Herlinda Desi Anggraini/19310410008
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Psikologi Sosial 1
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA.
Virus corona atau Covid-19 sudah tidak asing
lagi terdengar oleh masyarakat di Indonesia. Virus yang pertama kali ditemukan
di Wuhan, China pada bulan Desember 2019 lalu, kini sudah masuk ke Indonesia.
Berbagai media setiap hari memberitakan informasi terbaru tentang virus corona.
Virus yang penyebarannya sangat pesat ini, membuat masyarakat di Indonesia panik
dan khawatir apabila dirinya atau anggota keluarganya sampai terinfeksi virus
corona.
Banyak
sekali reaksi dari masyarakat dalam menghadapi pandemi virus corona ini, salah
satunya masyarakat melakukan lockdown
mandiri. Masyarakat melakukan lockdown mandiri
dengan cara menutup beberapa akses jalan masuk ke kampung. Lockdown mandiri ini banyak sekali dilakukan masyarakat diberbagai
kota, termasuk kota yang saya tinggali yaitu Kota Yogyakarta. Menurut Jack
Brehm, pada tahun 1966 dan 1976 individu mempunyai persepsi bahwa ia harus
mengerjakan suatu hal tanpa ia mempunyai alternatif pilihan lainnya (kebebasannya
dihambat). Lockdown mandiri tersebut
bisa menjadi salah satu reaksi psikologi masyarakat dalam menghadapi pandemi
virus corona ini. Harapan dari masyarakat setelah melakukan lockdown mandiri masyarakat ingin segera
beraktivitas seperti biasanya. Namun, apakah lockdown mandiri yang dilakukan sudah betul dan sesuai dengan
prosedur?
Kenyataan
yang ada, lockdown mandiri yang
dilakukan masyarakat bukan masuk dalam kategori lockdown. Gubernur DIY Sultan HB X dalam Liputan6.com mengatakan “Sebetulnya bukan lockdown, kalau lockdown totally
tidak boleh keluar tidak boleh masuk. Kalau itu terjadi maka yang memberi
kebijakan harus member makan dan lain-lain. Dia perlu sesuatu harus
difasilitasi. Kalau tidak boleh keluar rumah maka harus ada yang mengantarkan
makanan kalau dia butuh”. Sultan mengatakan yang paling penting mengurangi
pergi keluar rumah. Sehingga sebutan lockdown
yang dilakukan warganya tidaklah pas. (Liputan6.com, 2020).
Lockdown mandiri yang dilakukan masyarakat
lebih tepatnya adalah kegiatan masyarakat untuk mencegah penularan virus corona
dengan harapannya masyarakat yang sudah menutup beberapa akses jalan dan hanya
akses jalan utama yang di buka agar bisa mengontrol siapa saja yang masuk ke
kampungnya. Dengan adanya kegiatan tersebut masyarakat bisa membuat data
apabila ada tamu atau pemudik yang memiliki gejala terinfeksi virus corona.
Referensi :
Liputan6.com. (2020, 31
Maret). Respon Sri Sultan HB X Tentang
‘Lockdown’ Kampung-kampung.
Diakses
pada 2 Mei 2020, dari https://m.liputan6.com/regional/read/4215355/respon-sri-sultan-hb-x-tentang-lockdown-kampung-kampung
Good luck Mba Herlinda, artikelnya bagus
BalasHapus