MENGUNGKAP DAMPAK COVID 19 BAGI INDUSTRI PANGAN KEMARITIMAN
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
Oleh
Rr.Sekarlangit Ayuningtyas Rahawarin (18.310.410.1179)
Jumlah
kasus Covid-19 yang semakin meningkat melemahkan perekonomian nasional maupun
internasional. Berbagai sektor bisnis mengalami perlambatan akibat virus
Covid-19. Mulai dari sektor pariwisata, penerbangan, perhotelan, farmasi, alat
berat, otomotif, perkebunan hingga pertambangan batubara. Dalam situasi krisis
seperti ini, sector pangan kemaritiman dapat menjadi andalan dalam penyerapan tenaga
kerja, penggantian produksi barang konsumsi atau setengah jadi. . Tulisan ini
mengkaji dampak wabah Covid-19 terhadap perlambatan sector pangan kemaritiman, dampak
psikolgis perlambatan sector pangan kemaritiman serta melihat upaya pemerintah dalam memperkuat sector
pangan kemaritiman.
Dampak wabah Covid-19 terhadap perlambatan sector pangan kemaritiman adalah
yang Pertama, harga
ikan yang turun drastis hingga 50 persen. Hal ini sesuai yang terjadi di Pelabuhan
Perikanan Nusantara, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.. Amir sebagai
nelayan mengaku, dampak lain yang dia rasakan yaitu waktu memancing di laut lebih
diperpendek menjadi 3-4 hari. Alhasil, tangkapan ikan semakin sedikit. Padahal
sekarang ini cuaca sedang bagus untuk mencari ikan di laut. Biasanya selama
seminggu di laut paling tidak bisa membawa pulang 4-5 kuintal hasil tangkapan
ikan. “Kalau stabil minimal bisa dapat Rp15 juta. Sekarang ini habis di
perbekalan (untuk melaut),” imbuhnya.Sekali berangkat, lanjut dia, nelayan
biasanya menghabiskan Rp6-7 juta untuk biaya operasional termasuk untuk
perbekalan melaut. Untuk itu dia berharap pemerintah bisa menstabilkan harga
ikan di tingkat nelayan atau menurunkan harga barang pokok kebutuhan nelayan,
seperti harga solar. (www.mongabay.co.id, 27 mei 2020)
Kedua, Semenjak
merebaknya wabah virus Corona ini penghasilan para
nelayan menurun menjadi Rp1-1,5 juta dikarenakan
adanya pembatasan lockdown di beberapa negara. Sehingga banyak
restoran-restoran yang tutup. Akibatnya, volume ekspor ikan menurun.
Nelayan di Kota Tegal ikut merasakan
dampak wabah virus korona. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di Tegal, di saat
pendapatan mereka terus menurun drastis akibat daya serap ikan menurun, banyak
di antara mereka terbelit utang atau kredit perbankan. Ketua Himpunan Nelayan
Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Riswanto mengatakan para nelayan saat
ini membutuhkan bantuan dari pemerintah. Selainitu , nelayan meminta keringanan
dari asuransi dan perbankan. Riswanto mengakui tidak sedikit dari mereka kesulitan
membayar cicilan, mengingat pendapatan mereka turun drastis atau bahkan tidak
ada sama sekali. “Untuk nelayan menengah ke atas bisa memiliki utang Rp 500
juta hingga Rp 2 miliar. Kalau nelayan tradisional kemungkinan di bawah Rp 500
juta,” katanya. ( www.suaramerdeka.com, 27 mei 2020)Ketiga, akses pengiriman sarana produksi dan logistik di bidang kelautan dan perikanan karena Sektor Perikanan, khususnya sub sektor perikanan budidaya sangat erat kaitannya dengan masalah suplai pangan bagi masyarakat. Di tengah wabah COVID-19 ini tantangan kita adalah penyediaan pangan termasuk di dalamnya produk ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meminta kepada kepala daerah agar akses pengiriman sarana produksi dan logistik di bidang kelautan dan perikanan tidak dibatasi, termasuk wilayah-wilayah yang menjadi zona merah pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal itu dilakukan menyusul banyaknya keluhan dari para pelaku usaha perikanan yang terkendala dalam akses keluar dan masuk wilayah yang terkendala dalam akses keluar dan masuk wilayah yang mengeluarkan kebijakan pembatasan dan penutupan akses ke wilayahnya masing-masing belakangan ini. Padahal, Presiden Joko Widodo dalam arahannya meminta daerah untuk mempermudah akses pengiriman logistik untuk mensuplai kebutuhan pangan masyarakat sehingga produktivitas, daya beli dan suplai pangan tetap terjaga.
Ketua KKP, Slamet, telah mengirim surat permohonan kepada
gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 agar memberikan jaminan akses keluar
dan masuk distribusi input produksi perikanan dan logistik ikan ke berbagai
wilayah. Ini penting untuk memberikan kepastian usaha, khususnya bagi UMKM
perikanan.“Pak Menteri sudah kirim surat resmi ke Bapak Presiden, cq: Kepala
Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pak Donny (Munardo).
Intinya meminta agar akses distribusi input produksi dan logistik ikan tidak
mengalami gangguan,” jelasnya.
Sementara itu dampak psikologis dari perlambatan sector pangan
kemaritiman menurut Adam Benson
adalah penurunan pendapatan kerap kali menghasilkan duka yang sama
seperti saat kehilangan orang terkasih. Tahapan emosional dalam berduka pun
sama, diawali dengan kekagetan dan penyangkalan, lalu rasa marah dan menawar,
kemudian diakhiri dengan penerimaan dan harapan."Yang bisa saya sampaikan
kepada orang-orang adalah menekankan bahwa mereka sedang berada dalam tahap
kehilangan, dan ketika mereka menyadari ini, mereka bisa lebih sabar terhadap
diri sendiri." (www.bbc.com ,29 mei 2020)
Upaya pemerintah dalam
memperkuat sector pangan kemaritiman adalah melaksanakan rapat koordinasi dengan mengundang Para Menteri dan
Ketua Lembaga terkait untuk membahas penyiapan kebijakan guna mendukung sektor
kelautan dan perikanan tetap kuat menghadapi kondisi pandemi Covid-19. mengumumkan
paket stimulus untuk menjaga kinerja perekonomian yang tengah tertekan akibat
wabah virus Covid-19. Koordinasi ini adalah untuk menindaklanjuti Instruksi
Presiden No. 4 tahun 2020 tentang Refocusing Kegiatan, Realokasi
Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam rangka Percepatan Penanganan
Covid-19, utamanya membantu sektor kelautan dan perikanan sebagai bagian
penting dari ketahanan pangan nasional, apalagi dalam kondisi tidak biasa saat
ini” ujar Menko Luhut saat melaksanakan video conference Rakor
mengenai kebijakan sektor kelautan dan perikanan dalam menghadapi pandemi
Covid-19, di Jakarta pada Jum’at (17-04-2020).
Menteri Koordinator Bidang
Perkonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pada paket stimulus tahap II untuk
mengurangi dampak virus Covid-19 ke perekonomian pemerintah mengalokasikan
anggaran Rp22,9 triliun. Jika ditambahkan dengan alokasi anggaran paket
stimulus tahap I untuk industri pariwisata, perumahan dan bansos sebesar Rp10,3
triliun maka keseluruhan anggaran pemerintah untuk meredam dampak Covid-19
sebesar Rp33,2 triliun (kompas.com, 14 Maret 2020).
Dari uraian di atas dapat
di simpulkan bahwa , harga ikan yang turun
drastis hingga 50 persen membuat para nelayan enggan untuk melaut dikarenakan adanya pembatasan lockdown di
beberapa negara. Sehingga banyak restoran-restoran yang tutup. Akibatnya,
volume ekspor ikan menurun dan berdampak juga
pada psikologis individu berupa perubahan tahapan emosional
seseorang. Pemerintah
telah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait perlambatan ekonomi akibat wabah
Covid-19 yaitu dengan memberikan insentif di sektor perikanan , menambah hari
cuti bersama, dan keringanan pembayaran utang bagi pelaku
referensi
www.mongabay.com
(www.bbc.com ,29 mei 2020)
0 komentar:
Posting Komentar