Peran Kearifan terhadap
Kecemasan
Menghadapi Kematian pada Lansia
ManikMuthmain
143104101077
Mata Kuliah
:Psikologi Abnormal
DosenPengampu
:Fx. WahyuWidiantoroS.Psi., M.A

Sejak awal kehidupan manusia, kematian merupakan suatu fakta yang tidak menyenangkan dari proses kehidupan. Kematian memiliki sifat abstrak, tidak dapat dikontrol, tidak memiliki wujud, serta tidak dapat dipahami (Royal & Fereshte dalam Dinakaramani dan Indati, 2018). Sifat kematian yang tidak dapat diprediksi mampu memicu rasa prihatin, rasa takut, dan rasa cemas (Yalom dalam Dinakaramani dan Indati, 2018). Kecemasan menghadapi kematian merupakan fenomena umum yang terjadi pada manusia di segala rentang usia dan dapatdipandang sebagai motivasi dasar dari perilaku manusia (Cicirelli dalam Dinakaramani dan Indati, 2018).
Faktor - faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi kematian telah banyak diteliti di berbagai negara. Faktor-faktor tersebut antara lain self-efficacy, religiusitas, self -esteem, dan kearifan. Menurut penelitian (Fry dalam Dinakaramani dan Indati, 2018) self-efficacy merupakan prediktor penting dalam menurunkan kecemasan menghadapi kematian pada lansia. Individu yang arif mampu memahami peru bahan - perubahan yang dialami dalam hidupnya serta mampu melihat fenomena dalam hidupnya dari berbagai persepektif (Ardelt dalam Dinakaramani dan Indati, 2018). Kearifan memiliki karakteristik utama berupa penerimaan (Randall & Kenyon dalam Dinakaramani dan Indati, 2018). Penerimaan yang dilakukan berbeda dengan putus asa, karena penerimaan yang dilakukan oleh individu yang arif merupakan wujud berserah diripada perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya, termasuk dalam menghadapi kematian (Ardelt & Edwards dalam Dinakaramani dan Indati, 2018).
Kematian memang merupakan peristiwa yang tidak dapat terelakkan, tidak dapat diketahui secara pasti sehingga dapat memicu seseorang menjadi merasa cemas. Seseorang merasa cemas atau tidak dalam menghadapi kematian tergantung pada bagaiman individu tersebut mengevaluasi hidupnya dan ada atau tidak penyesalan yang dirasakan dalam hidupnya. Tidak ada penyesalan dalam hidup merupakan salah satu aspek dari konsep kearifan yang dicetuskan oleh (Ardelt dalam Dinakaramani dan Indati, 2018). Dengan demikian, lansia yang arif akan pasrah dan tanpa putus asa menerima kondisi dirinya yang terus menurun hingga datangnya kematian. Lansia yang arif juga mampu memandang kematian dari berbagai sudut pandang sehingga mampu memandang kematian secara positif.
Daftar Pustaka
Dinakaramani
dan Indati, 2018. Jurnal. Peran Kearifan (Wisdom) terhadap Kecemasan
pada Lansia. Universitas Gadjah Mada.
0 komentar:
Posting Komentar