23.9.18

REVIEW : PSI KEPRIBADIAN II TEORI ABRAHAM MASLOW


        I. RIWAYAT MASLOW

       Abraham Harold Maslow lahir di Brookllyn, new york, pada tanggal 1 April 1908. orang tuanya merupakan  imigran Yahudi Rusia kemudian  pindah ke Amerika Serikat dengan harapan memperoleh kehidupan  lebih baik. Sebagai anak  tertua dari tujuh bersaudara, Maslow  didorong orang tuanya  untuk menjadi  kuat agar mencapai keberhasilan dalam pendidikan.

         Karena desakan sang ayah, awal  mulanya Maslow memilih hukum sebagai bidang studinya di city College, New york. Tetapi baru dua minggu kuliah Maslow pindah ke universitas Cornell, dan tak lama kemudian pindah ke universitas Wisconsin, dengan bidang psikologi sebagai bidang pilihannya.

                 Maslow memutuskan  belajar Psikologi terutama karena pengaruh Behaviorisme Watson. Menurut  Maslow saat itu, Behaviorisme merupakan gagasan yang menarik, dan mengikuti program-program yang diadakan oleh Watson, Maslow berharap dirinya bisa merubah dunia.
Maslow mengawali karir akademis dan profesionalnya dengan memegang jabatan sebagai asisten instruktur psikologi di universitas wisconsin (1930-1934), dan sebagai staff pengajar (1934-1935). Kemudian Maslow menjadi staf peneliti di Universitas Columbia sampai tahun 1937. Saat di Universitas Columbia ini Maslow bekerja sebagai asisten Edward L. Thorndike, yaitu seorang tokoh behaviorisme. Setelah itu Maslow menjadi guru besar Pembantu di brooklyn college, new York, sampai tahun 1531. Maslow menyebut kota New York pada akhir tahun 1930-an sebagai dan awal tahun 1940-an, ketika dia bertugas  disana, sebagai pusat Psikologi. Di kota ini ia bertemu dengan tokoh-tokoh intelektual Eropa yang menyelamatkan diri ke Amerika Serikat karena penindasan Hitler. Tokoh-tokoh yang dimaksud seperti erich Fromm, alfred Adler, Karen Horney, Ruth Benedict, dan Max Wetheimer. Percakapan-percakapan informal dan pertukaran pengalaman dengan tokoh-tokoh tersebut memegang peranan penting dalam pembentukan landasan pemikiran humanistik Maslow. Selain itu, kehadiran anaknya yang pertama telah menghilangkan antusiasme Maslow terhadap Behaviorisme. Tingkah laku yang kompleks yang ditunjukan oleh anaknya membuat Maslow berfikir bahwa behaviorisme lebih cocok untuk memahami tikus daripada memahami manusia. Ia berkata : “Orang yang sudah pernah punya punya bayi  tidak menjadi behavioris”

II. Teori Maslow
Maslow merupakan  salah satu tokoh psikologi yang beraliran pada mazhab ketiga (humanis). Dalam teorinya, dia berpendapat bahwa manusia itu didasari oleh kerangka kebutuhan, yang kemudian dikenal dangan teori kebutuhan Maslow. Maslow juga  mengajukan suatu teori kebutuhan yang berdasarkan kepada hirarki, dimana kebutuhan paling mendasar adalah kebutuhan akan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Teori Abraham Maslow, tentang motivasi manusia dapat diterapkan pada hamper seluruh aspek kehidupan pribadi serta social. Maslow juga mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetic atau naluriah. Dan konsep inilah yang mendasar dan unik bagi teori Maslow.
Hirarki Kebutuhan Maslow
1.            Kebutuhan-kebutuhan Fisologis atau Biologis.
Yang mendasar pada teori Maslow adalah pendapatnya tentang kebutuhan fisiologis atau yang biasa disebut dengan kebutuhan biologis. Dimana kebutuhan ini merupakan  kebutuhan yang paling kuat  diantara kebutuhan-kebutuhan yang lainnya, yaitu kebutuhan mempertahankan hidupnya secara fisik diantaranya adalah kebutuhan  makan, minum, tempat tidur, seks dan oksigen.
Maslow mengatakan seseorang yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia akan terlebih dulu memburu kebutuhan dasarnya itu sebelum beranjak kepada kebutuhan lainnya.
2.            Kebutuhan akan Rasa Aman
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis dapat terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru yang oleh Maslow disebut dengan kebutuhan akan rasa aman. Karena kebutuhan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara yang terbaik untuk mengetahui kebutuhan tersebut adalah dengan mengamati tingkah laku orang dewasa yang mengalami gangguan (neurotic). Maslow mengatakan bahwa orang dewasa yang tidak aman (neurotic), maka ia akan bertingkah laku seperti anak-anak yang tidak aman, ia akan merasa dalam keadaan terancam, disamping itu ia akan bertindak seakan-akan dalam keadaan darurat.
3.            Kebutuhan akan rasa cinta kasih
Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow, tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipadankan dengan sebagai kebutuhan fisiologi semata. Ia mengatakan bahwa “tingkah laku seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melaikan oleh kebutuhan lain, yang utama diantaranya adalah kebutuhan akan cinta dan kasih saying. Maslow menyukai rumusan yang dikemukakan oleh Carl Roges tentang cinta, yaitu “keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan dengan sepenuh hati.
Disamping itu Maslow juga berpendapat bahwa, kecendrungan Freudian menganggap cinta berasal dari seks merupakan kesalahan serius. Maslow juga merasa heran mengapa psikologi hanya membahsa sedikit saja tentang cinta, Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akan ada rasa takut, sering kali cinta akan rusak apabila salah satu pihak merasa takut kalau-kalau kelemahan dan kesalahan akan terungkap. Maslow mengatakan juga, “kenutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.
4.            Kebutuhan akan penghargaan
Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan yakni” harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi: kebutuhan akan percaya diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan prestasi, ketidak katergantungan dan kebebasan. Sedangkan kebutuhan akan dihargai oleh orang lain adalah: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.
5.            Kebutuhan akan aktualisasi diri
“Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya”, itulah yang dikatakan oleh Maslow. Oleh karenanya pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan oleh Maslow dikatakan dengan aktualisasi diri. Dimana aktualisasi pada hirarki kebutuhan Maslow merupakan tingkatan paling tinggi, bagaimana tidak karena setiao orang dapat mengembangkan dirinya dengan sepenuh kemampuan yang dimilikinya untuk dapat menjadi manusia seutuhnya.

III. Struktur Kepribadian Abraham H. Maslow
Teori kepribadian Abraham Maslow terdiri diatas jumlahn asumsi dasar tentang motivasi. Pertama, Maslow mengadopsi pendekatan holistik terhadap motivasi, yaitu: seluruh orang, bukan satu bagian atau fungsi tunggalnya saja, yang termotivasi.
Kedua, motivasi biasanya bersifat kompleks, artinya perilaku seseorang bisa muncul dari beberapa motif yang terpisah. Contohnya, hasrat untuk melakukan hubungan seks biasanya dimotivasi bukan hanya oleh kebutuhan genital, tetapi juga untuk kebutuhan mendominasi, persahabatan, cinta dan harga diri. Selain itu, motivasi tingkah laku tertentu bisa saja tidak disadari atau tidak diketahui pribadi tersebut. Contohnya, motivasi seorang mahasiswa untuk meraih nilai tinggi bisa saja menopangi kebutuhannya untuk mendominasi atau menguasai. Penerimaan Maslow terhadap pentingnya motivasi yang tidak disadari adalah suatu pembeda utama dirinya dari Gordon Allport. Jika Allport yakin seseorang yang bermain golf untuk mencari kesenangan main golf itu sendiri namun, Maslow berpendapat lain dengan mencari berbagai alasan yang melandasi dibalik kesenangan itu, yang sering kali lebih kompleks dari sekedar keinginan untuk bermain golf.
Asumsi ketiga adalah manusia termotivasi secara terus menerus oleh suatu kebutuhan atau kebutuhan yang lainnya. Ketika suatu kebutuhan terpenuhi biasanya dia kehilangan daya motivasinya, dan digantikan oleh kebutuhan lain. Contohnya, selama kebutuhan rasa lapar tidak terpenuhi, manusia akan berjuan untuk mencari makanan. Namun ketika sudah cukup makan, mereka akan bergerak pada kebutuhan lain, seperti rasa aman, persahabatan dan harga diri.
Asumsi keempat adalah semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang sama. Cara manusia diberagam budaya memperoleh makanan, mengungkapkan persahabatan, dan seterusnya bisa sangat beragam namun, kebutuhan fundamental akan makanan, rasa aman, dan persahabatan adalah fakta umum bagi seluruh spesies manusia.

IV. Perkembangan Kepribadian dalam Perspektif Maslow
Konsep perkembangan bagi Abraham Maslow adalah erat kaitannya dengan gagasan-gagasannya tentang kemampuan. Hasil-hasil penelitiannya membawanya sampai pada kesimpulan bahwa perkembangan kearah aktualisasi diri merupakan sesuatu yang wajar sekaligus perlu. Perkembangan diartikannya sebagai mekarnya bakat-bakat, kapasitas-kapasitas, kretivitas, kebijaksanaan dan karekter secara terus menerus. Sedangkan pertumbuhan diartikan sebagai pemuasan secara prodresif atas kebutuhan-kebutuhan psikologisyang makin meningkat.
Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang, tapi kecil presentase orang yang mampu mendekati realitas penuh atas kemampuan-kemampuan mereka, tak terkecuali dilingkungan masyaratakat Amerika yang cenderung bebas. Sehinggga Maslow mengemukakan beberapa factor mengapa manusia itu gagal untuk berkembang dan tumbuh, diantarantaya adalah:
1. Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa, naluri manusia itu cenderung lemah, akibatnya benih-benih pertumbuhan dengan mudah dibuat tak berdaya oleh kebiasaan-kebiasaan buruk, lingkungan, budaya yang kurang baik atau pendidikan yang kurang memadai atau bahkan keliru.
2. Dilingkungan kebudayaan barat ada kecendrungan kuat untuk takut pada naluri-naluri, kecendrungan untuk memandang semua naluri bersifat kebinatangan serta hina.
3.   Pengaruh negative kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan yang rendah itu ternyata kuat.
4.  Kecendrungan pada orang dewasa untuk meragukan dan bahkan takut pada kemampuan-kemampuan mereka sendiri, takut bahwa potensi mereka lebih besar dari yan selama ini merka sadari.
5.     Lingkungan budaya dapat menghambat perkembangan manusia kearah aktualisasi diri.
6.     Sudah dikemukakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya adalah lebih fleksibel dari kebanyakan orang, lebih terbuka pada gagasan-gagasan dan pengalaman-pengalaman baru. Tapi banyak dari manusia yan terkungkung dengan masa lalunya, sehingga hal itu dapat menghambat proses perkembangan manusia itu sendiri dan bahkan mereka tidak dapat mengaktualisasiaka dirinya.

[1] Teori-teori kepribadian, E.Koswara, (Bandung : 1991), cet. 2. hal. 115
[2] Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi. Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono.(PT. Bulan Bintang : Jakarta : 2000) hal. 168





RENI SURYANI
173104101169
FAK. PSIKOLOGI UP45 YOGYAKARTA

0 komentar:

Posting Komentar