Ujian Tengan Semester Genap 2019/2020
Nama : Maily Qisti Rofiq
NIM : 19310410095
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Pemuda sebagai
generasi penerus perjuangan bangsa harus menyadari tanggung jawabnya. Menyadari
bahwa merekalah harapan bangsa Indonesia dalam pembangunan untuk mengejar
keterbelakangan. Karena itu, hendaknya kegiatan generasi muda dapat menunjukan
peran pelopor kaum muda dalam pembangunan. Generasi muda harus mampu berfikir
kritis, inovatif, intelektual dan berkreasi unutk menghadapi persaingan luar.
Dengan melihat perkembangan globalisasi dewasa ini sangat mungkin bangsa
Indonesia akan mengalami jauh ketertinggalan jika sumber daya manusianya (SDM)
tidak berkualitas. Maka dari itu menciptakan SDM yang berkualitas harus
betul-betul terfikirkan, terlaksana dan terprogram secara efisien khususnya generasi
muda. Karena kemajuan suatu bangsa ada pada generasi muda yang berkualitas. Bagaimana
SDM berkualitas dapat kita capai? Ini tergantung dari peran pemerintah dalam
menciptakan SDM yang berkompeten dan tentunya jalan yang harus kita lalui tidak
lain melalui pendidikan forml maupun nonformal. Penataan SDM dan perencanaan
yang baik adalah titik tolak pembangunan untuk mencapai kemakmuran suatu bangsa
(Zulkifli&Emyarida, 2014).
Salah satu cara
untuk menciptakan SDM yang berkualitas dimulai sejak dini. Karena diusia dini
merupakan masa kritis untuk pembentukan karakter. Banyak pakar yang mengatakan
jika pendidikan karakter tidak ditanamkan sejak dini maka akan membentuk
pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya (Sri Suwartini, 2017). Pembentukan
karakter yang paling relevan di bangku pendidikan dan ini menjadi tugas lembaga
pendidikan. Jika pendidikan karakter tidak diterapkan pada generasi muda maka akan
mengakibatkan moral yang merosot. Daradjat (1982) mengatakan semakin merosotnya
moral para pelajar merupakan salah satu akibat dari pesatnya perkembangan
teknologi yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas budi pekerti
pelajar. Perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk terus
dapat bersaing diera globalisasi (Heru Dwi Wahana, 2015).
Salah satu
fungsi pendidikan karakter yaitu membentuk manusia Indonesia yang optimis dan
percaya diri. Sikap optimis dan percaya
diri harus betuk-betul ditanamkan kepada peserta didik sejak dini. Kurangnya sikap
optimis dan pecaya diri menjadikan faktor bangsa Indonesia kehilangan semangat
untuk dapat bersaing menciptakn kemajuan disegala bidang. Pada masa depan,
tentu saja kita mengharapkan sosok-sosok yang optimis dan penuh percaya diri
dalam menghadapi berbagai situasi. Dan hal ini tidak akan terwujud jika kedua
hal itu tidak ditanamkan pada peserta
didik sejak dini.
Pemuda selalu
identik dengan perubahan, pergerakan dan kreativitas seperti pada masa
proklamasi kemerdekaan. Peran para pemuda pada saat itu sangat luar biasa,
kalau sekiranya para pemuda saat itu tidak melakukan pengasingan terhadap bapak
Soekarno Hatta mungkin sampai sekarang bangsa kita belum merdeka. Maka tidak
berlebihan jika pemuda disebut generasi yang memiliki tanggung jawab dalam
membawa suatu bangsa kearah yang lebih baik atau malah sebaliknya. Oleh karena
itu, kita harus mempersiapkan generasi penerus bangsa yang partisipatif dalam
pembangunan bangsa dan negara (Syaripuddin, 2018). Peran pemuda yang disebutkan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.40 tahun 2009 pasal 16 bahwa pemuda
berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial dan agen perubahan dalam
segala aspek pembangunan naisonal. Peran yang harus diemban ini haruslah
menjadi poin penting dalam kehidupan sehari-harinya (Bintari&Darmawan,
2016). Kontribusi anak muda dalam pembangunan memang tidak harus tampak dari
segi fisik, tetapi bias dari segala hal. Mulai dari prestasi akademik hingga
yang bersifat olahraga.
Salah
satu peran pemuda dalam pembangunan yaitu terutam dalam pembngunan
perekonomian. Pembangunan adalah insan-insan yang menjadi SDM yang
berkualitas. Karena sumber daya alam
(SDA) saja tidak cukup jika tidak didukung dengan SDM yang berkompeten dalam
pengetahuan dan teknologi. Sebagai pemuda sudah selayaknya kita mengambil peran
dalam pembangunan nasional, menjalankan tugas dan kewajiban sebagai penerus
bangsa dalam melakukan perubahan. Sebagai tulang punggung perekonomian yang
memikul tangguang jawab dalam memajukan bangsa, pemuda harus bisa melanjutkan
dan mengisi perannnya untuk pembangunan dan perbaikan bangsa, dengan menggali
kembali eksistensi dalam cita-cita kemandirian bangsa dibidang perekonomian.
Lalu apa
yang harus kita lakukan sebagai pemuda untuk mewujudkan kemandirin bangsa?
Pertama, meningkatkan produktivitas dan kualitas dalam proses industri, karena
tanpa peningkatan tersebut kita tidak mampu bersaing. Karena kenyataan
masyarakat kita lebih percaya pada produk luar. Sebuah kalimat “kemandirian”
akan terealisasi jika sebagai penggerak pembangunan, pemuda mampu menciptakan
konsep kreatifitas dan daya saing guna memenuhi kebutuhan bangsa, baik dalam
kebutuhan sandang, pangan maupun papan.
Kedua,
membiasakan untuk menjadi pencipta sesuatu yang selalu muncul dengan
gebrakan-gebrakan kreativitasnya, sehingga kita sebagai pemuda tidak hanya
menjadi penikmat konsumsi. Harus kita akui globalisasi yang berkembang dewasa
ini menyebabkan kaburnya batasan antar negara, tak terkeculi dalam bidang
ekonomi. Dalam keadaan seperti ini pemuda dituntut untuk lebih kreatif dan
mengeluarka ide-idenya. Untuk menghadapi globalisasi yang semakin pesat
dibutuhkan peranan pemuda dalam perencanaan menjadi kelompok inovatif, kreatif,
kompetitif, mandiri serta mempunyai ketangguahan untuk tetap bertahan pada
persaingan dengan dunia luar. Sebenarnya perlu dibangun oleh bangsa Indonesia
adalah kualitas SDM dimana kekuatan terletak pada generasi mudanya.
Ketiga,
mewujudkan kemandirian dan kemajuan bangsa perlu didukung oleh kemampuan
mengembangkan potensi diri dan konsep yang terarah. Konsep kemandirian itu
sendiri bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan dan pengerjaan segala sesuatu
untuk diri sendiri dengan kekuatan dan kemampuan sendiri. Sebisa mungkin tidak
bergantung pada orang lain sesuai dengan semangat yang dicita-citakan oleh Bung
Karno berdiri diatas kaki sendiri (berdikari). (Handitya, 2019).
Seperti
kita ketahui bahwa salah satu tujuan penting perencanaan ekonomi di Negara
sedang berkembang (NSB) termaksud di Indonesia adalah untuk meningktkan laju
pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan tersebut berarti perlu juga
meningkatkan laju pertumbuhan modal dengan cara meningkatkan tingkat
pendapatan, tabungan dan investasi. Untuk Negara Indonesia peningkatan laju
pembentukan ini menghadapi berbagai kendala. Salah satunya adalah kemiskinan
masyarakay Indonesia itu sendiri. Hal ini diakibatkan karena tingkat tabungan
yang rendah dikarenakan tingkat pendapatan yang juga rendah (Wibowo, 2008).
Maka diharapkan pemuda generasi penerus pembangunan bangsa Indonesia
betul-betul menjadi pemuda yang meliliki jiwa nasionalisme sehingga mampu
menyelesaikan permasalahan bangsa indonesia dimasa mendatang.
REFERENSI
Zulkifli & Emyurida. (2014).
Dunia Pendidikan : Antara Dilema dan Harapan. Jurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Budaya
dan Sosial, Vol.4, No.14, Oktober 2014, hlm.81.
Suwartini, S. (2017). Pendidikan
Karakter dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Keberlanjutan. Jurnal Pendidikan
Ke-SD-an, Vol.4, No.1, September 2017, hlm.223.
Wahana, H.D. (2015). Pengaruh
Nilai-Nilai Budaya Generasi Millennial dan Budaya Sekolah Terhadap Ketahanan
Individu. Jurnal Ketahanan Nasional, XXI(1), April 2015, hlm.16.
Syaripuddin. (2018).
Mempersiapkan Remaja Bangsa menjadi Generasi yang Ideal Sejak Dini, agar dapat
Berprestasi Aktif dalam Upaya Pembangunan Bangsa yang Lebih Baik. Jurnal Ilmiah
Maju, Vol.1, No.1, Juni 2018, hlm.41-42.
Bintari, P.N &Darmawan, C.
(2016). Peran Pemuda Sebagai Penerus Tradisi Sambat dalam Rangka Pembentukan
Karakter Gotong Royong. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol.25, No.1, Edisi Juni
2016, hlm.68.
Handitya, B. (2019). Menyamai
Nilai Pancasila pada Generasi Muda Cendikia. Adil Indonesia Jurnal, Vol.2,
No.1, Juli 2019, hlm.15.
Wibowo, E. (2008). Perencanaan
dan Strategi Pembangunan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol.8,
No.1, April 2008, hlm.18.
0 komentar:
Posting Komentar