Hidup Untuk Makan Atau Makan Untuk Hidup
Siti Hanifah (16.310.410.1151)
Manusia. Kebutuhan yang paling dasar, paling kuat, dan paling jelas
antara sekian banyak kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk mempertahankan
hidupnya secara fisik. Ini meliputi kebutuhan terhadap oksigen, air, makanan-minuman,
istirahat ataupun tidur. Pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan ini sangat
penting untuk kelangsungan hidup. Karenanya kebutuhan-kebutuhan tersebut
merupakan yang terkuat dari semua kebutuhan. Seseorang yang mengalami
kekurangan makanan, harga diri dan cinta, pertama – tama dia akan memburu
makanan terlebih dahulu. Ia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan
yang lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.
Tokoh psikologi Abraham H. Maslow
mengatakan “orang yang dalam keadaan
lapar berat, tak ada minat lain kecuali pada makanan. Orang tersebut tentu
bermimpi/berhayal tentang makanan, ia teringat tentang makanan, ia berfikir
tentang makanan, emosinya tergerak hanya pada makanan, ia hanya mempersiapkan
makanan, dan ia hanya menginginkan makanan. Orang semacam itu secara tegas
dapat dikatakan hanya dapat hidup dengan makanan belaka.”
Kasus inipun sering kita lihat
dijalanan banyaknya pengemis yang meminta-minta hanya demi mendapatkan makanan.
Contoh lain yang saya lihat secara nyata yaitu ketika saya berada di Sulawesi tengah
tepatnya di Palu, di daerah tersebut terkena bencana yang sangat dasyat
sehingga menghancurkan hampir seluruh wilayah Sulawesi, saat bencana telah usai
warga berbondong-bondong berebut bantuan sembako untuk dapat mempertahankan
hidup. Bahkan disalah satu daerah dikota tersebut, ada beberapa rumah seluruh
isinya dan apa yang ada ditempat mereka selamat dan merekapun sehat, namun
mereka berpura-pura mendirikan tenda ditempat berbeda. Lantas, jika bantuan
sudah diterima mereka tidak tinggal di tenda tersebut namun kembali ke rumah
mereka, begitu seterusnya mereka mengulangi hal tersebut, hingga sampe sekarang,
padahal kita ketahui bahwa gempa di Palu sudah lebih dari setengah tahun. Ini hanya contoh secuil wilayah kecil namun memang sebagian besar warga ada yang benar-benar membutuhkan bantuan tentunya. Ini sangat
jelas terlihat bahwa warga tersebut benar-benar menggantungkan hidupnya pada
makanan/sembako sehingga mereka rela melakukan berbagai hal atau cara karena
yang dipikiran mereka adalah pemenuhan kebutuhan fisiologisnya.
Dari sini kita lihat bahwa
memang benar kebutuhan mendasar manusia adalah tentang pemuasan kebutuhan
fisiologis yang tentu akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut.
Selanjutnya kendati demikian kebutuhan fisiologis ini sebenarnya lebih mudah
diidentifikasikan dibandingkan oleh kebutuhan lain yang lebih tinggi, namun
kebutuhan-kebutuhan tersebut tetap tidak dapat diperlakukan sebagai fenomena
yang terpisah-pisah, yang berdiri sendiri-sendiri. Misalnya, seseorang yang
berfikir bahwa ia lapar secara nyata mungkin juga merasakan kebutuhan yang lain
seperti kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman atau kebutuhan lain tertentu.
Namun, ada orang-orang tertentu yang mengalihkan lapar ini dengan aktifitas lain misalnya merokok atau minum air putih. Jadi, sebenarnya aneka kebutuhan saling
berhubungan tinggal bagaimana kita menyikapi sebaik-baiknya manusia tentu dengan tidak
melakukan berbagai cara untuk memenuhi nafsu yang kita miliki, pintar-pintarnya kita mengendalikan sehingga kita terhindar dari dampak yang tidak baik untuk kehidupan kita mendatang atau bahkan hal yang dapat mencelakakan diri kita
sendiri.
Baihaqi MIF. (2008). Psikologi
pertumbuhan -Kepribadian sehat untuk mengembangkan optimisme.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Goble, G.Frank. 1987. Mazhab
Ketiga –Psikologi Humanistik Abraham
Maslow. Terjemah oleh
Supratinya. Yogyakarta: Kanisius
Supratinya. Yogyakarta: Kanisius
0 komentar:
Posting Komentar