8.6.20

MENGUNGKAP DAMPAK COVID 19 BAGI INDUSTRI PANGAN KEMARITIMAN


MENGUNGKAP DAMPAK COVID 19 BAGI INDUSTRI  PANGAN KEMARITIMAN
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

Oleh
Rr.Sekarlangit Ayuningtyas Rahawarin (18.310.410.1179)


Jumlah kasus Covid-19 yang semakin meningkat melemahkan perekonomian nasional maupun internasional. Berbagai sektor bisnis mengalami perlambatan akibat virus Covid-19. Mulai dari sektor pariwisata, penerbangan, perhotelan, farmasi, alat berat, otomotif, perkebunan hingga pertambangan batubara. Dalam situasi krisis seperti ini, sector pangan kemaritiman  dapat menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja, penggantian produksi barang konsumsi atau setengah jadi. . Tulisan ini mengkaji dampak wabah Covid-19 terhadap perlambatan sector pangan kemaritiman, dampak psikolgis  perlambatan sector pangan kemaritiman serta melihat upaya pemerintah dalam memperkuat sector pangan kemaritiman.
Dampak wabah Covid-19 terhadap perlambatan sector pangan kemaritiman adalah yang Pertama, harga ikan yang turun drastis hingga 50 persen.  Hal ini sesuai yang terjadi di Pelabuhan Perikanan Nusantara, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.. Amir sebagai nelayan mengaku, dampak lain yang dia rasakan yaitu waktu memancing di laut lebih diperpendek menjadi 3-4 hari. Alhasil, tangkapan ikan semakin sedikit. Padahal sekarang ini cuaca sedang bagus untuk mencari ikan di laut. Biasanya selama seminggu di laut paling tidak bisa membawa pulang 4-5 kuintal hasil tangkapan ikan. “Kalau stabil minimal bisa dapat Rp15 juta. Sekarang ini habis di perbekalan (untuk melaut),” imbuhnya.Sekali berangkat, lanjut dia, nelayan biasanya menghabiskan Rp6-7 juta untuk biaya operasional termasuk untuk perbekalan melaut. Untuk itu dia berharap pemerintah bisa menstabilkan harga ikan di tingkat nelayan atau menurunkan harga barang pokok kebutuhan nelayan, seperti harga solar. (www.mongabay.co.id, 27 mei 2020)
 Kedua, Semenjak
merebaknya wabah virus Corona ini penghasilan para nelayan  menurun menjadi Rp1-1,5 juta dikarenakan adanya pembatasan lockdown di beberapa negara. Sehingga banyak restoran-restoran yang tutup. Akibatnya, volume ekspor ikan menurun. Nelayan di Kota Tegal ikut merasakan dampak wabah virus korona. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di Tegal, di saat pendapatan mereka terus menurun drastis akibat daya serap ikan menurun, banyak di antara mereka terbelit utang atau kredit perbankan. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Riswanto  mengatakan para nelayan saat ini membutuhkan bantuan dari pemerintah. Selainitu , nelayan meminta keringanan dari asuransi dan perbankan. Riswanto mengakui tidak sedikit dari mereka kesulitan membayar cicilan, mengingat pendapatan mereka turun drastis atau bahkan tidak ada sama sekali. “Untuk nelayan menengah ke atas bisa memiliki utang Rp 500 juta hingga Rp 2 miliar. Kalau nelayan tradisional kemungkinan di bawah Rp 500 juta,” katanya. ( www.suaramerdeka.com, 27 mei 2020)
 Ketiga, akses pengiriman sarana produksi dan logistik di bidang kelautan dan perikanan karena Sektor Perikanan, khususnya sub sektor perikanan budidaya  sangat erat kaitannya dengan masalah suplai pangan bagi masyarakat. Di tengah wabah COVID-19 ini tantangan kita adalah penyediaan pangan termasuk di dalamnya produk ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meminta kepada kepala daerah agar akses pengiriman sarana produksi dan logistik di bidang kelautan dan perikanan tidak dibatasi, termasuk wilayah-wilayah yang menjadi zona merah pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal itu dilakukan menyusul banyaknya keluhan dari para pelaku usaha perikanan yang terkendala dalam akses keluar dan masuk wilayah yang terkendala dalam akses keluar dan masuk wilayah yang mengeluarkan kebijakan pembatasan dan penutupan akses ke wilayahnya masing-masing belakangan ini. Padahal, Presiden Joko Widodo dalam arahannya meminta daerah untuk mempermudah akses pengiriman logistik untuk mensuplai kebutuhan pangan masyarakat sehingga produktivitas, daya beli dan suplai pangan tetap terjaga.
Ketua KKP,  Slamet, telah mengirim surat permohonan kepada gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 agar memberikan jaminan akses keluar dan masuk distribusi input produksi perikanan dan logistik ikan ke berbagai wilayah. Ini penting untuk memberikan kepastian usaha, khususnya bagi UMKM perikanan.“Pak Menteri sudah kirim surat resmi ke Bapak Presiden, cq: Kepala Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pak Donny (Munardo). Intinya meminta agar akses distribusi input produksi dan logistik ikan tidak mengalami gangguan,” jelasnya.
Sementara itu dampak psikologis dari perlambatan sector pangan kemaritiman menurut Adam Benson adalah  penurunan pendapatan  kerap kali menghasilkan duka yang sama seperti saat kehilangan orang terkasih. Tahapan emosional dalam berduka pun sama, diawali dengan kekagetan dan penyangkalan, lalu rasa marah dan menawar, kemudian diakhiri dengan penerimaan dan harapan."Yang bisa saya sampaikan kepada orang-orang adalah menekankan bahwa mereka sedang berada dalam tahap kehilangan, dan ketika mereka menyadari ini, mereka bisa lebih sabar terhadap diri sendiri." (www.bbc.com ,29 mei 2020)

Upaya pemerintah dalam memperkuat sector pangan kemaritiman adalah melaksanakan rapat koordinasi dengan mengundang Para Menteri dan Ketua Lembaga terkait untuk membahas penyiapan kebijakan guna mendukung sektor kelautan dan perikanan tetap kuat menghadapi kondisi pandemi Covid-19. mengumumkan paket stimulus untuk menjaga kinerja perekonomian yang tengah tertekan akibat wabah virus Covid-19. Koordinasi ini adalah untuk menindaklanjuti Instruksi Presiden No. 4 tahun 2020 tentang Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam rangka Percepatan Penanganan Covid-19, utamanya membantu sektor kelautan dan perikanan sebagai bagian penting dari ketahanan pangan nasional, apalagi dalam kondisi tidak biasa saat ini” ujar Menko Luhut saat melaksanakan video conference Rakor mengenai kebijakan sektor kelautan dan perikanan dalam menghadapi pandemi Covid-19, di Jakarta pada Jum’at (17-04-2020). Menteri Koordinator Bidang Perkonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pada paket stimulus tahap II untuk mengurangi dampak virus Covid-19 ke perekonomian pemerintah mengalokasikan anggaran Rp22,9 triliun. Jika ditambahkan dengan alokasi anggaran paket stimulus tahap I untuk industri pariwisata, perumahan dan bansos sebesar Rp10,3 triliun maka keseluruhan anggaran pemerintah untuk meredam dampak Covid-19 sebesar Rp33,2 triliun (kompas.com, 14 Maret 2020).
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa , harga ikan yang turun drastis hingga 50 persen  membuat para nelayan enggan untuk melaut dikarenakan adanya pembatasan lockdown di beberapa negara. Sehingga banyak restoran-restoran yang tutup. Akibatnya, volume ekspor ikan menurun dan berdampak juga  pada psikologis individu berupa perubahan tahapan emosional seseorang.  Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait perlambatan ekonomi akibat wabah Covid-19 yaitu dengan memberikan insentif di sektor perikanan , menambah hari cuti bersama, dan keringanan pembayaran utang bagi pelaku 
referensi 
 
www.suaramerdeka.com, 27 mei 2020)
www.mongabay.com 
(www.bbc.com ,29 mei 2020)

0 komentar:

Posting Komentar