Skizofrenia
Nama : Suci Indah Permata Sari
Nim : 163104101137
Psikologi
Abnormal
FX.
Wahyu Widiantoro
Skizofrenia adalah salah satu
bentuk gangguan psikosis yang menunjukkan beberapa gejala psikotik, ditambah
dengan cerita lain seperti jangka waktu, konsekuensi dari gangguan tersebut dan
tidak tumpang tindih dengan gangguan lain yang mirip. Pasien psikotik tidak
dapat mengenali atau tidak memiliki kontak dengan realitas. Beberapa gejala
psikotik adalah delusi, halusinasi, pembicaraan kacau, tingkah laku kacau
(Arif, 2006). Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart,
2002).
Gejala-
gejala positif Skizofrenia
:
1.
Delusi
atau Waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional. Meskipun telah
dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun
penderita tetap meyakini kebenarannya.
2.
Halusinansi,
yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan. Misalnya penderita
mendengar bisikan - bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari bisikan
itu.
3.
Kekacauan
alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya
kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
4.
Gaduh,
gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan
gembira berlebihan.
5.
Merasa
dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
6.
Pikirannya
penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
7.
Menyimpan
rasa permusuhan (Hawari, 2007).
Gejala- gejala negative Skizofrenia :
1. Alam perasaan “tumpul” dan
“mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak
menunjukkan ekspresi.
2. Menarik diri atau mengasingkan
diri tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun.
3. Kontak emosional amat “miskin”, sukar
diajak bicara, pendiam.
4. Pasif dan apatis, menarik diri
dari pergaulan sosial.
5. Sulit dalam berfikir abstrak.
6. Tidak ada/kehilangan dorongan
kehendak dan tidak ada inisiatif dan serba malas (Hawari, 2007).
Contoh
kasus :
Roger adalah pria
berusia 36 tahun yang memiliki riwayat panjang mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk melukai diri sendiri dan orang lain. Ia telah menuruti
suara-suara itu di masa yang lalu dan akibatnya ia harus menjalani pemenjaraan
karena telah mengancam seseorang dengan sebilah pisau. Ia juga takut dilukai
oleh musuh-musuhnya dan hal itu mengakibatkannya tidak tidur dengan tujuan
untuk melindungi dirinya sendiri. Roger secara aktif menggunakan alkohol, ganja
dan kokain untuk mengatasi gejala-gejalanya. Roger telah lama berhenti minum
obat dari dokternya karena pengalamannya akan ketidaknyamanan efek sampingnya.
Ia melaporkan bahwa ia merasa letih dan tidak dapat berhenti melangkah. Ia pada
mulanya mengalami pemulihan saat pertama kali menggunakan narkoba dan alkohol.
Tapi segera setelah itu ia menemukan bahwa semakin banyak ia menggunakan
narkoba dan alkohol semakin paranoid dan menjadi semakin waspada ia jadinya dan
gejala-gejalanya kembali menjadi parah. Kekhawatiran Roger akan melukai orang
lain dan ketakutan akan dilukai telah mengakibatkan dirinya memiliki rencana
untuk bunuh diri. Ia tak mampu untuk mengetahui kaitan antara obat dari
dokternya dan narkoba dengan pengendalian gejala dan pemburukan penyakitnya.
Roger juga harus berjuang melawan diabetes dan ketidakmapanan gula darah karena
kurang gizi dan penggunaan alkohol.
Kesimpulan : Marilah kita
mengenali lebih lanjut apa penyebab penyebab terjadinya skizofren supaya kita
dapat mencegah terjadinya skizofren pada orang orang yang kita sayangi, selain
itu juga agar kita dapat mengetahui lebih jelasnya bagaimana cirri ciri orang
yang mengalami skizofren. Agar dapat diproses dengan cepat.
Referensi :
Arif, I. S. (2006). Skizofrenia:
Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: Rafika Aditama.
0 komentar:
Posting Komentar