Ika Fatmawati
183104101185
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Yogyakarta
Pendidikan
merupakan suatu hal yang pokok dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas masyarakat yang berkarakter. Sekarang ini bukan alasan
lagi tidak bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi hanya karena sudah
bekerja. Banyak perguruan tinggi yang menawarkan jam sore, malam, bahkan akhir
pekan. Tinggal bagaimana kita mengatur waktu untuk bisa kuliah, tapi tetap
bekerja.
Sebagian orang kuliah sambil
bekerja karena tuntutan pekerjaan, tetapi sebagian orang lagi karena menganggap
menuntut ilmu sebagai sebuah keharusan. Begitu juga dengan saya yang memutuskan
untuk kuliah meskipun saya juga bekerja. Bekerja dengan terikat waktu oleh
instansi tidak menyurutkan semangat saya
untuk kuliah, saya pasti bisa jika bersungguh-sungguh dan berpikir positif.
Berpikir
positif membantu kita untuk mengarahkan motivasi, kemampuan kognisi, dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi
tantangan akademik dengan optimal. Dengan mengubah cara berpikirnya menjadi
positif, efikasi diri akademik dapat ditingkatkan, karena berpikir positif
membuat individu cenderung berperasaan positif serta memandang tujuan akademik
tertentu dapat diraihnya apabila mau mengarahkan dan memotivasi dirinya sendiri
untuk mencapai harapan akademiknya, sehingga efikasi diri akademiknya menjadi
tinggi.
Hal yang ikut menentukan kuliah
sambil kerja bisa tuntas yaitu Adversity
Quotient (AQ). AQ adalah
kecerdasan untuk bertahan dan mengatasi setiap kesulitan hidup melalui
perjuangan. Dengan AQ ditentukan
kadar kemampuan seseorang mengatasi kemelut tanpa menjadi putus asa.
Paul G. Stoltz, Ph.D (dalam Arifah,
2010), mengungkapkan tentang "Turning
Obstacles into Opportunities" menjelaskan tentang gambaran AQ dengan
meminjam terminology para pendaki gunung. Stoltz membagi para pendaki menjadi
tiga jenis yaitu quitter atau mudah menyerah, camper atau berkemah di tengah
perjalanan, dan climber atau pendaki yang mencapai puncak. AQ bukan bersifat
bawaan tetapi bisa dipelajari yaitu dengan memperhatikan fisik, kesehatan,daya
tahan mental, kestabilan emosi, kemampuan sosial,keimanan, ibadah, ketrampilan
dan seksualitas yang normal.
Apakah kita terlambat untuk
kuliah, atau malu dengan teman- teman kuliah dikelas yang sebagian besar
usianya di bawah kita? Saya rasa tidak. Tidak menjadi jaminan yang muda bisa berprestasi kalau tidak bisa
mengelola waktunya dengan baik, meskipun mereka memiliki lebih banyak waktu
luang dibanding kita.
Kita kurang beruntung dalam hal
muda berprestasi, tapi kita punya pengalaman yang lebih luas. Tanyakan kembali
pada diri kita, apakah kita mau menjadi mahasiswa tipe quitter yang mudah menyerah? Ketika kenyataan kuliah tidak semudah
yang kita bayangkan, kemudian menghilang dari perkuliahan. Ataukah tipe camper, asal masuk yang penting bisa
lulus? Mengikuti saja, yang penting tidak mengulang, berapapun nilainya yang
penting lulus jadi sarjana. Atau kita mahasiswa tipe climber yang berhasil menyelesaikan kuliah dengan tuntas, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki?
Saya memutuskan bergabung dengan
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, karena membuka kelas malam dengan jurusan
yang saya minati, Psikologi. Kuliah dengan biaya yang cukup terjangkau serta
tenaga pengajar yang berkompeten di bidangnya, di tengah keterbatasan waktu
yang ada menjadi motivasi tersendiri bagi saya. Dukungan keluarga dan instansi
tempat saya bekerja menambah semangat saya untuk kuliah.
Jadi, kesimpulan saya setiap
mahasiswa yang kuliah sambil bekerja hendaknya selalu optimis, berpikir positif
dan berlatih untuk menjadi mahasiswa tipe climber. Bisa menuntaskan kuliahnya
sampai wisuda dan memiliki prestasi. Bekerja tidak menjadi penghalang untuk
berprestasi di akademik, tetapi di jadikan motivasi supaya tidak mudah
menyerah, mau mencoba hal baru untuk mengetahui potensi apa yang ada dalam diri
kita. Terus motivasi diri, tua saat memulai kuliah tidaklah mengapa, asal
jangan menua di kampus dengan status menjadi mahasiswa. Kuliah sambil kerja, siapa
takut?
Referensi :
- Arifah, Bunda. 2010. Smart Parenting With Love. Jakarta : Progressio Publishing
- Dwitanyanov, Aswendo, Farida Hidayati, Dian Ratna
Sawitri. 2010. Jurnal Berpikir
Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif pada Efikasi Diri Akademik Mahasiswa.
Jurnal Psikologi Undip vol.8 no.2 Oktober 2010
0 komentar:
Posting Komentar