12.6.20

Kesenjangan antara Pengetahuan Bahwa Merokok Tidak Sehat dengan Perilaku Merokok yang Terus Menerus Dilakukan



Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial 1
(Semester Genap 2019/2020)
Dosen Pengampu : Dra. Arundati Shinta, MA
Trias Sabila Rahmah
19310410036


Rokok adalah gulungan tembakau yang digulung dengan kertas, daun, atau kulit jagung, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Dikutip dari laman Dinkes Banten, hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 400 jenis bahan kimia penyebab kanker. Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebabkan ketagihan dan ketergantungan bagi orang yang menghisapnya.
Rokok (Sumber : Liputan6)

Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat, terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa. Kecenderungan merokok terus meningkat dari tahun ke tahun baik pada laki-laki dan perempuan. Sarafino dalam Indartik (2009) mengemukakan bahwa merokok biasanya dimulai sejak usia belasan tahun dan faktor psikososial merupakan sumber utama yang menuntun remaja untuk mulai merokok.

Merokok adalah kebiasaan yang buruk bagi kesehatan. Menurut Aditama (1992), penelitian yang dilakukan para ahli memberikan bukti nyata adanya bahaya merokok bagi kesehatan si perokok dan orang di sekitarnya. Para ahli dari WHO menyatakan bahwa di negara dengan kebiasaan merokok yang telah meluas, kebiasaan tersebut mengakibatkan terjadinya 80%-90% kematian akibat kanker paru di seluruh negara itu, 75% dari kematian akibat bronkhitis, 40% kematian akibat kanker kandung kencing dan 25% kematian akibat penyakit jantung iskemik. Aditama juga menyebutkan bahwa menurut laporan WHO beberapa penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok, yaitu kanker paru-paru, bronkhitis kronik, dan emfisema, penyakit jantung iskemik, dan penyakit kardiovaskuler lain, ulkus peptikum, kanker mulut atau tenggorokan, kerongkongan, penyakit pembuluh darah otak, dan gangguan janin dalam kandungan.

Permasalahan yang sangat sering ditemukan adalah para perokok tersebut masih konsisten dengan kebiasaan merokoknya meskipun tahu akan akibat yang ditimbulkan.  Para perokok tersebut sudah mengerti dan juga percaya dengan adanya bahaya yang disebabkan akibat rokok namun perilaku yang mereka tunjukan adalah sebaliknya. Seringkali mereka juga berpendapat bahwa merokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, namun perilaku yang ditunjukkan bertolak belakang. Hal ini dinamakan disonansi kognitif.
Ilustrasi Merokok. (Sumber : Kompas.com)

Para perokok mengalami disonansi kognitif (the cognitive dissonance), yaitu tidak cocoknya antara dua atau tiga elemen-elemen kognitif. Dalam diri perokok terdapat ketidakcocokan/ ketidaksesuaian antara elemen-elemen tersebut, yaitu kognisi bahwa: ”saya seorang perokok” dengan pengetahuan bahwa rokok mengandung bahan kimia seperti nikotin, dan keyakinan akan efek negatif rokok bagi kesehatan. Inkonsistensi antara komponen sikap ini terjadi karena kepercayaan dan keyakinannnya (kognisi) selama ini tidak selaras dengan perilaku mereka sebagai perokok.

Disonansi kognitif yang terjadi menimbulkan ketidakenakan dan ketegangan psikologis dalam diri perokok, oleh karena itu ada usaha dari dalam diri mereka untuk mengurangi atau menghilangkan ketidakenakan/ ketegangan tersebut. Usaha yang mereka tempuh untuk mengatasi disonansi kognitif tersebut antara lain dengan mengubah elemen kognitif yaitu berusaha meyakinkan dirinya dan orang lain bahwa merokok merupakan suatu hal yang wajar dan dilakukan oleh banyak orang.

Lalu apakah disonansi dapat dikurangi? Disonansi dapat dikurangi dengan perubahan. Jika perilaku sendiri berkontribusi pada disonansi, maka perasaan disonan dapat berubah. Lingkungan juga dapat diubah untuk memberikan alasan untuk membenarkan atau mengharuskan perilaku sendiri, dan ketiga menghilangkan disonansi melalui perubahan atau penambagan elemen kognitif, namun cara ini digunakan antara untuk mengubah perilaku atau tetap berperilaku dengan menambah informasi sebagai pembenaran atas perilaku yang telah dilakukan (Kivirinta, 2014).

Kebiasaan merokok tentu saja dapat dikurangi asalkan si perokok memiliki niat untu menguranginya. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kebiasaan merokok di antaranya yakni tidak berkumpul dengan sesama perokok, menghindari stress dengan cara istirahat yang cukup dan pola makan sehat, dan menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan sehingga tidak memiliki waktu untuk merokok.

Daftar Pustaka :
Indartik. 2009. Perilaku Merokok Pada Santri Di Pesantren Roudlotul Falah Di Desa Sidorejo Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang. Jurnal Psikologi Ilmiah. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Aditama, Tjandra Yoga. 1992. Rokok dan Kesehatan. Edisi ketiga. UI. Press. Jakarta.

Kivirinta, S. (2014). Reducing Persisting Cognitive Dissonance and Drop-out Rates in Computer Science 1 Using Visual Debugger Aid. Aalto University School of Science.


Sumber gambar :
https://www.liputan6.com/health/read/3242437/isap-1-batang-rokok-sehari-risiko-sakit-jantung-meroket (Diakses pada 12 Juni 2020)
https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/09/140419620/asap-rokok-juga-merusak-mata (Diakses pada 12 Juni 2020)

18 komentar:

  1. Informasi yang diberikan sangat bermanfaat, terlebih untuk para perokok. Semoga dengan adanya artikel ini dapat memberikan pengetahuan akan bahaya yang ditimbulkan ketika merokok

    BalasHapus
  2. semoga setelah membaca artikel ini perokok di indonesia bisa semakin berkurang

    BalasHapus
    Balasan
    1. tujuannya juga seperti itu kak, semoga saja๐Ÿ˜Š

      Hapus
  3. Merokok bukan hanya berdampak bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi lingkungan yang di sekitar, merasakan dampak negatif dari merokok... Semangat tenar kebermanfaatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali nisa, udara menjadi tercemar dan orang orang disekitar juga menjadi tidak sehat. makasih yaa๐Ÿ˜Š

      Hapus
  4. Artikelnya sangat bermanfaat, itu perokok sudah tau bahaya kok ya masih ngerokok

    BalasHapus
  5. Balasan
    1. iya betul banget, semua orang juga tau kak๐Ÿ˜Š

      Hapus
  6. Artikel nya sangat bermanfaat kak buat pecandu rokok

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga mereka lekas bisa mengurangi kadar merokoknya:)

      Hapus
  7. Bermanfaat sekali kak artikelnya menambah wawasan saya, terima kasih.

    BalasHapus