15.6.20

Metode penilaian Pro kontra new normal dimasa pandemi Covid-19


Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial Semester Genap 2019/2020

Ingga Octiana (19310410007)
Dosen pengampu       : Dr., Dra. Arundati shinta MA
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 
Yogyakarta

Metode penilaian Pro kontra new normal dimasa pandemi Covid-19

Dalam masa Pandemi Covid-19 Pemerintah menerapakan Physical Distancing untuk masyarakat luas segala sesuatunya kita lakukan secara Online ini sangat berpengaruh pada kegiatan kehidupan kesahiran, sekolah, kuliah hingga perekonomian pun memburuk banyaknya usaha offline yang tutup bahkan ada yang bangkrut dan tidak bisa membuka usahanya lagi akibat wabah ini.
Akibat dari Physical Distancing menyebabkan semua kegiatan sosial yang ada selama ini dihentikan sementara. Namun Sementara ini pemerintah mulai memberlakukan new normal pasti akan ada perbedaan pendapat pada masyarakat ada yang kontra (mendukung) dan ada yang prokontra ( tidak mendukung) untuk mengetahui seberapa besar perbedaan yang ada beberapa metode pengambilan data yang dapat digunakan dalam psikologi sosial yaitu :
https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrwJU2YLOdei3kAI6Z.HYpQ;_ylu=X3oDMTBtdXBkbHJyBHNlYwNmcC1hdHRyaWIEc2xrA3J1cmw-/RV=2/RE=1592237336/RO=11/RU=https%3a%2f%2fmagazine.job-like.com%2fcara-sederhana-meningkatkan-kemampuan-teknis-saat-mengikuti-wawancara-kerja%2f/RK=2/RS=yU5qQnjX5AB4H.x7GkrMcHe4Og0-

Menurut Anas Sudijono, 2012 Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,  berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Metode Wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan dua orang untuk bisa mendapatkan informasi yang relevan dengan penelitian. cara pengumpulan data melalui sebuah percakapan langsung atau berhadapan muka  untuk mendapatkan keterangan atau pendirian responden. Metode wawancara kemudian terbagi menjadi Tiga  yaitu Wawancara untuk Penelitian, Wawancara tidak berstruktur, dan Wawancara berstruktur.

Wawancara berstruktur Wawancara terpimpin dikenal dengan istilah wawancara berstruktur atau wawancara sistematis. Bentuk wawancara berstruktur, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sudah direncanakan secara rinci dan jelas dan dijadikan sebagai pedoman wawancara. Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak-pihak yang diperlukan, misalnya wawancara dengan peserta didik, orang tua, atau wali murid dalam rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didiknya

Wawancara tidak berstruktur Wawancara tidak terpimpin dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara tidak berstruktur, atau wawancara bebas. Bentuk pertanyaan tak berstruktur, yaitu pertanyaan yang bersifat terbuka. Peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini tidak memberi struktur jawaban kepada peserta didik karena jawaban dalam pertanyaan itu bebas. Dalam wawancara tidak berstruktur, evaluator mengajukan pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu.

Wawancara untuk Penelitian Wawancara ini bisa mengunakan kedua metode wawancara yaitu wawancara berstruktur atau wawancara tidak berstruktur berisikan data-data yang ingin dikumpulkan untuk penelitian. Dalam tahapan persiapan wawancara terdiri dari Menentukan maksud atau tujuan wawancara “topik wawancara. Menentukan informasi yang akan dikumpulkan atau didata. Memilih instansi atau orang-orang yang akan dijadikan sebagai narasumber yang dapat memberikan informasi keterangan atau data yang diperlukan. Menghubungi narasumber sebelum wawancara dilaksanakan sekaligus merundingkan dengan mereka hal-hal yang berkaitan dengan teknik pelaksanaan wawancara misalnya mengenai waktu, tempat dan sebagainya. Dan menyusun daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam pelaksanaan wawancara.

Wawancara memiliki kelebihan. Dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya, Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar, Pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan personal,Memungkinkan untuk mengajukan banyak pertanyaan yang memerlukan waktu yang panjang. Memungkinkan bagi pewawancara untuk memahami kompleksitas masalah dan menjelaskan maksud penelitian kepada responden. Partisipasi responden lebih tinggi dibandingkan teknik kuesioner.
Namun wawancara juga memiliki kelemahan antara lain sebagai berikut, Jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya. Adakalanya terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga  data kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan, Situasi wawancara mudah dipengaruhi lingkungan sekitar, Menuntut penguasaan keterampilan bahasa yang baik dari interviewer. Adanya pengaruh subyektif pewawancara yang dapat mempengaruhi hasil wawancara. Adanya pengaruh subjektifitas dari interviewer terhadap hasil wawancara, dan Sering timbul sikap yang kurang baik dari peserta didik yang diwawacarai dan sikap overaction dari guru sebagai pewawancara.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang mungkin terdapat dalam wawancara, adapun upaya-upaya untuk mengatasinya adalah :
Kondisikan keadaan agar lebih baik sehingga tidak terpengaruh keadaan lingkungan yang kurang baik. Bahasa yang digunakan bisa disesuaikan dengan klien agar klien mengerti dan faham. Minimalkan waktu, tenaga, dan biaya yang ada.

Metode Angket / Kuesioner
Kuisioner atau angket biasanya digunakan sebagai alat penelitian untuk survei atau pencarian menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuesioner dapat terdiri dari dua pertanyaan; pertanyaan tertutup dan terbuka. Kuesioner dengan pertanyaan tertutup menawarkan kemungkinan kepada responden untuk memilih jawaban yang telah disebutkan dalam kuesioner. Pertanyaan terbuka menawarkan kesempatan kepada pembaca untuk menuliskan jawaban mereka sendiri. Tidak ada standar baku mengenai struktur kuesioner. Namun, kuesioner setidaknya harus berisi identitas dan pertanyaan penelitian. Perlu dicatat bahwa identitas responden tidak boleh menjadi identitas aslinya. Bahkan dalam beberapa penelitian tidak perlu menuliskan nama responden untuk melindungi kerahasiaan responden dan untuk mendukung etika penelitian.
 Identitas responden yang umumnya dicatat adalah usia, jenis kelamin, tahun kelahiran, dan variabel lain yang berguna untuk analisis. Jadi Angket bisa menjadi data yang dianggap valid namun keabsahannya tidak pernah ada yang mengetahuinya. Karena data yang dibuat bisa dimanipulasi, yang termasuk psikotes  adalah Tes Army Alpha, Tes Efektifitas Diri, Tes Enneagram, Tes EPPS, Tes MBTI, Tes Ketelitian, Tes Kode dan Ingatan, Tes TPA (Kuantitatif, Logika, Verbal & Spasial), Tes MAPP, Tes Motivasi Kepemimpinan, Tes Motivasi, Tes Koran Pauli, Tes Skala Kematangan (TSK), Tes Kerjasama dan Tes Potensi Sukses.

Self-report
Self-report adalah salah satu bentuk tes kepribadian dimana responden memberikan informasi tentang dirinya sendiri dengan cara menjawab sejumlah pertanyaan, menuliskan pada catatan pribadi atau melaporkan berbagai pemikiran danatau perilaku Cohen dkk., 2005. Self-report digunakan untuk mengukur ciri khusus dari seseorang seperti aspek emosi, motivasi dan sikap. Self-report juga dikenal dengan sebutan self-report inventory di mana istilah “inventori” digunakan karena hasil pengukuran yang diperoleh berasal dari jawaban pada serangkaian pertanyaan atau pernyataan responden mengenai dirinya sendiri Markam, 2005. Self-report dianggap sebagai kuesioner karena pada dasarnya pembuatan self-report ini disusun dengan teknik pembuatan kuesioner Anastasi dan Urbina, 1997. 10. Self-report meiliki tiga metode yaitu :
angket,( sebagai alat penelitian untuk survei atau pencarian menggunakan pendekatan kuantitatif.)
sekala rating, (responden memberikan peringkat untuk suatu variabel)
Sosiometri. (Bimo Walgito, 1987 Metode sosiometri dalam psikologi sosial ialah metode untuk dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berindividu individu)
Metode-metode diatas tersebut dapat kita gunakan untuk mengetahui bagaimana responsif masyarakat tentang diberlakukannya New Normal yang diterapkan oleh Pemerintah.

PPT Psikologi Sosial Pertemuan ke-5


0 komentar:

Posting Komentar