14.3.19

Kuliah Sambil Kerja, Why Not?



Ika Fatmawati
183104101185
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta



Pendidikan merupakan suatu hal yang pokok dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas masyarakat yang berkarakter. Sekarang ini bukan alasan lagi tidak bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi hanya karena sudah bekerja. Banyak perguruan tinggi yang menawarkan jam sore, malam, bahkan akhir pekan. Tinggal bagaimana kita mengatur waktu untuk bisa kuliah, tapi tetap bekerja.

              Sebagian orang kuliah sambil bekerja karena tuntutan pekerjaan, tetapi sebagian orang lagi karena menganggap menuntut ilmu sebagai sebuah keharusan. Begitu juga dengan saya yang memutuskan untuk kuliah meskipun saya juga bekerja. Bekerja dengan terikat waktu oleh instansi tidak menyurutkan  semangat saya untuk kuliah, saya pasti bisa jika bersungguh-sungguh dan berpikir positif.
              Berpikir positif membantu kita untuk mengarahkan motivasi, kemampuan kognisi, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi tantangan akademik dengan optimal. Dengan mengubah cara berpikirnya menjadi positif, efikasi diri akademik dapat ditingkatkan, karena berpikir positif membuat individu cenderung berperasaan positif serta memandang tujuan akademik tertentu dapat diraihnya apabila mau mengarahkan dan memotivasi dirinya sendiri untuk mencapai harapan akademiknya, sehingga efikasi diri akademiknya menjadi tinggi.
              Hal yang ikut menentukan kuliah sambil kerja bisa tuntas yaitu Adversity Quotient (AQ). AQ adalah kecerdasan untuk bertahan dan mengatasi setiap kesulitan hidup melalui perjuangan. Dengan AQ ditentukan kadar kemampuan seseorang mengatasi kemelut tanpa menjadi putus asa.
              Paul G. Stoltz, Ph.D (dalam Arifah, 2010), mengungkapkan tentang "Turning Obstacles into Opportunities" menjelaskan tentang gambaran AQ dengan meminjam terminology para pendaki gunung. Stoltz membagi para pendaki menjadi tiga jenis yaitu quitter atau mudah menyerah, camper atau berkemah di tengah perjalanan, dan climber atau pendaki yang mencapai puncak. AQ bukan bersifat bawaan tetapi bisa dipelajari yaitu dengan memperhatikan fisik, kesehatan,daya tahan mental, kestabilan emosi, kemampuan sosial,keimanan, ibadah, ketrampilan dan seksualitas yang normal.
              Apakah kita terlambat untuk kuliah, atau malu dengan teman- teman kuliah dikelas yang sebagian besar usianya di bawah kita? Saya rasa tidak. Tidak menjadi jaminan  yang muda bisa berprestasi kalau tidak bisa mengelola waktunya dengan baik, meskipun mereka memiliki lebih banyak waktu luang dibanding kita.
              Kita kurang beruntung dalam hal muda berprestasi, tapi kita punya pengalaman yang lebih luas. Tanyakan kembali pada diri kita, apakah kita mau menjadi mahasiswa tipe quitter yang mudah menyerah? Ketika kenyataan kuliah tidak semudah yang kita bayangkan, kemudian menghilang dari perkuliahan. Ataukah tipe camper, asal masuk yang penting bisa lulus? Mengikuti saja, yang penting tidak mengulang, berapapun nilainya yang penting lulus jadi sarjana. Atau kita mahasiswa tipe climber yang berhasil menyelesaikan kuliah dengan tuntas, dan bisa mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki?
              Saya memutuskan bergabung dengan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, karena membuka kelas malam dengan jurusan yang saya minati, Psikologi. Kuliah dengan biaya yang cukup terjangkau serta tenaga pengajar yang berkompeten di bidangnya, di tengah keterbatasan waktu yang ada menjadi motivasi tersendiri bagi saya. Dukungan keluarga dan instansi tempat saya bekerja menambah semangat saya untuk kuliah.
              Jadi, kesimpulan saya setiap mahasiswa yang kuliah sambil bekerja hendaknya selalu optimis, berpikir positif dan berlatih untuk menjadi mahasiswa tipe climber. Bisa menuntaskan kuliahnya sampai wisuda dan memiliki prestasi. Bekerja tidak menjadi penghalang untuk berprestasi di akademik, tetapi di jadikan motivasi supaya tidak mudah menyerah, mau mencoba hal baru untuk mengetahui potensi apa yang ada dalam diri kita. Terus motivasi diri, tua saat memulai kuliah tidaklah mengapa, asal jangan menua di kampus dengan status menjadi mahasiswa. Kuliah sambil kerja, siapa takut?

Referensi :

- Arifah, Bunda. 2010. Smart Parenting With Love. Jakarta : Progressio Publishing
- Dwitanyanov, Aswendo, Farida Hidayati, Dian Ratna Sawitri. 2010. Jurnal Berpikir Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif pada Efikasi Diri Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologi Undip vol.8 no.2 Oktober 2010

0 komentar:

Posting Komentar