Tingkat Pendidikan Menjadi Acuan Perusahaan Menentkan Kinerja Karyawan yang Baik
Nama : Maily Qisti Rofiq
NIM : 19310410095
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Di era globalisasi saat ini kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kegiatan perekonomian dunia
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini sangat terlihat dari persaingan seperti di dunia
industri. Sehingga banyak perusahaan-perusahaan sekarang yang merekrut karyawan
yang mampu memajukan dan mencapai target perusahaan tentunya dengan
mengedepankan SDM yang unggul. Sumber daya yang dimiliki perusahaan tidak akan memberikan hasil yang optimum
apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai kinerja yang
optimum.
Memahami pentingnya keberadaan SDM di
era global saat ini salah satu upaya yang harus dicapai oleh perusahaan adalah
dengan meningkatkan kualitas SDM. Dengan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia diharapkan karyawan dapat meningkatkan kinerjanya. Setiap
perusahaan selalu mengharapkan karyawannya mempunyai prestasi, karena dengan
memiliki karyawan yang berprestasi akan memberikan sumbangan yang optimal bagi
perusahaan. Selain itu, dengan memiliki karyawan yang berprestasi perusahaan
dapat meningkatkan kinerja perusahaannya. Usaha untuk meningkatkan kinerja
karyawan, diantaranya dengan memperhatikan tingkat pendidikan. Husaini Usman
(2011: 489) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman
kerja karyawan maka akan semakin tinggi kinerja yang ditampilkan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian emperik yang dilakukan oleh Zakso
(2010) bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan.
Setiap
perusahaan menginginkan untuk membentuk seorang karyawan agar perusahaan
semakin mengikuti perkembangan zaman, maka yang dibutuhkan oleh perusahaan
adalah tingkat pendidikan karyawan. Dalam pendidikan terdapat proses yang
terus-menerus berjalan dan bukan sesaat saja. Pendidikan merupakan faktor yang
mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.
Dengan menempuh tingkat pendidikan tertentu menyebabkan seorang pegawai
memiliki pengetahuan tertentu sehingga mampu serta cakap untuk melaksanakan
tugasnya dengan baik. Dengan demikian pendidikan akan mempengaruhi kinerja karyawan. Dengan bertambahnya tingkat pendidikan seorang
karyawan dalam dunia kerja, maka bertambah pula pengetahuan, ketrampilan,
kecakapan, dan kecekatan dalam pengabdian kerjanya di perusahaan.
Badan Pusat Statistik (2012) menyebutkan
bahwa sebagian besar angkatan kerja pada tahun Februari 2012 sebesar 49,21%
adalah berpendidikan dasar ke bawah, sedangkan yang berpendidikan menengah
adalah sebesar 17,99% pekerja yang memiliki pendidikan diploma adalah sebesar
2.77% dan yang berpendidikan sarjana adalah sebesar 6,43%, oleh sebab itu,
pendidikan dan pelatihan yang baik dari karyawan akan dapat meningkatkan
kinerja dari karyawan itu sendiri.
Selain
itu, dalam menyususn struktur dan skala upah karyawan tergantung dari tingkat
pendidikan karyawan tersebut. Karyawan yang memiliki kualifikasi pendidikan yang lebih
tinggi tentu saja harus memperoleh upah yang lebih besar. Menurut BPS, lulusan universitas atau minimal sarjana
memperoleh upah bulanan rata-rata sebesar Rp 4,59 juta. Kemudian upah
pendidikan diploma sebesar Rp 3,68 juta. Di level sekolah menengah, BPS
mencatat upah untuk lulusan SMK sebesar Rp 2,75 juta dan SMA sebesar Rp 2,73
juta per bulannya. Sementara untuk jebolan SMP, upah bulanan rata-rata di
Indonesia sebesar Rp 2,01 juta. Untuk pekerja tamatan SD upah rata-ratannya
sebesar Rp 1,79 juta. BPS juga mencatat upah rata-rata sebulan untuk pekerja
yang tak tamat SD yakni Rp 1,54 juta, kemudian upah bagi buruh yang sama sekali
tak mengenyam bangku sekolah sebesar Rp 1,17 juta.
Masalah upah karyawan memang menjadi
salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Upah yang
layak akan memacu seorang karyawan untuk bekerja dengan dedikasi yang baik,
sedangkan upah yang tidak layak tentu akan menyebabkan mereka menjadi kurang
berdedikasi. Kenyataan yang terjadi, karyawan
dengan tingkat pendidikan yang rendah akan diposisikan sebagai buruh kasar
dengan gaji yang rendah. Tingkat kesulitan kerja, beratnya pekerjaan yang tidak
sebanding dengan gaji yang diberikan terkadang membuat karyawan kecil yang
lebih memilih berhenti, sehingga ini menyebabkan tingginya angka pengangguran yang menimbulkan masalah‐masalah di bidang ekonomi dan sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Muhson, A., Daru, W., Supriyanto, & Endang, M. (2012). Analisis Relevansi Lulusan Perguruan Tinggi
dengan Dunia Kerja. Jurnal Economia, 8(1), April 2012.
Pakpahan, E.S., Saswidiyanto, &
Sukanto. (2014). Pengaruh Pendidikan dan
Pelatihan Terhadap Kinerja pegawai (Studi pada Badan Kepegawaian Kota Malang).
Jurnal Administrasi Publik (JAP), 2(1),
116-121.
Wirawan, K. E., I Wayan, B., & Gede, P. A. J. S. (2019). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Bisma: Jurnal Manajemen, 5(1), Maret 2019,
2476-8782.
Sunaryo. (2016). Pengaruh
Pendidikan dan Penempatan Kerja Terhadap Kinerja karyawan di PTPN III Medan. Jurnal Ilmiah
Manajemen dan Bisnis, 17(01), April 2016, 1693-7619.
Handayani, N. T. (2014). Pengaruh
Tingkat Pendidikan Karyawan Terhadap Penjualan Pupuk pada CV. Pandan Wangi Kab.
Madiun. Equilibrium, 2(2), Juli 2014.
https://www.jurnal.id/blog/2017-strategi-tepat-untuk-pengembangan-sdm-dalam-perusahaan/ (diakses pada 3 Mei 2020)
Idris, M. (2020). Gaji Rata- Rata Pekerja RI Berdasarkan
Jenjang Pendidikan SD Sampai S-1. https://money.kompas.com/read/2020/02/25/112300526/gaji-rata-rata-pekerja-ri-berdasarkan-jenjang-pendidikan-sd-sampai-s1?page=all. (diakses pada 3 Mei 2020).
Sumber Gambar
0 komentar:
Posting Komentar