14.6.20

Penyebab keberhasilan atau kegagalan

Penyebab keberhasilan atau kegagalan

Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial I
Semester Genap 2019/2020
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA
Andri wijayanto / 19310410023
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


   Ketika kita melihat apa yang dilakukan oleh orang lain, tak jarang kita akan mencoba untuk mengetahui atau memahami alasan mengapa mereka melakukan perbuatan tertentu. Begitu juga dengan perilaku yang kita tampilkan di hadapan orang lain. Dalam psikologi sosial, hal ini dinamakan dengan atribusi. Yang dimaksud dengan atribusi adalah proses dimana individu menjelaskan penyebab dari berbagai kejadian dan perilaku orang lain. Sementara itu, menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne, yang dimaksud dengan atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Rakhmat, 2001 : 93).
   
   Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa komponen, yang terpenting adalah hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis dari hubungan psikologi itu ialah bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi. Perasaan tidak menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena memperoleh hasil positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan orang lain. Hal ini merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).

  Hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah laku. Penyebab keberhasilan dan kegagalan menurut persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan yang akan datang dan menimbulkan emosi tertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik oleh perasaan individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi.

  Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga karakteristik, yakni :
1.    Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya, kita mungkin berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri kita atau karena factor yang berasal di lingkungan kita.
2.    Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan sama jika melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.
3.    Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya. Adapun factor tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan mudah dapat mengubahnya.

  Dalam olahraga terdapat beberapa hal yang bisa membuat seorang atlet mengalami keberhasilan atau kegagalan. Teori atribusi mengungkapkan ada beberapa hal yang dianggap stabil dan tidak stabil, dapat dikontrol dan dapat dikontrol dan hal yang berhubungan dengan faktor internal dan eksternal.
Hal yang berhubungan dengan internal adalah usaha yang telah dilakukan oleh atlet tersebut serta kemampuan yang dimilikinya. Hal ini yang bisa dikendalikan oleh atlet. Sehingga dalam sebuah pertandingan seorang atlet harus berusaha semakin keras untuk mecapai hal yang diinginkan beserta dengan kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan juga bisa ditingkatkan dengan latihan yang terus menerus. Usaha yang dilakukan oleh setiap atlet merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan dan menentukan kegagalan.

  Faktor eksternal lainnya adalah sulitnya tugas dan keberuntungan. Kesulitan tugas yang harus dihadapi oleh atlet selalu bersifat stabil dan merupakan faktor dari luar. Hal ini karena setiap tugas yang dihadapi tidak akan pernah berubah, sehingga atlet disarankan untuk terus berusaha dengan kemampuan yang dimilikinya untuk bisa mengatasi tugas atau masalah yang dihadapi. Faktor eksternal lainnya yang tidak stabil adalah faktor keberuntungan. Faktor keberuntungan ini merupakan faktor yang tidak bisa diduga oleh setiap orang. Ketika semua usaha dan kemampuan dilakukan untuk mencapai keberhasilan akan tetapi faktor keberuntungan belum mengehendaki juga akan mengalami nasib kegagalan. Akan tetapi untuk membuat fakor keberuntungan selalu ada setiap atlet harus tetap terus berlatih dan berusaha meningkatkan kemampuannya agar faktor keberuntungannya akan datang setiap pertandingan.

 Pelatih harus bisa memahami dengan baik konsep teori atribusi. Dalam teori atribusi bisa menjelaskan tentang keberhasilan dan kegagalan yang akan dihadapi oleh atlet pada akhir pertandingan. Ketika mencapai sebuah keberhasilan pada akhir pertandingan harus diperhatikan atribut-atribut yang mempengaharuinya beberapa hal yang mempengaharuinya adalah usaha, kemampuan, kesulitan tugas dan keberuntungan.
Ketika mencapai keberhasilan usaha yang dihasilkan oleh para talet sudah sangat baik da meningkat beserta dengan kemampuan yang dimiliki hal ini yang bisa dikontrol dan merupakan faktor internal dalam diri atlet. Contohnya, ketika atlet lari berhasil mencapai finis pertama kali dan mendapatkan keberhasilan maka usaha dan kemampuan serta kesulitan tugas serta faktor keberuntungan telah menghinggapi atlet tersebut. Dan banyak faktor-faktor yang mendukung untuk terus mencapai keberhasilan tersebut.

   Sedangkan ketika menghadapi kegagalan, para pelatih harus melihat dan mengevaluasi semua faktor yang mempengaharui atlet tersebut untuk mengalami kegagalan. Ketika usaha dan kemampuan semua sudah mencapai maksimal yang telah diberikan oleh para atletnya. Maka atribut yang dari luar mempunyai peranan yang besar, salah satunya adalah keberuntungan. Keberuntungan tidak mungkin akan hadir selalu walaupun sudah berusaha selalu maksimal. Akan tetapi pelatih harus bisa menanamkan sikap untuk terus berusaha kepada ateltnya sehingga keberuntungan akan datang pada mereka. Karena keberuntungan merupakan faktor ekternal yang tidak bisa dikontrol.


    Refrensi
[1] Jackson, Susan A dan Mihaly Csikszentmihalyi.1963.Flow in sport.United Stated: Human Kinetic
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Flow_%28psychology%29
[3] http://esbede.wordpress.com/2008/05/02/self-learning-pembelajaran-diri/
[4] http://armanketigabelas.wordpress.com/2013/02/21/fixed-mindset-vs-growth-mindset/




0 komentar:

Posting Komentar