Phrahasti Sito Resmi / 19310410038
DOSEN
PENGAMPU: Dr. Arundati Shinta, MA
Agresi
merupakan perilaku yang dimaksudkan untuk melukai, menyakiti / merusak. Batasan
ini tidak berlaku untuk perilaku khusus seperti proses pengobatan gigi yang
menyakitkan atau kecelakaan. Beberapa perilaku yang termasuk dalam batasan
tersebut antara lain menampar, menghina,
dan bergosip. Perilaku semacam itu bisa dilakukan dengan tenang, ‘dingin’
(tanpa diiringi perasaan takut atau penyesalan) dan terencana rapi sampai
hasilnya tampak nyata, atau justru dilakukan secara meledak-ledak (impulsif).
Istilah lain dari agresif ialah perasaan marah atau tindakan kasar akibat
kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan. Perasaan dan
tindakan agresif ini dapat diarahkan kepada orang atau benda.
Beberapa
faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut, rasa frustasi,
kekerasan dalam rumah tangga, masa lalu yang tidak menyenangkan, kehilangan
orang yang berarti, kehidupan yang penuh dengan agresif. Intervensi secara umum
yang dilakukan pada individu yang berperilaku agresif / perilaku kekerasan
bervariasi yang berada dalam rentang preventive strategies, Anticipatory
Strategies, dan Containment Strategies. Strategi pencegahan (preventive
strategies), meliputi kesadaran diri, psikoedukasi pada klien, dan latihan
asertif. Strategi antisipasi (Anticipatory Strategies) meliputi komunikasi,
perubahan lingkungan, perilaku dan psikofarmaka. Kemarahan yang dapat mengancam,
keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan (kegawat daruratan
psikiatri) yang tidak dapat dikontrol dengan terapi psikofarmaka maka perlu
dilakukan strategi penahanan (containment Strategies) yang meliputi manajemen
krisis, pembatasan gerak, dan pengikatan.
Kontrol
diri dan agresi seperti dua kutub yang saling bertolak belakang. Hal ini
ditunjukkan dalam riset yang melihat kuatnya pengaruh sifat agresif dalam
memprediksi munculnya perilaku marah, sementara di sisi lain kuatnya kontrol
diri mengarah pada minimnya perilaku marah yang muncul. Saat desakan agresi
menguat, kontrol diri dapat membantu seseorang untuk mengabaikan dorongan
pemenuhan kebutuhan agresinya, dan menolong individu tersebut untuk merespon
sesuai dengan standar personal atau sosial dengan memberi peringatan pada
agresi. Mencermati hal ini, bisa dipahami apabila terdapat hal-hal yang
melemahkan, kontrol diri melemah maka agresi akan meningkat, dan sebaliknya
jika ada faktor-faktor yang menguatkan kontrol diri, maka di situlah kemudian
agresi akan menurun.
Referensi
:
Hani
Tuasikal, Selpina Embuai. 2020. UPAYA MENGONTROL PERILAKU AGRESIF PADA
PERILAKU KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY.
Keperawatan Jiwa. 8 (1), 27-32.
Lita Widya Hastuti. 2018. Kontrol Diri dan Agresi: Tinjauan Meta-
Analisis. Bulletin Psikologi. 26 (1), 42-53.
0 komentar:
Posting Komentar