Widuri
Mayangsari
1731.0410.1167
Mata Kuliah : Psikologi Abnormal
Dosen Pengampu : Fx. Wahyu Widiantoro S.Psi., M.A
Gangguan Makan sering kali
dianggap sebagai pilihan gaya hidup. Bulimia nervosa atau sering disebut bulimia adalah
salah satu dari gangguan pola makan. Penderita bulimia ditandai dengan
usaha
memuntahkan kembali makanan yang telah dimakannya.
Menurut
Mariyanti (2017), hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kalori yang berlebih
karena merasa bersalah, malu dan takut mengalami kenaikan berat badan berlebih.
Sementara para psikoanalis memiliki pandangan yang berbeda, bulimia terjadi
karena penderitanya mencari kepuasan dengan cara makan makanan yang banyak
sebagai kompensasi atas tidak tercukupinya kebutuhan kasih sayang dan perhatian
(Dariyo.2004)
Penderita bulimia makan dengan jumlah banyak kemudian
memuntahkannya secara paksa, bahkan cara yang
dilakukan biasanya dengan memaksa diri berolahraga terlalu keras. Gejala
bulimia lainnya adalah penggunaan suplemen penurunan berat badan secara
ekstrem, penggunaan pencahar, mengonsumsi obat diuretik atau enema secara
teratur. Penderita bulimia cenderung menilai kekurangan pada dirinya dengan
terlalu keras, meski sebenarnya berat badannya normal atau sedikit berlebih.
Banyak penderita bulimia juga membatasi makan dalam siang hari sehingga
meningkatkan jumlah makanan pada malam hari, kemudian dimuntahkan kembali.
Gangguan bulimia lebih banyak dialami oleh wanita
antara usia remaja dan awal masa dewasa daripada laki-laki, salah satunya adalah
artis Tina Toon. Tina menjadi korban bully teman-temannya. Menjadi bahan olok-olok
karena tubuh suburnya sehingga terobsesi memiliki tubuh langsing yang
membuatnya berjuang melawan bulimia. Tina berusaha memendam masalah itu
sendiri. Namun, akhirnya terserang stres berat (Viva.2014)
Dalam
PPDGJ atau pun Diagnostic and Statistic Mental Disorder, gangguan pola makan
termasuk dalam gangguan mental, sehingga tidak bisa diatasi hanya dengan
konseling gizi saja. Diperlukan juga terapi perilaku kognitif, psikoterapi,
modifikasi perilaku bahkan obat-obatan tergantung kondisi mental pasien. Salah
satu terapi yang paling efektif adalah terapi
perilaku kognitif. Penderita diarahkan agar menyadari bahwa cara berpikirnya di
masa lalu adalah yang kurang benar, terapi perilaku terfokus pada hubungan
antara masalah, pola pikir, dan perilaku penderita.
Referensi:
- Dariyo Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
- Dr. Mariyanti. 2017. Gangguan Makan dalam https://www.alodokter.com/gangguan-makan diakses pada 25 maret 2019
- Kunthi Kristyani. 2018. Putri Diana Derita Gangguan Makan, Inilah Gejala dan Cara Mengatasinya dalam https://nakita.grid.id/read/02897092/putri-diana-derita-gangguan-makan-inilah-gejala-dan-cara-mengatasinya?page=all diakses pada 25 maret 2019
- Tim Viva. 2014. Derita Bulimia Tina Toon https://www.viva.co.id/arsip/539177-derita-bulimia-tina-toon diakses pada 25 maret 2019
- Asep Candra. 2013. Gangguan Makan Termasuk Gangguan Mental dalam https://lifestyle.kompas.com/read/2013/02/19/14371537/gangguan.makan.termasuk.gangguan.mental diakses pada 25 maret 2019
0 komentar:
Posting Komentar