Meysella Al Firdha Hanim
(18.310.410.1196)
Saat ini, semakin banyak juga wanita yang
terang-terangan menunjukkan bahwa mereka merokok. Merokok memang punya dampak
negatif. Tetapi bagi kebanyakan orang yang sudah kecanduan, meninggalkan
kebiasaan ini bukan hal yang mudah. Lingkungan mereka pun sudah lebih
bisa menerima, walaupun masih ada yang menentang keras. Gambaran wanita
sebagai makhluk yang lembut, halus, dan anggun tidak pas dengan citra rokok yang maskulin. Akibatnya, wanita
perokok sering dianggap
menjijikkan, nakal, dan tidak bermoral.
Menurut Husaini 2006 (dalam Kurniawan 2013),
berdasarkan aktivitasnya merokok dibagi menjadi dua yaitu, perokok aktif yaitu orang
yang langsung merokok dan perokok pasif yaitu orang yang tidak merokok tetapi
terpapar langsung oleh asap tembakau dari orang yang merokok disekitarnya.
Perokok pasif ini lebih banyak resikonya karena terpapar asap rokok lebih
banyak dibanding perokok itu sendiri.
Merokok lebih berbahaya bagi wanita, karena DNA pada wanita tidak bisa pulih ketika
mengalami kerusakan, tidak seperti laki-laki yang memiliki kemampuan
memperbaiki DNA yang rusak lebih baik. Padahal salah satu dampak merokok adalah
kerusakan DNA yang dapat menimbulkan berbagai penyakit kanker seperti kanker
paru, kanker mulut rahim, serangan jantung, atau asma. Wanita perokok yang
menggunakan pil KB juga beresiko terkena serangan jantung, stroke, dan
penyumbatan pembuluh darah 10 kali lebih besar dari yang bukan perokok, serta
bisa menurunkan kesuburan hingga 50%.
Pramudiarja (dalam Detik.com,2015) dari penelitian kementrian kesehatan
pada tahun 2013 bahwa wanita perokok cenderung meningkat. Wanita yang merokok
pengaruhi oleh mudahnya akses untuk membeli rokok, dan menariknya di provinsi
tersebut laki-laki yang merokok justru paling rendah. Dilihat dari status
ekonomi para perokok menduduki ekonomi menengah kebawah yakni 35,1% sedangkan
kalangan ekonomi menengah atas 0,9% dan ekonomi paling bawah hanya 0,6%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita merokok antara lain adalah meniru orang
terdekat seperti orangtua, dorongan atau pemikiran tentang wanita yang merokok
itu keren karena tidak semua wanita merokok, lingkungan tempat bermain, dan
budaya sekitar yang menjadikan kecanduan merokok pada wanita. Selain itu, mereka
juga beranggapan bahwa dengan merokok mereka bisa mendapatkan inspirasi,
mengusir kejenuhan, dan mengontrol berat badannya.
Menurut Santrock (2008), pembelajaran observasional merupakan
pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku
orang lain. Jika individu mempunyai konsep diri yang rendah maka ia akan mudah
terpengaruh hal yang negatif dari lingkungan dan sebaliknya jika individu
mempunyai konsep diri yang baik akan fleksibel dalam merespon lingkungan
sosialnya. Konsep diri pada individu bisa berubah seiring berjalannya waktu dan
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman baru dan informasi yang didapat dari
lingkungan sekitar.
Jadi, saran bagi wanita yang merokok, hendaknya dapat mempertimbangkan
untuk perlahan mengurangi intensitas rokok yang dikonsumsi karena dampak
negatif rokok bagi perempuan jauh lebih besar. Intinya love your self dan apresiasilah diri sendiri,
bisa dimulai dari hal yang paling sederhana misalnya merawat tubuh, karena
orang yang peduli dengan tubuhnya sendiri sudah pasti bisa mengapresiasikan
dirinya dengan baik. Hal itu menjadi penting untuk
menumbuhkan sikap positif dalam menghadapi permasalahan hidup, sehingga tidak
melampiaskan masalah atau stress melalui perilaku merokok.
Referensi
Kurniawan
(2013). Jurnal Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Merokok Mahasiswi. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Pramurdiarja (2015).
Jumlah Perempuan Perokok Meningkat,
Terbanyak Ada Di Papua. Detik.com
Santrock,J.W.
(2008). Psikologi Pendidikan.(edisi
kedua) Jakarta: Kencana.
0 komentar:
Posting Komentar