PERILAKU PATUH DAN TIDAK PATUH DI MASA PANDEMI COVID-19
BANGUN HANDOKO / 19310420090
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Kondisi wabah virus corona sudah sangat
mengkhawatirkan karena dapat saja semakin meluas, dan belum dapat diprediksi
sampai kapan virus ini akan hilang dan berhenti menjangkiti penduduk dunia.
Artinya, wabah ini bukan hanya persoalan satu negara, melainkan persoalan
dunia. Virus corona semakin mewabah dan merubah kehidupan normal masyarakat
dunia dalam berbagai bidang terutama kesehatan, kemanusiaan dan ekonomi. Hampir
semua negara menyarankan untuk melakukan social distancing untuk menghindari
semakin meluasnya Covid-19.
Pemerintah berupaya untuk mencegah penyebaran Covid-19
semakin meluas dengan memberikan beberapa himbauan kepada masyarakat seperti
PSBB, stay at home, mengikuti anjuran pemerintah tentang protokol kesehatan,
dll. Tentunya hal tersebut disikapi oleh masyarakat dengan cara yang
berbeda-beda, ada yang mengikuti anjuran pemerintah dan ada juga yang melanggar
aturan dari pemerintah.
Sikap dan perilaku yang ditunjukkan masyarakat harusnya
merupakan suatu bentuk ketaatan dan berbakti kepada pemerintah, sekaligus
sebagai sikap bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan agar tidak
menjadi penyebab penularan dan juga tidak tertular virus. Perilaku tersebut
sekaligus sebagai wujud dari sikap rendah hati, berupaya untuk memberikan
kenyamanan kepada sesama anggota masyarakat. Himbauan dan aturan yang diambil
adalah untuk kepentingan masyarakat agar tetap sehat.
Bukan hanya masyarakat yang dituntut mempunyai sikap
bertanggung jawab. Pejabat negara baik legislatif, yudikatif dan eksekutif
wajib mempunyai sikap dan perilaku tanggung jawab, terutama melakukan secara
maksimal dengan menggunakan kewenangan dan kekuasaan yang mereka miliki secara
maksimal bagi keselamatan dan kesehatan masyarakat.
Dalam kondisi pandemi Covid-19, masyarakat dan semua
pihak harus patuh atau taat dengan semua aturan dan ketentuan pemerintah,
termasuk tidak memproduksi dan menyebarkan berita hoax. Sikap tersebut juga
harus ditunjukkan oleh media dalam menyebarkan informasi mengenai pandemi
Covid-19. Pemilik media harus mendukung pemerintah dalam penanggulangan virus
corona ini, tidak hanya sekedar melakukan liputan semata untuk memenuhi
kebutuhan informasi yang menguntungkan secara ekonomi.
Meskipun beberapa waktu yang lalu sudah ada penurunan
aktivitas di masyarakat tetapi kita masih menemukan beberapa wagra masyarakat
yang tidak patuh terhadap anjuran pemerintah. Di Jawa Timur, kenaikan angka
positif corona sebagian besar berasal dari Surabaya. Namun tingginya angka Covid-19
tak dibarengi dengan kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan pencegahan
corona. Ketika Surabaya dinilai bisa jadi seperti Kota Wuhan, China karena
masyarakatnya tidak patuh protokol kesehatan (Tribun Mataram.com). Selain di
Surabaya, pola-pola perilaku ketidakpatuhan pada anjuran pemerintah masih
banyak terjadi di daerah-daerah lain.
Bagaimana pun juga pemerintah baik pusat dan daerah
adalah pihak yang mempunyai dan didiberikan kewenangan oleh rakyat, untuk itu mereka
mempunyai kekuasaan untuk membuat kebijakan dan mengambil langkah-langkah yang
lebih membela kepentingan masyarakat yaitu kesehatan dan keselamatan mereka.
Budaya ketidakpatuhan sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Banyak kasus
yang sama di negara lain dengan ujung yang sangat fatal.
Menurut Smet (1994), kepatuhan adalah tingkat seseorang
dalam melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan. Definisi lain
dikemukakan oleh Chaplin (1989), yakni kepatuhan adalah pemenuhan, mengalah
tunduk dengan kerelaan; rela memberi, menyerah, mengalah, membuat suatu
keinginan konformitas sesuai dengan harapan atau kemauan orang lain.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepatuhan menrurut
Smet (dalam ) yaitu :
1. Karakteristik Individu
Karakteristik
individu adalah perilaku atau karakter yang ada pada diri seorang individu,
baik positif maupun negatif.
2. Ciri Perilaku
Ketaatan umumnya lebih rendah untuk hal-hal yang
berkaitan dengan kebutuhan primer individu. Hal ini dikarenakan adanya
perubahan gaya hidup dari masyarakat masing-masing daerah tidak sama.
3. Variabel-Variabel Sosial
Secara umum, orang-orang yang merasa mereka menerima
penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seorang atau
sekelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat, daripada individu
yang kurang mendapat dukungan sosial.
4. Persepsi dan Pengharapan Individu
Persepsi dan pengharapan individu terhadap masalah
yang dialaminya mempengaruhi kepatuhan dari individu. Seseorang akan cenderung
patuh jika ancaman yang dirasakan begitu serius, sedangkan seseorang akan
cenderung mengabaikan aturan jika keyakinan akan pentingnya aturan yang harus
dijaga / ditaati rendah.
5. Komunikasi antara Masyarakat dengan Pemerintah
Berbagai aspek komunikasi antara masyarakat dengan
pemerintah mempengaruhi tingkat ketidakpatuhan, misalnya kurangnya informasi
dengan pengawasan, ketidakpuasan terhadap kebijakan, frekuensi pengawasan yang
minim. Hubungan antara kepuasan dengan kepatuhan sangat memiliki tingkat
kepatuhan individu, berkaitan dengan komunikasi yang terjalin antara pemerintah
dengan masyarakat.
Melihat fenomena dan fakta berdasarkan analisa di
atas, sangat dibutuhkan koloborasi atau kerja sama antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, serta semua komponen masyarakat maupun media massa agar tercipta
sinergi untuk melawan pandemi Covid-19 bersama sama. Sinergi akan mampu
tercapai jika masyarakat percaya kepada pemerintah mampu menangani pandemi ini.
Oleh karena itu, anjuran yang mempererat solidaritas sosial, kepatuhan pada
anjuran pemerintah, dan peningkatan kewaspadaan sangat lebih diperlukan
bersama-sama untuk mengatasi pandemi Covid-19 ini. Ketika solidaritas bersama
muncul, maka akan muncul perilaku-perilaku dan aktivitas yang menggerakkan
spirit masyarakat sehingga pandemi yang sangat berat ini dapat dipikul bersama
dan meringankan semua pihak, termasuk pemerintah.
Semoga pandemi ini segara berakhir dan Indonesia mampu
keluar bersama-sama sebagai pemenang secara cerdas dan berbudi luhur.
Referensi :
Sri Wahyuni. (2017). Kepatuhan berobat penderita hipertensi
dewasa madya. Skripsi : Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Tribun Mataram.com. (2020). Pupuler warga tak patuh
protokol kesehatan cegah virus corona Surabaya dinilai bisa jadi seperti Wuhan!.
Diakses tanggal 30 Mei 2020 dengan link : https://mataram.tribunnews.com/2020/05/29/populer-warga-tak-patuh-protokol-kesehatan-cegah-virus-corona-surabaya-dinilai-bisa-jadi-wuhan
0 komentar:
Posting Komentar