8.10.19

DISSOCIATIVE DISORDERS



DISSOCIATIVE DISORDERS

Marsum
183104101187
Psikologi Kepribadian II
Dosen Pengampu: FX Wahyu Widiantoro,S.Psi.,MA
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakara



Gangguan Identitas Disosiatif yaitu seseorang yang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda atau lebih dikenal dengan Kepribadian Ganda. selain itu jenis yang lain seperti Amnesia Psikogenik atau Amnesia disosiatif dipercaya sebagai tipe yang paling umum, dan fugue Disosiatif baru kemudian dilanjutkan dengan Gangguan depersonalisasi. Baiklah langsung saja ini dia makalah selengkapnya. Gangguan disosiatif adalah sekelompok gangguan yang ditandai oleh suatu kekacauan atau disosiasi dari fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran.Gangguan disosiatif merupakan suatu mekanisme pertahanan alam bawah sadar yang membantu seseorang melindungi aspek emosional dirinya dari mengenali dampak utuh beberapa peristiwa traumatik atau peristiwa yang menakutkan dengan membiarkan pikirannya melupakan atau menjauhkan dirinya dari situasi atau memori yang menyakitkan. 

Gejala utama disosiatif adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal di bawah kendali kesadaran antara:
·       Ingatan masa lalu
·       Kesadaran identitas dan pengindraan segera (awareness of identity and immediate sensation) dan,
·       Kontrol terhadap gerakan tubuh.
.
Perkembangan Klinis amnesia disosiatif: 
·         Hilangnya daya ingat (sebagian / seluruh), biasanya mengenai kejadian-kejadian penting (stressful, traumatik) yang baru terjadi, tidak disebabkan gangguan mental organic, kelupaan, kelelahan, intoksikasi. 
·         Individu tiba-tiba menjadi tidak dapat mengingat kembali informasi personal yang penting (biasanya setelah mengalami beberapa peristiwa stressful). 
·         Selama periode amnesia, perilaku atau kemampuan individu mungkin tidak berubah, kecuali bahwa hilangnya memori menyebabkan beberapa disorientasi, tidak mengenali identitas (asal, teman, keluarga, dll) 
·         Hilangnya memori 
·         Bisa hanya untuk peristiwa tertentu atau seluruh peristiwa kehidupan 
·         Biasanya berlangsung dalam periode waktu tertentu, bisa beberapa jam sampai dengan beberapa tahun 
·         Memori biasanya kembali muncul secara tiba-tiba juga, lengkap seperti sebelumnya (hanya sedikit kemungkinan untuk kambuh) 
·         Hilangnya memori tidak sama dengan yang disebabkan oleh kerusakan otak atau karena ketergantungan obat.
Fugue disosiatif adalah hilangnya memori yang disertai dengan meninggalkan rumah dan menciptakan identitas baru.Dalam fugue disosiatif, hilangnya memori lebih besar dibanding dalam amnesia disosiatif.Orang yang mengalami fugue disosiatif tidak hanya mengalami amnesia total, namun tiba-tiba meninggalkan rumah dan beraktivitas dengan menggunakan identitas baru.
Perkembangan klinis Fugue Disosiatif: 
·         Gangguan di mana individu melupakan informasi personal yang penting dan membentuk identitas baru, juga pindah ke tempat baru. 
·         Individu tidak hanya mengalami amnesia secara total, namun juga tiba-tiba pindah (melarikan diri) dari rumah dan pekerjaan, serta membentuk identitas baru. 
·         Biasanya terjadi setelah seseorang mengalami beberapa stress yang berat (konflik dengan pasangan, kehilangan pekerjaan, penderitaan karena bencana alam). 
·         Identitas baru sering berkaitan dengan nama, rumah, pekerjaan bahkan karakteristik personality yang baru. Di kehidupan yang baru, individu bisa sukses walaupun tidak mampu untuk mengingat masa lalu. 
·         Recovery biasanya lengkap dan individu biasanya tidak ingat apa yang terjadi selama fugue.
Gangguan depersonalisasi adalah suatu kondisi dimana persepsi atau pengalaman seseorang terhadap diri sendiri berubah.Dalam episode depersonalisasi, yang umumnya dipicu oleh stres, individu secara mendadak kehilangan rasa diri mereka.Para penderita gangguan ini mengalami pengalaman sensori yang tidak biasa, misalnya ukuran tangan dan kaki mereka berubah secara drastis, atau suara mereka terdengar asing bagi mereka sendiri.Penderita juga merasa berada di luar tubuh mereka, menatap diri mereka sendiri dari kejauhan, terkadang mereka merasa seperti robot, atau mereka seolah bergerak di dunia nyata.
Perkembangan klinis gangguan Dipersonalisasi: 
·         Gangguan di mana adanya perubahan dalam persepsi atau pengalaman individu mengenai dirinya. 
·         Individu merasa “tidak riil” dan merasa asing terhadap diri dan sekelilingnya, cukup mengganggu fungsi dirinya. 
·         Memori tidak berubah, tapi individu kehilangan sense of self. 
·         Gangguan ini menyebabkan stress dan menimbulkan hambatan dalam berbagai fungsi kehidupan. 
·         Biasanya terjadi setelah mengalami stress berat, seperti kecelakaan atau situasi yang berbahaya. 
·         Biasanya berawal pada masa remaja dan perjalanannya bersifat kronis (dalam waktu yang lama).
Gangguan identitas disosiatif suatu kondisi dimana seseorang memiliki minimal dua atau lebih kondisi ego yang berganti-ganti, yang satu sama lain bertindak bebas. Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan disosiatif (GID) dapat ditegakkan bila seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah, atau berubah-ubah, kondisi yang berbeda dalam keberadaan, perasaan dan tindakan yang satu sama lain tidak saling mempengaruhi dan yang muncul serta memegang kendali pada waktu yang berbeda.
Perkembangan Gangguan Indentitas Disosiatif: 
·         Individu memiliki setidaknya dua kepribadian yang berbeda (adanya perbedaan dalam keberadaan, feeling, perilaku), bahkan ada yang bertolak belakang. 
·         Adanya dua atau lebih kepribadian yang terpisah dan berbeda pada seseorang. Setiap kepribadian memiliki pola perilaku, hubungan dan memori masing-masing. 
·         Kepribadian yang asli dan pecahannya kadang dapat menyadari adanya periode waktu yang hilang, adanya kepribadian yang lain. Suara dari kepribadian yang lain sering bergema, masuk ke kesadaran mereka tapi tidak diketahui milik siapa. 
·         Gap dalam memori mungkin terjadi jika suatu kepribadian tidak berkaitan dengan kepribadian yang lain. 
·         Keberadaan pribadi-pribadiyang berbeda menyebabkan gangguan dalam kehidupan seseorang dan tidak dapat disembuhkan seketika oleh obat-obatan. 
·         Biasanya muncul di awal masa kanak-kanak (adanya trauma berat di masa kanak-kanak), namun jarang didiagnosis sampai masa remaja. Lebih berat dari bentuk gangguan disosiatif lainnya 
·         Wanita > pria
Secara singkat kriteria DSM-IV-TR untuk gangguan identitas disosiatif ialah:
a.  Keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas
b.  Sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku secara berulang
c.   Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting.
ETIOLOGI, Istilah gangguan disosiatif merujuk pada mekanisme, dissosiasi, yang diduga menjadi penyebabnya.Pemikiran dasarnya adalah kesadaran biasanya merupakan kesatuan pengalaman, termasuk kognisi, emosi dan motivasi. Namun dalam kondisi stres, memori trauma dapat disimpan dengan suatu cara sehingga di kemudian hari tidak dapat diakses oleh kesadaran seiring dengan kembali normalnya kondisi orang yang bersangkutan, sehingga kemungkinan akibatnya adalah amnesia atau fugue. Pandangan behavioral mengenai gangguan disosiatif agak mirip dengan berbagai spekulasi awal tersebut. Secara umum para teoris behavioral menganggap dissosiasi sebagai respon penuh stres dan ingatan akan kejadian tersebut.
Etiologi GID. Terdapat dua teori besar mengenai GID.Salah satu teori berasumsi bahwa GID berawal pada masa kanak-kanak yang diakibatkan oleh penyiksaan secara fisik atau seksual. Penyiksaan tersebut mengakibatkan dissosiasi dan terbentuknya berbagai kepribadian lain sebagai suatu cara untuk mengatasi trauma (Gleaves, 1996).
Pada Gangguan disosiatif, kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari kehari atau bahkan jam ke jam. Gejala umum untuk seluruh tipe gangguan disosiatif, meliputi:
·       Hilang ingatan (amnesia) terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orang
·       Masalah gangguan mental, meliputi depresi dan kecemasan
·       Persepsi terhadap orang dan benda di sekitarnya tidak nyata (derealisasi)
·       Identitas yang buram
·       Depersonalisasi
     
PENYEBAB, Gangguan Disosiatif belum dapat diketahui penyebab pastinya, namun biasanya terjadi akibat trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang dialami.Gangguan ini terjadi pertama pada saat anak-anak namun tidak khas dan belum bisa teridentifikasikan, dalam perjalanan penyakitnya gangguan disosiatif ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan trauma masa lalu pernah terjadi kembali, dan berulang-ulang sehingga terjadinya gejala gangguan disosiatif. Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa: (a) Kepribadian yang Labil, (b) Pelecehan seksual, (c) Pelecehan fisik, (d) Kekerasan rumah tangga (ayah dan ibu cerai) dan (e) Lingkungan sosial yang sering memperlihatkan kekerasan.
Identitas personal terbentuk selama masa kecil, dan selama itupun, anak-anak lebih mudah melangkah keluar dari dirinya dan mengobservasi trauma walaupun itu terjadi pada orang lain. Ada beberapa penggolongan dalam gangguan disosiatif, antara lain adalah amnesia disosiatif, fugue disosiatif, gangguan depersonalisasi, dan gangguan identitas disosiatif.
Sindrom Koro dan Sindrom Dhat, Sindrom koro itu adalah gangguan somatoform yang terkait budaya, ditemukan terutama di Cina, dimana orang takut bahwa alat genital mereka akan mengerut. Sindrom koro cenderung hanya muncul sebentar dan melibatkan episode kecemasan takur bahwa alat genitalnya akan mengerut. Tanda-tanda fisiologis kecemasan yang medekati proposi panic umu terjadi, mencakup keringat yang berlebihan , tidak dapat bernafas, dan jantung berdebar-debar.
Sindrom dhat adalah gangguan somatoform yang terkait budaya, ditemukan terutama di antara pria Asia India, yang ditandai oleh ketakutan yang berlebih akan kehilangan air mani. Pria dengan sindrom ini juga percaya bahwa air mani bercampur dengan urine dan dikeluarkan saat buang air kecil. Ada keyakinan yang tertersebar luas dalam budaya India yaitu bahwwa hilangnya air mani merupakan sesuatu yang berbahaya karena mengurangi energi mental dan fisik tubuh. Gejala gejala yang timbul dari orang dengan gangguan disosiatif menunjukkan sikap yang cukup mencolok di antara kelompok sosialnya. Perilaku menyimpang: menyakiti diri sendiri atau orang lain
Kepribadian yang cenderung negatif mampu menyakiti diri sendiri ataupun orang lain. Dari sekian banyak kepribadian yang dimiliki, salah satunya merupakan kumpulan dari perasaan atau pengalaman buruk yang membentuk kepribadian buruk yang lebih kuat.Apabila penderita di paparkan pada situasi yang tidak menyenangkan, kepribadian ini bisa mengambil alih dan membalas.Misalnya ada teman yang mengejek, penderita tidak menyukainya.Apabila kepribadian yang muncul setelah pemicu tersebut adalah kepribadian buruk, bisa saja penderita memiliki perilaku kasar. Namun apabila kepribadian yang muncul adalah yang sebaliknya, maka perilaku penderita akan mengurung diri atau menyakiti dirinya sendiri.
    
KESIMPULAN
Gangguan disasosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya perubahan perasaan individu tentang identitas, memori, atau kesadarannya. Individu yang mengalami gangguan ini memperoleh kesulitan dalam mengingat peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi pada dirinya, melupakan identitas dirinya bahkan membentuk identitas baru
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis.Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan tersebut mempunyai jenis dan tipe-tipe yang berbeda namun dapat di tangani atau di obati dengan terapi.

Referensi:

Davidson, Gleaves, dkk. 1996. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Press.

Jeffrey S. Nevid, dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nevid S. Jeffrey dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT.Gelora Aksara.

0 komentar:

Posting Komentar