Novrizal Alifudin / 19310410014
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Dosen Pengampu ; FX Wahyu Widiantoro S.Psi.,M.A
Corona atau Covid-19
menjadi wabah diawal tahun ini, virus yang pertama kali terindikasi
muncul sejak akhir tahun 2019 ini muncul di Wuhan, provinsi Hubei, China. Virus
Corona masih satu keluarga dengan MERS, SARS yang berkembang dan bermutasi yang
akhirnya sekarang kita kenal dengan nama Coronavirus atau Covid-19. Virus ini
menyerang sistem pernafasan yang bisa mengakibatkan penderita mengalami
gangguan pernafasan mulai dari gangguan ringan, berat, bahkan hingga
mengakibatkan kematian.
Terus bertambahnya penderita
setiap harinya diseluruh dunia membuat WHO menetapkan virus ini sebagai
pendemi, saat ini seluruh dunia dalam keadaan darurat. Berita yang beredar
sekitar 342.407 kasus diseluruh dunia, dan sekitar 579 kasus ditanah air,
jumlah ini diperkirakan akan terus mengalami kenaikan (Kompas.com, 23 Maret
2020). Penyebaran virus yang cepat dan tidak terkendali menyebabkan beberapa
negara melakukan langkah pencegahan dan pengamanan dengan melakukan lockdown,
dan social
distancing, yaitu mewajibkan semua warga untuk mengurangi kegiatan dan
interaksi diluar rumah.
Sementara pemerintah
Indonesia menghimbau kepada seluruh warganya untuk mengambil langkah social
distancing, akibatnya
kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online, karyawan diliburkan, dan
kegiatan diluar rumah lainya dikurangi dalam beberapa waktu kedepan. Banyak pro
dan kontra dimasyarakat menanggapi kebijakan ini, bagi mereka yang dari sisi
ekonomi menengah keatas langkah ini tidak menjadi masalah, namun bagi mereka
yang berada dilapisan menengah kebawah tentu menjadi masalah, karena mereka
tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari jika berdiam diri dirumah saja. Hal
ini menyebabkan kepanikan & kekhawatiran dimasyrakat, bukan hanya panik/khawatir
terkena virus, tapi juga panik/ khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Jika hal ini terus berlanjut dalam waktu yang tidak menentu maka
akan membuat kesehatan fisik dan kesehatan mental seseorang akan menurun.
Lantas, apa yang harus
kita lakukan?. Apakah langkah yang diambil sudah benar? Tetap tenang, jangan
panik dan tetap waspada. Pemerintah sedang berusaha dengan semua kementrian untuk mengatasi virus ini, kita harus sabar
dan memahami situasi ini. Baru-baru ini
melalui Menkopolhukam, “pemerintah mengubah istilah social distancing
(pembatasan sosial) menjadi physical
distancing (menjaga jarak fisik), karena dinilai kurang bagus dimasyrakat.
(Mahfud MD). ‘’Pemerintah ingin agar
kontak dengan orang lain diminimalisir, dan jika ada pertemuan, masyarakat
diminta menjaga jarak hingga satu meter serta rajin membersihkan diri sesuai
ketentuan pemerintah.’’ (tirto.id, 23 maret 2020). Pemerintah juga sudah bekerja
sama dengan China dan negara-negara lain untuk membantu atasi virus corona yang
berupa alat kesehatan, obat-obatan dan penunjang lainya. (Kompas TV, 23 Maret
2020). Serta lewat dinas kesehatan pemerintah sudah memberikan arahan agar
selalu mejaga kesehatan dan kebersihan, memakai masker, mencuci tangan dengan
sabun, dan segera lapor dan melakukan pemeriksakan ketika terjadi gejala.
Jadi, tetap tenang,
jangan panik dan tetap waspada. Kita harus sabar dan tidak perlu panik &
khawatir secara berlebihan, pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin, mari
kita dukung dengan menaati arahan dan
aturan dari pemerintah, serta jangan lupa bagi yang mampu untuk ikut membantu
suadara-saudara kita yang membutuhkan, karena banyak lembaga sosial yang terjun
langsung untuk menyalurkan bantuan
kepada masyarakat, seperti menggalang dana, menyediakan masker, bahan pangan
dan lain sebagainya untuk membantu
program pemerintah mengatasi masalah ini. Mari kita bersama-sama berjuang menyelamatkan dan menyehatkan bumi pertiwi
kita, menyelamatkan bangsa dan negara
Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar