Meysella Al Firdha Hanim
(18.310.410.1196)
Setiap
orang pasti menginginkan sebuah keluarga yang harmonis, tapi tidak semua
anggota keluarga menjalankan perannya dengan maksimal. Orangtua berperan
penting dalam membentuk karakter anak karena lingkungan pertama yang akan
dilalui anak adalah lingkungan keluarga, sehingga harmonisnya hubungan anggota
keluarga akan ikut mempengaruhi mental dan pembentukan karakter anak. Harmonisnya
hubungan orangtua, membuat mental dan karakter anak tumbuh berkembang dengan baik
karena anak tidak menyaksikan pertengkaran orangtuanya dan komunikasi orangtua
dengan anak tidak dipengaruhi emosi kemarahan setelah adanya pertengkaran bapak
dan ibu.
Gunarsa (2004), mendefinisikan kenakalan
remaja itu terjadi pada remaja yang mempunyai konsep diri lebih negatif
dibandingkan dengan remaja yang tidak bermasalah. Remaja yang dibesarkan dalam
keluarga kurang harmonis dan memiliki kecenderungan yang lebih besar menjadi
remaja yang nakal dibandingkan remaja yang dibesarkan dalam keluarga harmonis
dan memiliki konsep diri yang positif. Kenakalan remaja ini ada yang berkaitan dengan kriminal
misalnya perkelahian, pencurian, dan penyalahgunaan obat. Kenakalan remaja non
kriminal, misalnya membolos di jam sekolah, kasar dan tidak sopan kepada
orangtua. Oleh karena itu lingkungan keluarga yang kurang harmonis dan broken home harus diperbaiki sedini mungkin agar tidak mengganggu tumbuh kembang anak, apalagi masa remaja adalah
proses mencari jati diri.
Erikson (dalam Yusuf, 2004) menyatakan masa
remaja adalah masa pencarian identitas diri, karena identitas diri merupakan
titik penting dari pengalaman hidup remaja pada keadaan yang diharapkan mampu
mempersiapkan dirinya untuk masa depan. Walaupun telah bercerai, orangtua harus
tetap mendampingi tumbuh kembang anak remajanya walaupun pendampingannya tidak
dilakukan bersamaan antara bapak, ibu dan anak remaja. Komunikasi yang baik
serta keterbukaan dan pemberian pemahaman yang baik kepada remaja mengenai
kondisi keluarganya akan mempermudah remaja agar dapat lebih menerima keadaan
keluarganya dan lebih mudah dalam memaafkan. Kepada remaja yang orangtuanya
bercerai agar dapat lebih terbuka kepada orang terdekatnya dalam mencurahkan
perasaannya, serta mengembangkan pemikiran positif dan dapat mengambil hikmah
dari perceraian orangtua.
Referensi
Gunarsa, Singgih D. (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.
Jakarta: Gunung Mulia.
Syamsu Yusuf. (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
0 komentar:
Posting Komentar