12.6.20

MENGONTROL PERILAKU AGRESIF / AGRESIVITAS


Phrahasti Sito Resmi / 19310410038

DOSEN PENGAMPU: Dr. Arundati Shinta, MA


Agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan untuk melukai, menyakiti / merusak. Batasan ini tidak berlaku untuk perilaku khusus seperti proses pengobatan gigi yang menyakitkan atau kecelakaan. Beberapa perilaku yang termasuk dalam batasan tersebut antara lain menampar, menghina,  dan bergosip. Perilaku semacam itu bisa dilakukan dengan tenang, ‘dingin’ (tanpa diiringi perasaan takut atau penyesalan) dan terencana rapi sampai hasilnya tampak nyata, atau justru dilakukan secara meledak-ledak (impulsif). Istilah lain dari agresif ialah perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan. Perasaan dan tindakan agresif ini dapat diarahkan kepada orang atau benda.

Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut, rasa frustasi, kekerasan dalam rumah tangga, masa lalu yang tidak menyenangkan, kehilangan orang yang berarti, kehidupan yang penuh dengan agresif. Intervensi secara umum yang dilakukan pada individu yang berperilaku agresif / perilaku kekerasan bervariasi yang berada dalam rentang preventive strategies, Anticipatory Strategies, dan Containment Strategies. Strategi pencegahan (preventive strategies), meliputi kesadaran diri, psikoedukasi pada klien, dan latihan asertif. Strategi antisipasi (Anticipatory Strategies) meliputi komunikasi, perubahan lingkungan, perilaku dan psikofarmaka. Kemarahan yang dapat mengancam, keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan (kegawat daruratan psikiatri) yang tidak dapat dikontrol dengan terapi psikofarmaka maka perlu dilakukan strategi penahanan (containment Strategies) yang meliputi manajemen krisis, pembatasan gerak, dan pengikatan.

Kontrol diri dan agresi seperti dua kutub yang saling bertolak belakang. Hal ini ditunjukkan dalam riset yang melihat kuatnya pengaruh sifat agresif dalam memprediksi munculnya perilaku marah, sementara di sisi lain kuatnya kontrol diri mengarah pada minimnya perilaku marah yang muncul. Saat desakan agresi menguat, kontrol diri dapat membantu seseorang untuk mengabaikan dorongan pemenuhan kebutuhan agresinya, dan menolong individu tersebut untuk merespon sesuai dengan standar personal atau sosial dengan memberi peringatan pada agresi. Mencermati hal ini, bisa dipahami apabila terdapat hal-hal yang melemahkan, kontrol diri melemah maka agresi akan meningkat, dan sebaliknya jika ada faktor-faktor yang menguatkan kontrol diri, maka di situlah kemudian agresi akan menurun.






Referensi :
Hani Tuasikal, Selpina Embuai. 2020. UPAYA MENGONTROL PERILAKU AGRESIF PADA PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY. Keperawatan Jiwa. 8 (1), 27-32.
Lita Widya Hastuti. 2018. Kontrol Diri dan Agresi: Tinjauan Meta- Analisis. Bulletin Psikologi. 26 (1), 42-53.

0 komentar:

Posting Komentar