Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial 1
(Semester Genap 2019/2020)
(Semester Genap 2019/2020)
Dosen Pengampu : Dra. Arundati Shinta, MA
Trias Sabila Rahmah
19310410036
Rokok adalah gulungan tembakau
yang digulung dengan kertas, daun, atau kulit jagung, biasanya dihisap
seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia
berbahaya. Dikutip dari laman Dinkes Banten, hanya dengan membakar dan
menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 400 jenis bahan
kimia penyebab kanker. Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebabkan
ketagihan dan ketergantungan bagi orang yang menghisapnya.
Rokok (Sumber : Liputan6)
Prevalensi merokok di Indonesia
sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat, terutama pada laki-laki mulai
dari anak-anak, remaja dan dewasa. Kecenderungan merokok terus meningkat dari
tahun ke tahun baik pada laki-laki dan perempuan. Sarafino dalam Indartik
(2009) mengemukakan bahwa merokok biasanya dimulai sejak usia belasan tahun dan
faktor psikososial merupakan sumber utama yang menuntun remaja untuk mulai
merokok.
Merokok adalah kebiasaan yang buruk
bagi kesehatan. Menurut Aditama (1992), penelitian yang dilakukan para ahli
memberikan bukti nyata adanya bahaya merokok bagi kesehatan si perokok dan
orang di sekitarnya. Para ahli dari WHO menyatakan bahwa di negara dengan
kebiasaan merokok yang telah meluas, kebiasaan tersebut mengakibatkan
terjadinya 80%-90% kematian akibat kanker paru di seluruh negara itu, 75% dari
kematian akibat bronkhitis, 40% kematian akibat kanker kandung kencing dan 25%
kematian akibat penyakit jantung iskemik. Aditama juga menyebutkan bahwa
menurut laporan WHO beberapa penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan
merokok, yaitu kanker paru-paru, bronkhitis kronik, dan emfisema, penyakit
jantung iskemik, dan penyakit kardiovaskuler lain, ulkus peptikum, kanker mulut
atau tenggorokan, kerongkongan, penyakit pembuluh darah otak, dan gangguan
janin dalam kandungan.
Permasalahan yang sangat sering
ditemukan adalah para perokok tersebut masih konsisten dengan kebiasaan
merokoknya meskipun tahu akan akibat yang ditimbulkan. Para perokok tersebut sudah mengerti dan juga
percaya dengan adanya bahaya yang disebabkan akibat rokok namun perilaku yang
mereka tunjukan adalah sebaliknya. Seringkali mereka juga berpendapat bahwa
merokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, namun perilaku yang ditunjukkan
bertolak belakang. Hal ini dinamakan disonansi kognitif.
Ilustrasi Merokok. (Sumber : Kompas.com)
Para perokok mengalami disonansi
kognitif (the cognitive dissonance), yaitu tidak cocoknya antara dua atau tiga
elemen-elemen kognitif. Dalam diri perokok terdapat ketidakcocokan/ ketidaksesuaian
antara elemen-elemen tersebut, yaitu kognisi bahwa: ”saya seorang perokok”
dengan pengetahuan bahwa rokok mengandung bahan kimia seperti nikotin, dan
keyakinan akan efek negatif rokok bagi kesehatan. Inkonsistensi antara komponen
sikap ini terjadi karena kepercayaan dan keyakinannnya (kognisi) selama ini
tidak selaras dengan perilaku mereka sebagai perokok.
Disonansi kognitif yang terjadi
menimbulkan ketidakenakan dan ketegangan psikologis dalam diri perokok, oleh
karena itu ada usaha dari dalam diri mereka untuk mengurangi atau menghilangkan
ketidakenakan/ ketegangan tersebut. Usaha yang mereka tempuh untuk mengatasi
disonansi kognitif tersebut antara lain dengan mengubah elemen kognitif yaitu
berusaha meyakinkan dirinya dan orang lain bahwa merokok merupakan suatu hal
yang wajar dan dilakukan oleh banyak orang.
Lalu apakah disonansi dapat
dikurangi? Disonansi dapat dikurangi dengan perubahan. Jika perilaku sendiri
berkontribusi pada disonansi, maka perasaan disonan dapat berubah. Lingkungan
juga dapat diubah untuk memberikan alasan untuk membenarkan atau mengharuskan
perilaku sendiri, dan ketiga menghilangkan disonansi melalui perubahan atau
penambagan elemen kognitif, namun cara ini digunakan antara untuk mengubah
perilaku atau tetap berperilaku dengan menambah informasi sebagai pembenaran
atas perilaku yang telah dilakukan (Kivirinta, 2014).
Kebiasaan merokok tentu saja
dapat dikurangi asalkan si perokok memiliki niat untu menguranginya. Beberapa
cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kebiasaan merokok di antaranya yakni
tidak berkumpul dengan sesama perokok, menghindari stress dengan cara istirahat
yang cukup dan pola makan sehat, dan menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan
sehingga tidak memiliki waktu untuk merokok.
Daftar Pustaka :
Indartik. 2009. Perilaku Merokok
Pada Santri Di Pesantren Roudlotul Falah Di Desa Sidorejo Kecamatan Pamotan
Kabupaten Rembang. Jurnal Psikologi Ilmiah. Jurusan Psikologi Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Aditama, Tjandra Yoga. 1992. Rokok
dan Kesehatan. Edisi ketiga. UI. Press. Jakarta.
Kivirinta, S. (2014). Reducing
Persisting Cognitive Dissonance and Drop-out Rates in Computer Science 1 Using
Visual Debugger Aid. Aalto University School of Science.
Sumber gambar :
https://www.liputan6.com/health/read/3242437/isap-1-batang-rokok-sehari-risiko-sakit-jantung-meroket (Diakses pada 12 Juni 2020)
https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/09/140419620/asap-rokok-juga-merusak-mata (Diakses pada 12 Juni 2020)
Informasi yang diberikan sangat bermanfaat, terlebih untuk para perokok. Semoga dengan adanya artikel ini dapat memberikan pengetahuan akan bahaya yang ditimbulkan ketika merokok
BalasHapusTerima kasih Mia๐
Hapussemoga setelah membaca artikel ini perokok di indonesia bisa semakin berkurang
BalasHapustujuannya juga seperti itu kak, semoga saja๐
HapusMerokok bukan hanya berdampak bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi lingkungan yang di sekitar, merasakan dampak negatif dari merokok... Semangat tenar kebermanfaatan
BalasHapusbetul sekali nisa, udara menjadi tercemar dan orang orang disekitar juga menjadi tidak sehat. makasih yaa๐
HapusArtikelnya sangat bermanfaat, itu perokok sudah tau bahaya kok ya masih ngerokok
BalasHapusyap itulah namanya disonansi kognitif
HapusArtikrlnya sangat bermanfaat
BalasHapusmakasih yaa
Hapusmerokok ga sehat ๐
BalasHapusiya betul banget, semua orang juga tau kak๐
HapusArtikel nya sangat bermanfaat kak buat pecandu rokok
BalasHapussemoga mereka lekas bisa mengurangi kadar merokoknya:)
HapusG'Luck, Trias :)
BalasHapusmakasih ya qila๐
HapusBermanfaat sekali kak artikelnya menambah wawasan saya, terima kasih.
BalasHapusSyukurlah, terima kasih juga ya๐
Hapus