“MENGKAJI KASUS ANOREXIA NERVOSA PADA SUBJEK X”
Nama : Meissy Bella Sari
Nim
: 163104101143
Psikologi
Klinis
Subjek X, 24 tahun, dikirim ke bangsal
psikiatri sebuah rumah sakit umum untuk mendapatkan penanganan terhadap
anoreksia nervosa. Meskipun ia merasa tidak merasa ada yang salah dengan
dirinya, namun orangtuanya telah berkonsultasi dengan seorang psikiater, dan
mereka bertiga memberinya pilihan untuk dirawat di rumah sakit atas keinginan
sendiri atau dirawat dengan paksa.
Saat itu berat badan X hanya sekitar 35
Kg dengan tinggi sekitar 165 cm. Ia tidak mengalami menstruasi selama tiga
tahun dan memiliki berbagai masalah kesehatan-hipotensi (tekanan darah rendah
yang tidak normal), denyut jantung yang tidak teratur dan sangat rendahnya
kadar potasium dan kalsium.
Subjek X mengalami beberapa episode
penurunan berat badan yang dramatis, dimulai pada usia 18 tahun ketika ia
mengalami perceraian dalam perkawinannya yang pertama. Namun, tidak satupun
dalam berbagai episode sebelumnya separah episode saat ini, dan ia belum pernah
dirawat sebelumnya. Ia sangat takut menjadi gemuk, dan meskipun ia tidak pernah
benar-benar mengalami kelebihan berat badan, ia merasa pantat dan perutnya
terlalu besar. (ia tetap merasa demikian meskipun berat badannya hanya 35 Kg).
Selama periode penurunan berat badan ia
sangat membatasi asupan makanan.
X, perempuan dalam kasus di atas, menderita anoreksia nervosa. Istilah anoreksia berarti hilangnya selera makan, dan nervosa mengindikasikan bahwa hilangnya selera makan tersebut memiliki sebab emosional. Istilah itu sendiri tidak tepat karena sebagian besar pasien yang menderita anoreksia nervosa secara aktual tidak kehilangan selera makan atau selera mereka terhadap makanan. Secara kontras, seraya melaparkan diri sendiri, sebagian besar pasien gangguan ini menjadi sibuk dengan urusan makanan; mereka dapat membaca buku-buku masakan secara konstan dan menyiapkan aneka makanan untuk keluarga mereka.
X, perempuan dalam kasus di atas, menderita anoreksia nervosa. Istilah anoreksia berarti hilangnya selera makan, dan nervosa mengindikasikan bahwa hilangnya selera makan tersebut memiliki sebab emosional. Istilah itu sendiri tidak tepat karena sebagian besar pasien yang menderita anoreksia nervosa secara aktual tidak kehilangan selera makan atau selera mereka terhadap makanan. Secara kontras, seraya melaparkan diri sendiri, sebagian besar pasien gangguan ini menjadi sibuk dengan urusan makanan; mereka dapat membaca buku-buku masakan secara konstan dan menyiapkan aneka makanan untuk keluarga mereka.
Ø Kriteria
DSM-IV-TR untuk Anoreksia Nervosa
·
Menolak untuk mempertahankan berat badan
normal
·
Meskipun berat badannya sangat kurang,
namun mengalami ketakutan yang amat sangat menjadi gemuk
·
Gangguan citra tubuh
·
Pada perempuan yang telah mengalami
menstruasi, terjadi amenorea
·
Penanganan anoreksia melalui
aspek psikologis
Sejumlah pengobatan psikologis bisa
diterapkan untuk mengobati anoreksia. Biasanya pengobatan akan berlangsung
selama setengah tahun hingga satu tahun, atau bahkan lebih lama tergantung
kepada kondisi pengidap atau tingkat keparahan anoreksia. Salah satu contoh metode
penanganan anoreksia melalui aspek psikologis adalah melalui terapi perilaku
untuk mengubah pola pikir negatif. Perilaku seseorang biasanya merupakan buah
dari pola pikirnya. Begitu pula sebaliknya, tingkah laku dapat membentuk pola
pikir juga. Banyak hal-hal tidak realistis yang diyakini sebagai sesuatu yang
benar oleh pengidap anoreksia. Misalnya mereka merasa harga diri mereka
tergantung pada berat badan mereka. Mereka sangat takut diejek atau tidak
dihargai lagi oleh orang lain karena dianggap gemuk.
Oleh karena itu, melalui terapi perilaku
kognitif, ahli terapi akan berusaha membantu pasien mengubah pemikiran negatif
mengenai makanan dan penampilan menjadi suatu pola pemikiran yang positif dan
realistis, sehingga diharapkan perilaku menyimpang pasien dapat hilang. Metode
penanganan kedua adalah melalui terapi kognitif analitik dengan menelusuri masa
lalu pasien. Terapi ini didasarkan kepada teori yang menyatakan bahwa masalah
kesehatan mental termasuk anoreksia disebabkan oleh pola pikir dan tingkah laku
tidak sehat yang dibentuk sejak pasien masih kanak-kanak atau remaja.
Terapi kognitif analitik melibatkan tiga
tahapan proses. Tahap pertama adalah reformulasi. Pada tahap reformulasi,
biasanya spesialis terapi akan mencari tahu pengalaman pasien pada masa lalu
yang mungkin bisa menjadi alasan kenapa pola-pola yang tidak sehat tersebut
bisa berkembang. Tahap kedua adalah pengenalan. Seorang ahli terapi akan
membantu pasien melihat dan memahami bagaimana pola-pola yang tidak sehat
tersebut berkontribusi terhadap anoreksia. Tahap ketiga atau tahap terakhir
adalah revisi. Pada tahap ini, sejumlah perubahan yang dapat menghentikan
pola-pola yang tidak sehat tersebut diidentifikasi, dikaji, kemudian
diterapkan.
Metode penanganan ketiga adalah dengan
terapi interpersonal untuk mengkaji lingkungan penderita.Terapi ini mendasarkan
teori kepada hubungan lingkungan dengan anoreksia yang mana lingkungan dan
orang di sekitar memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk
keadaan psikologis pengidap. Teori tersebut menyimpulkan bahwa kepercayaan diri
yang rendah serta rasa cemas yang dialami pengidap timbul dari interaksinya
dengan orang-orang di sekitar. Selama terapi ini, ahli terapi akan berusaha
menelaah hal-hal negatif yang berkaitan dengan hubungan interpersonal pasien
dan mencari tahu cara mengatasi hal-hal negatif tersebut.
Peran keluarga sebagai bagian dari
pengobatan anoreksia. Peran keluarga sangat penting bagi kesembuhan pengidap
anoreksia karena biasanya keluarga adalah pihak yang paling merasakan dampak
anoreksia itu sendiri. Selain harus berusaha memahami kondisi yang sedang
dialami pengidap, keluarga juga dapat bekerja sama dengan dokter dalam membantu
mempercepat proses kesembuhan.
Penanganan anoreksia dengan
menggunakan obat-obatan. Jika anoreksia hanya diatasi dengan mengonsumsi
obat-obatan, biasanya hasilnya tidak akan efektif. Penggunaan obat-obatan baru
akan terasa efektif jika dikombinasikan dengan terapi lain. Obat-obatan juga
digunakan untuk menangani masalah-masalah psikologis yang terkait dengan
anoreksia, seperti depresi dan gangguan obsesif kompulsif. Obat-obatan yang
mungkin diberikan antara lain antidepresan, antipsikotik, dan penstabil mood.
Contoh obat-obatan yang biasa diberikan antara lain olanzapine dan selective
serotonin reuptake inhabitors (SSRIs). SSRIs merupakan antidepresan. Obat
ini dapat membantu meredakan depresi dan rasa cemas terkait anoreksia. Biasanya
dokter akan memberikan obat ini jika berat badan pasien telah kembali normal.
Pemberian SSRIs kepada pasien dengan berat badan di bawah normal dikhawatirkan
akan menimbulkan efek samping buruk. Sedangkan olanzapine merupakan
obat yang biasanya diberikan kepada pengidap anoreksia yang tidak merespons
kepada metode pengobatan lainnya. Obat ini dapat membantu meredakan rasa cemas
yang berkaitan dengan pola makan atau berat badan.
Pengobatan anoreksia tidak dapat dilakukan secara instan. Untuk pulih sepenuhnya, pengidap bisa membutuhkan waktu beberapa tahun karena seiring menjalani pengobatan pun, beberapa dari mereka masih mengalami gangguan makan.
Pengobatan anoreksia tidak dapat dilakukan secara instan. Untuk pulih sepenuhnya, pengidap bisa membutuhkan waktu beberapa tahun karena seiring menjalani pengobatan pun, beberapa dari mereka masih mengalami gangguan makan.
Sumber:
Davison,
G. C., Neale, J. M., & Kring, A. N. (2014). Psikologi abnormal: Edisi ke-9.
Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Rajagrafindo Persada.
0 komentar:
Posting Komentar