MENDAMPINGI
ANAK DALAM MENONTON TELEVISI UNTUK MENCEGAH PERILAKU AGRESIF
Andi Purnawan/19310410002
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Dosen Pembimbing: Dr. Arundati Shinta,
MA.
Televisi merupakan barang elektronik
yang dapat menghasilkan gambar dan suara. Dengan disajikannya tayangan melalui audio
visual yang pada hakikatnya adalah suatu representasi penyajian realitas,
terutama melalui penginderaan pengelihatan. Secara tidak langsung anak belajar
dan mengamati apa yang tayang dalam televisi. Terkadang anak menunjukkan pola
perilaku menonton televisi salah satunya yaitu anak menaruh perhatian pada
tayangan yang dilihatnya. Anak akan fokus ketika acara berlangsung, namun
ketika ada selingan tayangan seperti iklan anak akan mengisi waktunya untuk
mempraktekan apa yang telah dilihatnya dalam tayangan televisi sebelumnya (Nurcahyani,
2015). Anak menirukan perilaku atau karakter secara tidak langsung, namun
dilakukan beberapa saat ketika sudah tidak menonton tayangan televisi tersebut.
Anak dapat mengembangkan kemampuan
bahasanya melalui berbagai kosakata yang dapat diserap oleh anak melalui
tayangan program televisi yang disajikannya. Banyak pandangan serta pendapat
bahwa anak-anak sangat rentan untuk mendapat pengaruh televisi. Pengaruh yang
dapat terjadi dapat berupa pengaruh positif dan negatif. Munculnya pengaruh tersebut
bukan merupakan kesalahan anak yang menirukan tayangan televisi, bukan pula
kesalahan program televisi yang dibuat, namun anak-anak memerlukan pengawasan
orang tua dalam melihat tayangan televisi yang mengandung unsur pendidikan
tanpa adaya unsur negatif bagi anak seperti tayangan dengan unsur kekerasan.
Hal tersebut karena cara tangkap anak terhadap apa yang diterimanya dari tayangan
televisi tidak seperti orang dewasa.
Selain mengenai kemampuan anak dalam
memahami pesan yang disampaikan oleh tayangan televisi, berperilaku agresif
anak dapat mucul karena anak memiliki ciri menirukan model, atau tindakan yang
ia lihat maupun degar. Menurut Rita Eka Izzaty (2005: 105), perilaku agresivitas
sendiri merupakan istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan-perasaan
marah atau permusuhan atau tindakan melukai baik dengan tindakan fisik, verbal,
maupun ekspresi wajah dan tubuh yang mengancam. Perilaku agresif pada anak
biasanya berupa gangguan yang ditujukan kepada temannya. Perilaku agresif yang
timbul pada anak dapat menjadikan anak lain takut karena merasa terancam.
Sebagai contohnya, anak laki-laki yang suka menirukan berbagai cara menyerang
dari adegan yang dilihat melalui tayangan televisi untuk menyerang anak atau
orang lain, dan tentunya teman-teman atau anak yang lainnya merasa ketakutan.
Ketika
anak telah menaruh perhatian terhadap tayangan televisi yang dilihatnya, akan
terjadi pemrosesan informasi. Pada pemrosesan informasi yang terjadi, seorang
anak yang diperlihatkan atau menonton tayangan televisi dengan perhatian yang
penuh diikuti dengan produksi motorik dan dilakukan secara berkelanjutan dan
terus menerus maka hal tersebut dapat tersimpan dalam memori anak. Jika yang
dilihat adalah tindakan agresif secara terus menerus maka anak akan cederung
menyimpan perilaku tersebut sebagai model yang dapat dimunculkan sewaktu-waktu
serta tidak adanya larangan bagi anak untuk mengimitasi hal tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Bandura bahwa respon untuk melakukan tindakan seperti model dipengaruhi
juga oleh konsekuensi yang berkaitan dengan tindakan model (Crain, 2007).
Kegiatan menonton televisi yang
dilakukan oleh anak berperilaku agresif selalu didampingi oleh orang tua dan
anggota keluarga, namun tidak terjadi interaksi yang membicarakan mengenai isi
tayangan televisi yang dilihat oleh anak. Orang tua cenderung tidak peduli dan
menganggap kegiatan menonton televisi hanya kegiatan biasa yang tidak perlu
diperbincangkan. Keluarga atau orang-orang terdekat yang berada di sekitar anak
dan ditambah dengan televisi dapat
menjadi pendukung anak memiliki perilaku agresif. Untuk itu pendampingan dan pemberian
nasehat dari orang tua ke anak saat menonton televisi sangat diperlukan. Selain
itu, peran orang tua dalam pola perilaku anak menonton televisi seperti
memberikan peraturan saat menonton televisi dan membincangkan dengan anak
mengenai isi dalam acara televisi dapat menjadi penentu anak menjadi agresif
ataupun tidak.
Referensi:
Crain, W. (2007). Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Izzaty, R.E. (2005). Mengenal Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Nurcahyani, A. (2015).
Pola Perilaku Menonton Televisi pada Anak Berperilaku Agersif di Kelompok B TK
Dharma Bakti lV Ngebel Kasihan Bantul. Skripsi.
Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNice, terima kasih artikel sangat bermanfaat
BalasHapus