istilah bystander. Kehadiran bystander pada peristiwa bullying menjadi sebuah penguatan dan dukungan bagi pelaku. Penguatan pada perilaku bullying juga bersumber dari status sosial di kalangan sebaya sebab dapat meningkatkan popularitas pelakunya. Bystander yang hadir pada peristiwa bullying berperan sebagai audiens yang membuat sebuah “teater” untuk menyaksikan pertunjukan pelaku.
Perasaan berkuasa menjadi salah satu alasan mengapa siswa melakukan bullying. Pelaku bullying merasa bangga dianggap hebat dan ditakuti oleh siswa lain yang melihatnya menindas. Perilaku bullying pada remaja sebagai upaya mereka mendapatkan perhatian ‘tertentu’ dari teman sebaya (bystander) dapat memicu terulangnya perilaku tersebutdi sekolah. Sehingga penelitian ini ditujukan untuk memperoleh informasi tentang efek persepsi pelaku bullying pada bystander terhadap intensitas bullying di sekolah. Secara fisik, pelaku bullying tidak hanya didominasi oleh anak yang berbadan besar dan kuat, anak bertubuh kecil maupun sedang yang memiliki dominasi yang besar secara psikologis di kalangan teman-temannya juga dapat menjadi pelaku bullying.

Alasan yang paling jelas mengapa seseorang menjadi pelaku bullying adalah bahwa pelaku bullying merasakan kepuasan apabila ia “berkuasa” di kalangan teman sebayanya. Selain itu, tawa teman-teman sekelompoknya saat ia mempermainkan korban memberikan penguatan terhadap perilaku bullying. Selain perasaan berkuasa, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying di sekolah, diantaranya; faktor penampilan korban, lingkungan, pengalaman masa lalu, perasaan iri, dan latar belakang keluarga. Perilaku bullying tidak bisa dibiarkan sebab menimbulkan dampak negatif pada siswa yang menjadi korban. Anak yang menjadi korban bullying akan merasa terganggu secara psikologis, seperti gugup, cemas, kurang tidur, takut, tidak mau melakukan apapun, membenci sekolah dan merasa stres setiap pagi ketika harus ke sekolah.

Coloroso (2006) menyatakan bahwa bystander dalam kasus bullying adalah orang lain atau saksi yang ada saat kasus bullying terjadi selain pelaku dan korban. Teman-teman sebaya hadir sebagai bystander pada 85% situasi bullying sehingga insiden tersebut tidak hanya berpengaruh pada pelaku dan korban melainkan juga pada individu-individu yang menyaksikan bullying dan individu-individu yang mendengar mengenai kemunculan perilaku tersebut. Kehadiran bystander dalam kasus bullying dianggap penting sebab pelaku memulai serangan ketika rekan-rekan sebaya hadir dalam kasus bullying di sekolah.

Salmivalli dkk. (1996) mengemukakan bahwa dalam kasus bullying terdapat beberapa peran yang terjadi, diantaranya pelaku, korban, penonton yang memberi dukungan, penonton yang diam saja dan penonton yang menolong korban. Perilaku bullying seringkali bergantung pada reaksi pengamat (bystander) yaitu pengamat yang pasif atau pengamat yang mendukung dengan menyoraki. Pelaku bullying kadang tidak menyadari motivasi ini namun menikmati perhatian dan rasa berkuasa tersebut. Skinner (1938) menganalisis bahwa sebuah respons dapat menghasilkan konsekuensi “reinforcement”, memperkuat perilaku dan meningkatkan kemungkinan terjadinya respons di masa yang akan datang. Jika penonton bersikap mendukung terhadap bullying yang sedang terjadi maka intensitas bullying akan lebih sering terjadi.


Jika bullying terjadi pada kita, maka lakukan hal ini (Kompasiana, 2017) :
1) Buktikan kalau kita itu lebih hebat dari mereka. Setiap manusia pasti lemah. Sesungguhnya, jika kita memiliki kelebihan, kita bisa membuktikan kalau kita lebih hebat daripada mereka. Misalnya, pintar metematika, jago bulutangkis, dan lain-lain. Dengan begitu, mereka akan sadar kalau mereka sesungguhnya mempunyai kelemahan.
2) Usaha bangkit dari diri sendiri. Jika kita ingin bebas dari bullying, semuanya dimulai dari diri sendiri. Mengapa? Sebab jika kita tidak mencari cara untuk bangkit dari bullying tersebut, kita akan terus dikekang oleh orang yang menyakiti diri kita. Jika kita tidak bisa meakukannya, siapa lagi yang ingin menolong kita?
3) Berani melaporkannya ke orang tua atau guru. Jika kita dibully, lebih baik minta bantuan kepada orang tua atau guru. Agar, kita bisa terbuka apa yang terjadi dengan diri kita. Jangan menutupi apa yang terjadi dengan diri kita. Karena itu hanya akan memperburuk masalah dan membuat kita menjadi takut bergaul dengan orang lain.
4) Jangan mencoba mengakhiri hidup. Ini sangat penting! Jangan mencoba mengakhiri hidup.

Jadi, meskipun kita mempunyai kekurangan, kita masih bisa bangkit untuk menyelesaikannya. Dan, untuk yang suka membully teman, sadarlah apa yang kalian lakukan. Apakah kalian juga mau diperlakukan seperti itu? Tidak, bukan? Jadi stop untuk membully.

Daftar Pustaka :
Andi Halimah, Asniar Khumas, Kurniati Zainuddin. (2015). Jurnal Psikologi : Persepsi pada Bystander terhadap Intensitas Bullying pada Siswa SMP. Volume 42, N0. 2, Agustus 2015: 129 – 140 Diakses pada 13 Juni 2020

Beritasatu.com. (2014). Indonesia Masuk kategori Darurat Bullying di Sekolah. Diunduh dari: http://www.beritasatu.com/gaya-hidup/219515-indonesia-masuk-kategori-darurat-bullying-di-sekolah.html Diakses pada 13 Juni 2020

Coloroso, B. (2006). Penindas, Tertindas, dan Penonton; Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU. Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka.

Kompasiana. (2017). Lima Cara Mengatasi "Bullying" di Lingkungan Sekolah. Diunduh dari : https://www.kompasiana.com/fujiwaratofushop/59f091d2ff240519b73ef214/5-cara-mengatasi-bullying-di-lingkungan-sekolah Diakses pada 14 Juni 2020

Salmivalli, C., Lagerspetz, K., Bjorkqvist, K., Osterman, K., & Kaukiainen, A. (1996). Bullying as a Group Process: Participant Roles and Their Relations to Social Status Within The Group. Aggressive Behavior, 22(1), 1-15. Diakses pada 13 Juni 2020

Skinner, B., F. (1938). The Behavior of Organisms. New York: Appleton Century Crofts.

Sumber Gambar :
https://images.app.goo.gl/rhCwgs5ShYs6R4DJ8
https://images.app.goo.gl/meNFVzaTps5dhnB29


13 komentar:

  1. Baik sekali untuk menambah wawasan :) terus berkarya nisa

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah jadi tahu nih ilmunya.ternyata di Indonesia msh byk bullying sehingga negara indonesia masuk dalam negara bullying yg tinggi ya..jadi memprihatinkan...stop bullying ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... Bullying ini harus segera diputus, karena dampak negatif Bullying sangat buruk bagi kesehatan psikis korban..

      Hapus
  3. Wihh terimakasih kakak artikelnya bermanfaat sekali...

    BalasHapus
  4. Memang permasalahan tentang Bullying masih menjadi PR bagi kita...

    BalasHapus
  5. terimakasih artikelnya, saya harap ini dibaca oleh banyak orang untuk sedikitnya memberi pemahaman tentang bulliying serta membuka wawasan kita,,,
    semangat untuk terus membuat artikel kaya gini kak

    BalasHapus
  6. sedih saat mengetahui bullying sekarang seolah olah sudah menjadi budaya di indonesia

    BalasHapus
  7. Makasih materinya ka
    Materi bullying ini memang harus jadi perhatian kita juga

    BalasHapus