Sekar Pramethi
Armindariani / 19310410072
Psikologi Universitas Proklamasi 45
“ Tahap tersulit menjadi seorang fans adalah saat
kamu benar-benar jatuh cinta pada idolamu”
Globalisasi dan kemajuan teknologi
menjadi faktor pendukung untuk terjadinya pertukaran informasi dan budaya dari
negara-negara yang berbeda. Korea
Selatan pada kurun waktu terakhir ini telah berhasil menyebarkan produk budaya
populernya ke dunia internasional. Berbagai produk budaya Korea mulai dari
drama, film, lagu, fashion, gaya hidup dilepaskan dari keberadaan media masa
seperti internet, Facebook, twitter, youtube, dan sebagainya, bahkan bisa
dikatakan bahwa media masa adalah saluran utama penggerak Korean Wave.
Meningkatnya popularitas budaya populer Korea di dunia internasional banyak
mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia.
Fenomena ‘Korean Wave’ atau ’Hallyu’ yang saat ini sedang melanda Indonesia
banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya kawulan muda atau anak
remaja (Wijayanti, 2012).
Dampak dari adanya budaya K-pop yang
merambah di berbagai belahan dunia, memunculkan adanya penggemar K-pop dengan
jumlah yang tidak sedikit, menurut survey yang dilakukan pada tahun 2011 oleh
salah satu stasiun televisi terkemuka di Korea Selatan yaitu KBS,
menyatakan bahwa fans K-pop di negara Asia memiliki 84 klub penggemar dengan
2,31 juta anggota di delapan kawasan Asia, ada 25 klub penggemar dengan 500.000
penggemar di 4 wilayah di Amerika, sementara 70 klub penggemar yang hadir di 7
wilayah Eropa, dengan 460.000 anggota (KBS editor, 2011).
Kecintaan
penggemar terhadap idolanya membuat apapun berita terbaru tentang idola yang
disebarkan di media sosial akan selalu dipantau kapan saja tanpa mengenal
waktu. hingga ke perilaku obsesif yang berlebihan yaitu stalking (menguntit)
apa saja terkait idola penggemar K-Pop. Hal ini tidak asing di sekitar fans
Kpop, Fanatik fans atau yang sering di
sebut dengan Sesaeng oleh pengemar Kpop lainya. “Sesaeng” berasal dari bahasa korea “ Se” yang
berati pribadi atau privasi sedangkan
“Saeng” yang berarti kehidupuan. Jika di artikan “Sesaeng” adalah fans yang terobsesi terhadap kehidupan
idolnya.
Sedangan fanatisme
didefinisikan sebagai pengabdian yang luar biasa untuk sebuah objek, di mana
"pengabdian" terdiri dari gairah, keintiman, dan dedikasi, dan
"luar biasa" berarti melampaui, rata-rata biasa yang biasa, atau
tingkat. objek dapat mengacu pada sebuah merek, produk, orang (misalnya
selebriti), acara televisi, atau kegiatan konsumsi lainnya. Fanatik cenderung
bersikeras terhadap ide-ide mereka yang menganggap diri sendiri atau kelompok
mereka benar dan mengabaikan semua fakta atau argumen yang mungkin bertentangan
dengan pikiran atau keyakinan (Chung, Beverland, Farrelly & Quester, 2008).
Oleh karena itu banyak kasus yang melibatkan idol dengan sesaeng.
Tidak hanya mencampuri kehidupan idol Kpop, posesif tetapi hingga membahayakan
idol tersebut. Artis Korea yang populer memiliki
sasaeng fans sekitar 500-1.000 orang. Dan lebih parahnya lagi, sekitar 100
penggemar mengikuti secara aktif kemanapun artis itu pergi setiap harinya. Didunia
hiburan Korea Selatan, girlgroup atau boygroup adalah
sasaran empuk sasaeng fans. Jika sasaeng fans mendapatkan nomor telepon artis,
maka ia akan menghubungi dan mengirim pesan pribadi secara terus menerus. Jika
sasaeng fans mendapatkan alamat tempat tinggalnya, maka ia akan menyelinap
masuk, memotret artis ketika sedang tidur, mengambil pakaian dalam, dan
tindakan jahat lainnya. Tidak hanya dengan idolnya sesang fans juga kerap
bertindak kasar terhadap fans kpop lainya. Hal ini memicu rasa was-was pada
idol dan tekanan hingga mebuat idol
stres. Fenomena budaya populer Korea yang melahirkan konformitas dan
fanatisme pada Korean Wave hal ini karena sikap remaja yang terkadang lebih
mengagungkan budaya populer Korea dari pada budaya dalam negeri menunjukkan
bahwasanya budaya Pop Korea secara tidak disadari telah menimbulkan fenomena
dikalangan remaja.
Bagi penggemar idola K-pop
diharapkan agar lebih bijaksana dalam berperilaku sebagai penggemar. Kecintaan
kepada idola bukanlah hal yang buruk, namun bila dilakukan secara berlebihan
akan memicu perilaku agresif. Walaupun agresif verbal di media sosial tidak melukai
secara fisik, tetapi akan berdampak secara psikologis bagi korban agresi.
Refernsi
Wijayanti, A. A. (2012). Hallyu: Youngstres Fanaticism of Korean
Pop Culture (Study of Hallyu Fans Yogyakarta City). Journal of Sociology. 3
(3), 1-24.
Chung, E., Beverland, M., Farrelly, F., & Quester, P. (2008).
Exploring consumer fanaticism: Extraordinary devotion in the consumption
context. Journal of Advances in Consumer Research. 35 (4), 333-340.
0 komentar:
Posting Komentar